Devan mengantarkan aku sampai depan gerbang. "Kayaknya gak bisa pulang bareng soalnya gue latihan buat jadi paduan suara nanti"
"Yaudah gak papa gue juga eskul kok sekarang"
"Yaudah gue masuk ya Lo hati-hati" selepas berucap Devan pun pergi dari hadapanku sedangkan aku langsung bergegas menuju kelas.
"Lo nanti latihan" ucap Lia sedangkan aku hanya menganggukkan kepalaku.
"Bolos ajalah gue males sebenernya" fyi Lia meman satu eskul denganku sedangkan Ninda berada diekskul paskibra.
"Gila Lo mau diceramahin pak Ali hah!"
"Gue males. Aku tuh mau jalan sama Jenath"
"Bucin banget sih"
"Lo juga nanti gitu sekarang aja masih anget nanti kalo udah lama udah panas baru dah Lo ngerasain gimana enaknya ngebucin"
"Tai, Males banget gue sama lo"
"Good morning para rakyat pemuja Ninda apa kabar semua" ucap Ninda yang membuat seisi kelas kaget sebab ada saja tingkah bobroknya.
"Bukan temen gue" ucap Lia.
"Anda siapa ya?"
"Anjim ya Lo berdua" ucap Ninda sembari memukul kepala kami berdua dan berakhir menjadi keributan antara Ninda dan juga Lia.
Anak-anak yang ikut ekskul hanya mengikuti pembelajaran setengah hari saja sebab harus difokuskan untuk penampilan nanti saat 17 Agustus. Sebenarnya ini sudah seperti adat disekolahan jika ada acara entah itu Nasional atau bukan pasti akan diadakan besar-besaran seperti lomba dan lain-lain.
Aku dan Lia segera memasuki ruang musik untuk latihan paduan suara nanti. Seperti biasa pembelajaran paduan suara dialkukan dengan waktu yang lama demi hasil yang maksimal.
Aku melihat wajah suntuk Lia saat dia memperhatikan adik kelas yang sedang diceramahi oleh pak Ali. Aku merasakan handphone ku bergetar dan segera meminta ijin untuk mengangkat telepon.
"Halo"
"Dimana?"
"Masih disekolah kenapa?"
"Tunggu nanti gue jemput"
Setelah itu sambung terputus aku segera masuk kembali keruangan musik aku melihat anak-anak sudah duduk rapih bersiap untuk pulang.
Aku dan Lia segera keluar gerbang ,Lia sudah dijemput oleh supirnya sedangkan aku menunggu Devan menjemput ku dan sialnya sekarang gerimis mendadak.
Aku bisa melihat mobil Devan dan dia segera menyuruh ku masuk kedalam mobilnya. Aku duduk disebelah kursinya dengan keadaan sedikit basah.
"Pake, kenapa sih kebiasaan banget bukannya bawa jaket atau Hoodie kan jadinya gini Lo kedinginan" ucapnya setelah memberikan aku sebuah selimut berwarna abu-abu.
"Kan ada Lo yang ngangetin gue"
"Ck"
"Gue tuh laper tau"
"Mau makan dimana?"
"Drive thru aja kali ya hujan juga males banget keluar"
"Yaudah" akhirnya Devan membelokkan mobilnya ke McD setelah pesanan diterima aku makan makanan tersebut sedangkan Devan hanya menyetir mobilnya sembari sesekali aku menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
Saat makananku habis saat itu juga aku sampai di rumahku. Aku segera keluar dari mobil Devan setelah mengucapkan terima kasih dan mobil Devan melaju meninggalkan pekarangan rumahku.
🍁🍁🍁
Upacara kemerdekaan pun berlangsung khidmat semua murid berpatisipasi dalam rangkaian acara yang dibuat oleh anak OSIS. Aku mengikuti lomba tarik tambang dengan Ninda sementara Lia mengikuti lomba congklak.
Sebenarnya aku tidak mengharapkan hadiah apapun tetapi jika menang tetap kami terima hadiahnya bagaimana pun juga lumayan.
Pukul 1 siang siswa sudah diperbolehkan pulang kami aku menunggu didepan gerbang bersama teman sekelas ku Jennie, biasanya akan ada bus sekolah yang datang lagipula dia melewati halte dekat rumahku.
Saat menunggu bus aku dikejutkan dengan kehadiran Devan yang hanya menggunakan kaos hitam dan celana putih sekolahnya. Kedatangannya menjadi pusat perhatian oleh siswa Sekolahku.
"Gue kira Lo udah pulang"
"Sama gue juga, padahal niatnya mau naik bs tadi hehehe"
"Ayo pulang sekalian makan Dulu gue denger ada warung makan baru didepan"
"Ayo-ayo mau banget" akhirnya aku dan depan mampir ke warung makan yang buka. Sebenarnya ini bukan seperti warung makan atau lebih tepatnya adalah cafe.
Mungkin lain kali kami akan mampir lagi kesini sebab saat malam suasananya mungkin akan lebih enak.
"Tau gak tadi ada adik kelas nembak gue"
"Terus Lo terima?" Sedangkan Devan hanya diam saja dan itu berhasil membuat mood ku berantakan. Sepanjang perjalanan hanya diam saja tidak ada percakapan apapun saat tiba di rumah ku pun Devan tetap diam tidak memberikan jawaban atas pertanyaanku.
Aku turun dari motornya dan memberikan helm nya kepadanya saat akan masuk kerumah tiba-tiba dia menarik tanganku untuk dibawa kedalam dekapannya.
"Lo tenang aja gue gak terima dia soalnya satu aja cukup apalagi yang modelannya kayak lo"
"Boong, gue gak percaya. Terus kenapa pas gue tanya Lo diem aja gak tau apa gue udah mikir yang enggak-enggak" sedangkan Devan hanya tertawa mendengar penjelasanku.
"Gue kan mau tau reaksi Lo kayak gimana ternyata lucu juga"
"Tau ah gue sebel banget sama lo"
"Oke-oke gue minta maaf jangan marah lagi kan gue sayangnya cuma sama lo"
"Gembel dasar"
"Hahaha udah sana masuk istirahat, gue pulang ya" Devan meninggal pekarangan rumahku motornya semakin melaju jauh. Bisa gila aku lama-lama melihat senyumannya.
Don't forget to vote and coment. Kalo gak komen nanti dimarahin Devan😂.Dah segitu dulu entar update lagi, maafin yaa jarang update.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen Fiction" Hadirmu seperti sebuah Petrichor untukku. Tidak banyak orang yang menyadarinya tetapi hal itu membuat pikiranku tenang "