successor

5K 671 121
                                    

Mencekamnya suasana tidak membuat Jaemin takut memasuki ruangan yang lama tidak ia kunjungi. Semua terlihat sama, hanya saja ada sedikit perubahan. Siapa yang berani mengubah tata letak properti diruangan ini, pikir Jaemin.

Tanpa berpikir panjang Jaemin segera duduk disingasana miliknya dulu. Sebenarnya ia juga rindu dengan semua ini. Apa dayanya, semuanya telah berubah seiring berjalannya waktu.

Seketika semua lilin dan obor menyala memperlihatkan meja panjang didepan Jaemin, dengan seseorang yang duduk santai dikursi ujung. "Vincenzo Dante,"

Jaemin memutar bola matanya malas. "Apa maumu Jeff? Waktu bicaramu denganku tidak banyak."

"Kembalilah. Kau tau keuangan kita sudah diujung tanduk."

Jaemin melepaskan tawanya hingga menggema diruangan. "Kita? Kau saja Jeff, aku sudah tidak memimpin."

"Dante, dari bahasa italia artinya abadi. You know, kau pemimpin abadi."

"Vincenzo, dari bahasa italian artinya penakluk. Aku bisa menaklukan semuanya sekali tebas, tapi aku tidak ingin menggunakan kekuasaanku seenak jidat seperti kau Jeff." balas Jaemin tidak kalah tajam.

Jaemin berdiri, ia berjalan mengelilingi ruangan dengan tangannya meraba lukisan berdebu. Sedangkan Jeffrey hanya menatap Jaemin yang berkeliling. Tiba-tiba Jaemin menghantam sesuatu hingga salah satu lukisan bergeser memperlihatkan tangga pendek dengan lorong yang sedikit panjang.

Jeffrey tersentak dan menghentikan Jaemin yang ingin masuk kedalam. "Jangan masuk, Dante."

Jaemin menyodorkan kertas bertuliskan bahasa italian kepada Jeffrey. "Kertas ini berisi perkataan leluhur kepemimpinan kita dulu, karena aku merasakan déjà vu ketika berada diruangan ini setelah sekian lama tidak mengunjungi. Jadi, aku memberikan ini padamu."

( "Aku akan kembali ke kepemimpinan, setelah aku melihat isi ruangan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( "Aku akan kembali ke kepemimpinan, setelah aku melihat isi ruangan ini. Kalau saja aku berubah pikiran." )

Jeffrey mengusap wajahnya kasar lalu menyandarkan tubuhnya ditembok, membiarkan Jaemin menelusuri ruangan diujung lorong itu.

"Jeff, temani aku. Jangan lupa membawa lentera."

Jeffrey terpaksa menemani Jaemin. Ia mengambil obor saja yang kebetulan ada tepat disamping kirinya. Dengan cepat ia menyusul Jaemin.

"Aku menyuruhmu membawa lentera bukan obor."

Jaehyun mengibas-ngibaskan obornya dibelakang kepala Jaemin. "Sama saja."

Tangan Jaemin menarik tangan Jeffrey agar berada disampingnya. Jeffrey hanya menurut. Membantah pemimpin adalah tindakan fatal.

Ditembok lorong terdapat beberapa ukiran yang tidak diketahui oleh Jaemin maupun Jeffrey. Kepintaran Jaemin memang lebih namun ia tidak memahami makna ukiran ditembok lorong. Mungkin maksud ukiran itu menceritakan bagaimana cara membunuh yang benar.

Difficult - Jaemren [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang