Yibo & Xiao Zhan
Awalnya kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja namun tiba-tiba Yibo merasa tidak nyaman dan jenuh pada sosok Xiao Zhan sang istri. Mulai dari hobi, apa yang dia suka dibatasi, dan Xiao Zhan yang mulai sibuk dengan pekerjaannya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apakah hari itu suda tiba?
Sia-sia semua perjuangan dan pengorbananku.
.
.
.
.
Xiao Zhan berjalan lesu dengan lelehan air mata yang kering di pipinya. Ia sudah jalan lumayan jauh dari taman tempatnya bertemu dengan Yibo tadi. Ia sudah lelah menangis dan hanya bisa pasrah dan meratapinya sekarang. Kertas tadi masih ada di genggamannya dengan setia terus ia bawa walau sakit hatinya. Sudah lama pastinya Xiao Zhan membawa langkahnya sampai hujan salju sudah mulai mereda.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia membuka pintu rumahnya dan berdiri sejenak menatap rumah itu dari kanan hingga kiri dan semuanya sama saja tak ada yang berubah terkecuali bunga tulip putih miliknya yang layu. Bunga itu menggambarkan hatinya sekarang yang rapuh, lelah, sakit, hampa, kecewa, dan berbagai rasa sakit lainnya.
"Bunganya layu...bahkan bunga saja setia dan tahu isi hatiku, tapi kenapa kau tidak?" Xiao Zhan meratapi nasibnya sendiri saat mengingat kejadian yang belum lama terjadi. Kemudian dengan gerakan lesu tak bersemangat ia menuju tanaman-tanaman yang ia rawat. Ia mengambil bunga tulip putih, kemudian pergi kembali ke ruangan yang sebelumnya.
Ia mengeluarkan bunga tulip yang layu tadi dan memasukkan yang baru. Ia menata bunga itu dengan rapi dengan tatapan mata yang sayu. Kemudian lelehan air matanya jatuh kembali tak kuasa menahan rasa sakit dihatinya yang kecewa dan tak rela. Membayangkan kehancuran di rumah tangganya saja sudah begitu menakutkan dan sekarang, sebentar lagi pernikahannya akan hancur. Dia tak rela dan jujur masih mencintai Yibo namun ia juga membenci pria itu yang sudah egois menjadikannya permainan.
"Hiks...hiks...aku tak tahu apa lagi yang harus aku katakan, semuanya hancur"
Tubuhnya lemas hingga terduduk di karpet. Tangisnya pun masih tetap terdengar namun mulai terasa rapuh dan pasrah seakan sudah begitu lelah.