feelings

4.5K 615 99
                                    

Perasaan Jaemin tercampur aduk karena mengkhawatirkan Renjun. Ia menjadi tidak tenang. Diajak bicara saja tidak fokus, juga ia sering tiba-tiba marah. Sering marah memang sifat Jaemin.

"Dante, kau masih ingin disini?" tanya Hendery sembari bermain game diponselnya.

"Jika kau ingin pulang, pulanglah terlebih dulu." jawab Jaemin yang juga bermain game diponselnya.

Hendery terkekeh. "Aku kesini untuk menemanimu."

Helaan napas panjang terdengar. Jaemin berdiri menghadap jendela, ia menatap tetes-tetesan air yang ada diluar. "Hendery, kau benar-benar tidak ingin membuat nama samaran?"

"Untuk apa? Menurutku, Hendery sudah sangat bagus untukku."

"Kau keras kepala seperti Willson. Oh dimana dia?" tanya Jaemin sembari mengedarkan pandangannya diruangan tersebut.

"Dia sedang pergi menjaga dipintu gerbang bersama kembarannya."

"William?"

Hendery mengangguk lalu melemparkan ponselnya hingga jatuh ke karpet. Ia berbaring disofa santai. "Dimana Jeffrey, Fred dan Louis?"

"Fred berkata sedang ada urusan mendadak. Jeffrey dan Louis, aku tidak tau."

"Kau tidak lihat gerak-gerik aneh yang dilakukan Louis, tuan?" tanya Hendery yang sebenarnya sudah lama tidak ia tanyakan.

"Aku sudah melihatnya, berawal dari dia yang hampir menculik Renjun. Apa Jeffrey ikut terlibat?"

"Sebaiknya tunggu beberapa waktu dulu, tuan."

"Oh ya, dimana Jack dan Andy? Aku jarang melihat mereka berdua." tanya Hendery.

"Mengawasi stalker handal dari Universitas Neo."

Hendery melepaskan gelak tawanya. "Kau pandai menjuluki orang, tuan."

"Kehidupan ini tidak selalu tentang bahagia atau sedih saja, sama seperti hujan yang membawakan kembali kenangan manis ataupun pahit." gumam Jaemin sembari membuka jendela dan merasakan sejuknya angin hujan sore itu.

"Kau memiliki kenangan pahit?"

Jaemin hampir saja menghantam kaca jendela karena terkejut. "Sudah kubilang Jen, jangan mengagetkanku!"

Jeno menepuk pundak Jaemin. "Panggil aku Jack ketika dimarkas tuan. Kau tidak ingin hal buruk terjadi karena nama bukan?"

Mata Jaemin melirik Hendery yang tertidur pulas disofa. "Ck, bujuk Hendery untuk membuat nama samaran."

Andy mengambil ponsel Hendery yang terkapar dikarpet lalu bermain game. "Hendery hyung memang bodoh. Jangan dipedulikan." sahut Andy.

William menghampiri Andy dan menjitaknya. "Adik durhaka,"

"Biarkan, dimana Willson?" tanya Andy tanpa mengalihkan pandangannya.

Oknum yang dicari Jisung memunculkan diri dibalik pintu dengan keadaan basah. "William sialan!"

Jaemin menjentikan jari, seketika suara gaduh diruangan tersebut berhenti. Hendery yang tertidur juga ikut terbangun. "Ada yang ingin aku diskusikan. Panggil Jeffrey dan Louis. Cepat!"

"Baik, tuan." jawab Jack, Andy dan Hendery serentak.

Kaki Jaemin melangkah keruangan singasananya lebih dulu, diikuti dengan William dan Willson. Jack, Andy dan Hendery mengikuti perintah Dante untuk mencari Jeffrey dan Louis.

-∆∆∆-

Renjun berusaha berdiri dari kegiatan rebahan yang bikin sakit tulang. Ia menghampiri Bibi Lee yang sedang memasak untuk makan malam sembari membawa Minkyu. Renjun tau ketika memasak sambil menggendong itu melelahkan.

Difficult - Jaemren [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang