Chapter 10

4.2K 428 26
                                    

Up ke 4

Arthit bangun dengan pegal-pegal, ia tak bisa bergerak bebas semalam. Tangan dan kakinya di kekang oleh Kongpop. Mumpung Kongpop tertidur, Arthit memukuli lengan Kongpop.

"Ada apa?" Tanya Kongpop, pukulan Arthit itu seperti gigitan semut baginya.

"Seluruh badanku pegal. Itu gara-gara kau Kong!" Semprot Arthit pagi-pagi.

"Kau harus membiasakan diri."

"Apa! Tak mau! Aku tak bisa tidur semalam."

Kongpop tertawa geli, "Tak bisa tidur? Siapa yang mendengkur tadi malam?"

Arthit menolak rasa malu, "Itu kau. Bukan aku."

Kongpop tahu Arthit malu, ia juga tak ingin menggodanya. Biasa, Mowu itu sedikit sensitive.

"Oke. Oke. Aku yang mendengkur."

Arthit tersenyum puas, lihat, dia masih bisa mendidik human beast bukan!

Kongpop bangkit mencium pipi Arthit, "Aku mandi dulu." Wajah Arthit penuh warna merah setelah Kongpop pergi dan mengutuk.

"Dasar mesum!"

***

A-Xian, Zon dan papa menatap penuh arti pada Arthit dan Kongpop ketika sarapan. Tatapan mereka membuat Arthit resah, sementara Kongpop santai.

"Apa kau langsung ke tempat training?" Tanya papa.

"Sepertinya begitu paman, papa akan menungguku di markas militer."

"Salam buat Jun."

"Akan kusampaikan paman."

Kongpop pamit pergi diantar Arthit sampai depan pintu, Papa dan A-Xian menatap penuh selidik sekembalinya Arthit setelah mengantar Kongpop pergi.

"Dia sudah pergi ?"

Arthit mengangguk.

A-Xian menarik Arthit ke sofa terdekat dan duduk di sebelah kirinya, papa duduk di sebelah kanan. Kedua tangan Arthit di pegang oleh mereka.

"Jadi....?"

Arthit tahu maksud mereka tapi masih berpura-pura tidak tahu. "Jadi apa?"

"Jadi apa yang kalian lakukan semalam? Kok aku tak mendengar suara berisik." Tanya A-Xian bersemangat.

"Tidak melakukan apa-apa!" Teriak Arthit menutupi malu. Sangat memalukan diinterogasi oleh anggota keluarga.

"Kalian tak melakukan apa-apa?" Tanya papa bingung. Padahal semalam adalah kesempatan yang bagus.

"Papa!" Arthit marah.

"Papa harus tahu, jika kau hamil, bukankah harus melapor pada negara. Dan juga harus minta cuti dari sekolah." Mowu yang hamil merupakan harta berharga bagi negara, apalagi mereka yang mengandung bayi human beast dengan kemampuan elemen.

"Tidak. Tidak ada yng terjadi. Dan aku tak akan hamil cepat!" Arthit melepaskan ikatan tangan dari papa dan A-Xian dan kabur ke kamarnya.

"Papa.. apa Phi Kong tak mampu?"

"Jangan ngomong sembarangan."

"Lalu kenapa dia tak melakukan pada Arthit? Phi Kong akan pergi lama."

Zon berdiri memukul kepala A-Xian, "masih kecil, jangan berbicara hal-hal yang mesum."

A-Xian membantah, "Hei! Kita seumur tahu!"

Zon pergi meninggalkan A-Xian yang ngomel-ngomel. Hanya papa yang membelai A-Xian dengan lembut. A-Xian memang yang paling ceria dibanding kedua anaknya itu.

"Si Zhui masih tidur?"

A-Xian mengangguk. Selama keluarga Si Zhui belum menghubungi, A-Xian meminta ijin agar Si Zhui tinggal disini sampai keluarganya menjemput.

"Papa, apa menurut papa Si Zhui anak orang penting?"

"Sepertinya begitu."

"Lalu, kenapa mereka membiarkan Si Zhui di jalanan sendirian?"

"Mungkin Si Zhui kabur dari rumah."

"Aaah.. seperti Arthit."
Papa tertawa, "Sepertinya begitu."

Suara dering bel pintu mengusik pembicaraan mereka, papa berdiri membuka pintu dan melihat pemuda tampan, baju putih panjang, ikat kepala putih di dahinya, pria itu seperti pendekar di TV. Sangat mengagumkan.

"Maaf, apa ada anak kecil bernama Si Zhui disini?"

Papa mengangguk, "Masuklah."

Pria itu mengangguk sopan dan membungkuk sedikit sebagai bentuk hormat. A-Xian melihat pria itu sangat tampan, wajahnya itu bisa masuk majalah human beast terpanas saat ini. Hatinya bergetar melihat pria itu.

Inikah yang di sebut cinta pada pandangan pertama?

Pandangan A-Xian mengikuti gerak gerik pria itu, tapi pria itu tak merasa risih, bahkan bisa di bilang terbiasa di perhatikan orang lain.

Papa menepuk pundak A-Xian, mengembalikan kesadarannya. "Panggil Si Zhui."

A-Xian mengangguk walau jiwanya masih melekat ke pemuda itu. Sementara A-Xian pergi tanpa jiwa, papa berbincang sebentar dengan pria itu.

Namanya Lan Wangji, keturunan keluarga Lan yang merupakan penasehat negara. Keluarga Lan jarang tampil di media, mereka sedikit tertutup. Selain penasehat negara dan istrinya, tak ada yang tahu rupa anggota keluarga Lan lainnya.

Lan Wangji juga menceritakan bahwa adiknya, Si Zhui bertengkar dengan ayahnya karena dipaksa belajar. Entah bagaimana, Si Zhui kabur dari rumah dan para penjaga lengah akan hal itu.

"Aku minta maaf karena adikku merepotkan." Lan Wangji menunduk hormat.

"Tidak. Tidak merepotkan." Papa sungkan menerima permintaan dari tuan muda Lan. Tingkat sosial mereka berbeda.

"Tidak. Adikku yang nakal sudah membawa masalah pada keluarga paman. Kami mohon maaf. Kami membawa beberapa hadiah sebagai permintaan maaf." Lan Wangji memberi instruksi kepada beberapa penjaga dan membawa masuk banyak kotak-kotak penuh hadiah.

"I-Ini berlebihan. Kami tak pantas menerimanya." Tolak papa.

"Tak apa paman. Ini hanya hadiah kecil."

Papa ingin bicara lagi tapi teriakan dari atas terdengar nyaring.

"AKU GAK MAU PULANG!

02 Oktober 2020

17. THE MOWU'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang