Chapter 6

3.4K 414 14
                                    

Kongpop menatap menyelidiki Arthit yang menunduk, meski di sembunyikan tapi Kongpop tahu ada garis senyum di wajah Arthit. Jika ia tak ada saat ini, 100% Arthit akan melompat-lompat gembira.

Hati Arthit menjadi bahagia mendengar kabar bahwa Kongpop memulai pelatihan selama 3 bulan di markas militer. Pelatihan selama 3 bulan yang artinya... Arthit bebas selama 3 bulan dari kongpop.

Hip! Hip! Hooray! Hip! Hip! Hooray!

"Sepertinya kau senang aku pergi." Kongpop menatap dingin dengan mata menusuk.

Arthit menggeleng dan mengelak, "Ah.. bagaimana mungkin aku senang. Kita baru memutuskan akan menikah dan kau sudah akan pergi jauh. Ini seperti istri yang di tinggal berperang oleh suaminya."

Kongpoo mendengus, "Seperti seorang istri? Kurasa lebih tepatnya seorang bujangan yang akan bersiap-siap berpesta pora!"

"Mana mungkin aku begitu..."

Kongpop mengangkat bahu, "Siapa tahu!"

"Arthit, masih ingat apa yang ku katakan?"

"Aku ingat. Tidak boleh selingkuh, jangan pulang malam, tidak boleh telat masuk sekolah, selalu memakai gelang, dan.. lebih banyak berdiam di rumah." Diam dirumah! Kau kira aku anak gadis pingitan!

"Bagus!"

"Tapi Kong.. aku mau main band dengan teman-temanku."

Kongpop maju membelai kepala Arthit lembut, "Siapa bilang aku melarang, kau bisa bermain dengan mereka tapi.. ingat batasanmu."

"Aku tahu! Aku tahu! Percaya padaku!" Arthit menepuk dadanya.
Kongpop melihat jam tangannya, sudah waktunya ia pergi. Ia tak ingin terlambat di hari pertama pelatihan.

"Aku pergi dulu. Jangan lupa hubungi aku. Jika kau dalam bahaya, jangan lupa aktifkan fungsi gelembung."

"Aku tahu! Cerewet sekali!"

"Arthit..."

"Hehehe.. Akan ku patuhi. Kau tenang saja selama pelatihan. Berusahalah menjadi yang terbaik dan buat aku bangga." Kata-kata murahan membuat gigiku ngilu - Arthit.

Kongpop mengangkat dagu Arthit dengan jarinya, menurunkan kepalanya hingga bibir mereka bertemu, kejadian ini berlangsung dengan cepat sebelum Arthit bisa menolak.

"Bye!"

KONGPOP SIALAN!!! Jerit Arthit ( tapi hanya di  dalam hati.)

***

Arthit masuk ke dalam rumah, menemukan papa dan A-Xian duduk menonton drama. Mendengar suara pintu, Papa menenggok dan melihat Arthit masuk.

"Dia sudah pergi?" Arthit mengangguk senang. Senyumnya kini tercetak jelas.

"Akhirnya aku bebas! Hehehe...."

"Anak bodoh. Kenapa kau senang? Seharusnya kau sedih, tunanganmu pergi dan akan lama bertemu kembali."

Arthit mengambil keripik singkong dan duduk di sebelah papa. "Papa, ini masa kebebasanku. Jika aku sudah menikah, akan sulit meraih kebebasanku. Semua dia yang atur. Jadi lebih baik aku menikmati selagi aku masih bebas."

"Terserah, tapi jangan kelewat batas."

"Pa! Kenapa perkataan papa persis sama dengan Kongpop?"

"Karena memang seharusnya begitu."

Arthit cemberut, "Tidak adil!"

Papa pergi ke dapur, sudah saatnya menyiapkan sarapan pagi. A-Xian duduk mendekati Arthit.
"Apa?"

"Arthit, nanti bilang sama Kong untuk kenalan dengan banyak orang disana."

Arthit merasa bingung, "Kenapa?"

"Tentu saja mencari bibit unggul untuk dikenalkan padaku."

Arthit memukul ringan kepala A-Xian, "Masih kecil sudah tak tahan untuk menikah."

"Hey! Kita seumur. Jangan lupa kalau kita kembar."

"Whatever!"

Arthit membuang bungkus keripik singkong yang telah habis, dan pergi ke kamarnya untuk mandi lalu bersiap-siap untuk sekolah.

***

Arthit pergi ke sekolah bersama Zon dan A-Xian, dibandingkan A-Xian yang ceria, Zon sedikit murung. Entah apa yang ada dalam pikirannya.

Arthit menyikut lengan A-Xian menampilkan ekspresi ada apa dengannya?. A-Xian juga tak tahu, jadi ia menjawab dengan mengangkat bahunya.

Arthit ingin bertanya tapi sebentar lagi masuk kelas, tak asik kalau sedang bercerita (menginterogasi) terpotong. Arthit memutuskan akan menanyakan hal itu setelah pulang sekolah.

Arthit masuk disambut dengan tubuh gempal yang berlari kepadanya.

"Lepaskan aku Tutah!"

"Arthit. Arthit. Ku dengar suamimu pergi ke pelatihan militer." Tutah menatap penuh harapan, bisa dibilang harapannya itu hampir sama dengan A-Xian.

"Tunangan! Belum menjadi suami!"

"Sama saja. Hanya masalah waktu." Tutah menarik Arthit untuk duduk di kursinya. "Lalu, kirim pesan pada Kongpop."

"Untuk apa?"

"Mencarikan pasangan untuk temanmu yang kesepian ini."

Arthit memutar bola matanya malas, ia memilih tidur dan mengabaikan teriakan Tutah.

***

Zon masuk ke kelasnya dengan ragu, langkah kakinya dibuat sehati-hati mungkin agar tak ada yang memperhatikannya.

Semua itu sia-sia karena saat ini Zon merupakan ayam panas. Sejak kejadian kemarin, sudah beredar gosip bahwa Zon merebut Saifah dari para penggemarnya.

Seorang gadis ditemani oleh temannya menghadang Zon, mata mereka ingin membakar Zon hidup-hidup.

"Menjauh dari Saifah."

06 September 2020

17. THE MOWU'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang