not me

8K 931 87
                                    

Difakultas sastra, dua pemuda Tionghoa ini sedang duduk dihalte. Tanpa disadari keduanya, seseorang duduk disamping mereka. Pemuda jangkung dengan rambut sedikit berwarna.

Chenle menoleh ketika ia sudah sadar. "Park Jisung!?"

Orang itu menoleh. "Zhong Chenle!"

Mereka sedikit berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka. Renjun mendengus kesal menatap mereka berdua. Kemudian, Renjun berdiri.

"Chenle-ya. Sepertinya Haechan sudah selesai dan kau sudah bersama temanmu, aku pulang dulu."

"Baik hyung!"

Renjun memutar bola matanya malas. Chenle yang baru saja tau bahwa Renjun lebih tua setahun darinya langsung memanggilnya 'hyung'. Tanpa basa-basi Renjun segera pergi menuju ke parkiran.

Lebih baik Renjun menunggu di parkiran saja, daripada pergi ke gedung sastra inggris. Bukannya bertemu Haechan malah bertemu dengan Jaemin. Jaemin sudah terlalu meresahkan masa kuliah Renjun.

Renjun memasuki mobilnya karena hujan mulai turun. Walaupun air hujan ini bening dan bersih, tetap saja Renjun tidak ingin terkena air hujan. Ia tidak ingin sakit-sakitan hanya karena kedinginan, itu sangat konyol.

"Hei!" seru seseorang membuat lamunan Renjun membuyar.

Sebisa mungkin Renjun menetralkan ekspresi kagetnya. "Masuklah Haechan-ah."

Haechan mengangguk saja lalu masuk kedalam mobil Renjun. "Apa aku terlalu lama?" tanya Haechan memastikan temannya ini tidak marah-marah saat menyetir dijalanan.

Renjun melajukan mobilnya membelah jalanan yang basah. "Entahlah, aku sibuk melamun."

"Melamunkan apa, siapa?"

"Hanya melamun dengan pikiran kosong."

"Jangan terlalu banyak melamun. Itu berbahaya, kau bisa kerasukan."

"Aku tau itu."

Haechan menautkan alisnya heran. Tidak seperti biasanya Renjun menuruti perkataannya. Biasanya Renjun akan memulai debat dengannya setiap saat.

"Kau baik-baik saja, kan?" tanya Haechan dengan hati-hati.

"Pasti kau berpikir aku ini berbeda. Tidak, aku tidak berbeda. I just like the rainy atmosphere, calm. Arguing makes me uneasy."

"Lalu kenapa kau masih suka berdebat?"

"Aku selalu menang diajang kompetisi olimpiade debat. Aku tidak mau menyia-nyiakan bakatku hanya untuk kompetisi, but I use it for daily needs."

Haechan tertawa kecil. "Kau manusia langka Renjun-ah."

"Oh, really? Sepanjang hidupku, tidak ada teman yang memujiku sepertimu karna memang aku tidak pernah memiliki teman."

"Selera berteman orang disekitarmu rendah. Mereka hanya mau berteman dengan status ekonomi tinggi dan yah kau tau, good looking lah istilahnya."

"Hahaha, ingin sekali aku membasmi manusia seperti itu."

Renjun dan Haechan tertawa bersama. Jarang terjadi dikehidupan Renjun. Suasana hujan memang sangat berpengaruh pada Renjun. Haechan akan terus memohon agar hujan turun setiap hari.

"Bolehkah aku mengunjungi apartemenmu Renjun-ah?" tanya Haechan sebelum Renjun menghentikan mobilnya tepat didepan apartemen Haechan.

"Tentu, dengan berat hati."

-∆∆∆-

Haechan sudah pulang ke apartemennya. Renjun jadi sendiri sekarang. Ia masih mengotak-atik laptopnya untuk mengetahui berita-berita terbaru. Tapi ternyata tidak ada berita yang menarik.

Difficult - Jaemren [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang