Chapter 4

4.6K 479 29
                                    

Arthit bangun lebih pagi dari Kongpop. Ia merasa asing dikamar ini namun seketika ia sadar ini bukan rumahnya. Apalagi kamarnya. Ini kamar Kongpop.

Semalam saat ia membujuk Kongpop agar menikahinya, hujan turun tiba-tiba dan semakin lama semkain deras. Pembicaraanpun berhenti, mereka berlari kerumah Kongpop.

Kongpop bilang agar Arthit menginap dirumahnya malam itu, alasannya Kongpop malas mengantar Arthit pulang, lagipula sudah larut malam.

Arthit menghela nafas, dadanya sesak terasa berat. Ia tak tahu kenapa Kongpop masih belum setuju menikahinya. Ia sudah merendahkan diri dihadapan Kongpop namun masih ditolak juga oleh Kongpop.

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Apa aku saja yang menggantikan papa menerima hukuman?

Mungkin lebih baik begitu?

Arthit merasa itu solusi yang tepat, ini masalah yang ditimbulkannya. Jadi harus ia yang menanggung hukuman bukan papa.

Arthit bangun dan pergi mandi. Setelah mandi, ia akan melapor ke organisasi badan hukum mowu. Meminta keringanan hukuman agar ia bisa menggantikan papanya.

Arthit mandi cukup lama, mengatur pikirannya serta kesiapan mentalnya. Menjadi budak bukan pekara yang remeh. Dimana kau harus bersedia diinjak-injak atau bahkan menjadi umpan makanan para serangga.

Mowu yang tak mempunyai kekuatan seperti human beast, seperti semut melawan gajah. Perbedaannya sungguh besar.

Arthit setelah mengeringkan tubuh dan memakai baju piyamanya kembali. Ia ingin meminjam satu set baju bersih lagi dari Kongpop. Pakaiannya yang kemarin masih basah.

Arthit membuka lemari pakaian Kongpop tanpa permisi. Kongpop masih tidur, ia tak ingin menganggunya. Nanti ia akan meninggalkan nota untuk Kongpop.

"Mau kemana?" Arthit terkejut mendengar suara Kongpop. Sepertinya Kongpop sudah bangun.

"Mau pulang. Er.. Kong, aku pinjam bajumu. Nanti aku kembalikan setelah dicuci."

"Oke." Kongpop bangun mengambil handuk. "Tunggu aku selesai mandi, aku akan mengantarmu pulang."

"Ti-tidak usah Kong. Aku bisa pulang sendiri." Kalau Kongpop ikut, ia tak bisa ke organisasi badan hukum Mowu.

Kongpop memandang tak suka. "Bukankah kemarin kau bilang akan menurutiku?"

"H-hah? Apa?"

"Apa janjimu hanya berlaku semalam?" Arthit mengeleng.

"Lalu kenapa tak menurutiku?"

"Maksudmu?"

"Aku akan mengantarmu pulang. Jangan membantah. Duduk diam dan tunggu aku. Kita sarapan dulu baru pergi. Kau mengerti?" Arthit mengangguk. Kongpop puas dan berbalik.

"T-tunggu Kong.."

"Apa?"

"Apa ini kau menerimaku?" Tanya Arthit ragu.

"Iya. Selama kau menurutiku."

"Jadi.. jadi.. papa tak perlu dihukum?" Ada nada cemas dalam pertanyaan Arthit.

"Tergantung perilakumu."

"Baik. Baik. Aku akan menurutimu." Arthit senang, papanya tak akan dihukum.

"Kau tak boleh ingkar janji Kong.."  Kongpop mengangguk.

"Sudah? Atau masih ada lagi yang ingin kau sampaikan? Aku mau mandi."

"Tidak.. tidak.. silahkan kau mandi dengan tenang. Biar segar. Dan.." Arthit menambah pujian agar Kongpop senang. "Biar tambah tampan."

Dalam hati Kongpop merasa lucu, kucing liarnya sekarang terlalu penurut.

"Lalu..." Kongpop berjalan mendekat sampat hanya ada sedikit jarak diantara mereka. Kongpop berkata sambil mengedipkan matanya. "Bagaimana kalau kau memandikanku?"

Arthit terkejut, wajahnya memerah. Entah karena marah atau karena malu. Jantungnya juga berdetak sedikit tak berirama.

"K-Kau! Kau mandi sendiri! Aku akan membantu paman menyiapkan sarapan." Arthit kabur seribu langkah. Kongpop tertawa geli melihat kucingnya kabur dengan wajah memerah.

***

Papa terkejut saat membuka pintu melihat ada Arthit dan Kongpop. Arthit yang membuat seluruh orang rumah cemas karena tak pulang semalaman.

Papa mempersilahkan mereka masuk. Dan duduk bersama diruanh tamu. Membahas apa yang terjadi kemarin.

"Jadi.. maksudmu kau bersedia menikahi Arthit?" Tanya papa memastikan. Kemarin adegan penolakan besar masih tercetak dihati papa, apalagi dihati Kongpop.

"Iya paman Mike. Kami akan menikah."

"Lalu Arthit setuju?"

"Aku setuju papa. Setuju." Arthit menjawab bersemangat membuat Zon dan A-Xian bingung dengan sikap Arthit yang berubah tiba-tiba.

"Serius?"

"Aku serius papa." Arthit melingkarkan tangannya ke lengan Kongpop. "Lihat, kami mesra kan."

Papa, Zon dan A-Xian menatap bergantian, sedikit aneh dengan sikap Arthit.

"Lalu, kapan kalian akan menikah?" Tanya papa.

Kongpop melirik kearah Arthit. Mengangkat salah satu alisnya. Seperti bermaksud 'menurutmu kapan?'

"Er..." Arthit melirik Kongpop balik. "Terserah Kong." Arthit menunduk malu.

"Bagaimana Kong?"

"Terserah paman Mike dan papa. Kalian yang mengatur, aku menerima apapun yang kalian atur."

"Baiklah. Aku akan membicarakan dengan Jin." Kata papa senang. Akhirnya satu batu masalah dihatinya sudah pecah. Papa pergi untuk menelepon Jendral Jin.

A-Xian melompat duduk disampinga Kongpop.

"Jadi.. kau menjadi kakak iparku?" Goda A-Xian.

"Begitulah."

"Aa~~~~hh.. aku juga ingin punya pasangan." A-Xian cemberut manja. "Kong, kau punya teman tidak, yang tampan dan gagah sepertimu? Kenalkan padaku.. kenalkan padaku..." rengek A-Xian.

"A-Xian, pernikahanmu juga akan diputuskan oleh negara."

"Aku tahu itu Arthit, tapi aku juga mau menikmati masa-masa indah pacaran. Masa muda yang indah."

"Ngawur!" A-Xian menjerit menderita kenap pukulan.

"Zon! Kamu jangan iri kalau aku dapat pacar."

"Tidak akan!"

A-Xian tak mau kalah, ia kembali merengek ke Kongpop.

"Bantu aku cari pacar Ko~~ng..."

Suara tawa akan rengekkan A-Xian terdengar.

Beginilah seharusnya, beginilah suara tawa keluarga yang harus dijaga. Aku akan menjaga suara tawa ini - janji Arthit.

03 Mei 2020

17. THE MOWU'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang