'9'

2.4K 249 23
                                    

Xiao Zhan memperhatikan pemandangan kota dari atas gedung melalui kaca jendela. Ia berdiri menghadap jendela di ruang kerjanya. Tadi pagi keadaanya mulai membaik dan ia memutuskan untuk kembali bekerja agar dapat melupakan rasa sedihnya dengan disibukkan melakukan aktifitas kerjanya. Ia harap tidak kembali sedih agar tidak stres dan mempengaruhi kandungannya.

Hari sudah menjelang malam tapi ia masih nggan meninggalkan ruangannya. Ia merasa lebih nyaman disini karena rasa sakit dan sedihnya akan hilang walau hanya sedikit.

Hari-harinya sekarang akan dipenuhi dengan rasa bahagia dan sakit. Tapi ia akan mencoba untuk siapa menghadapi ujian yang Tuhan berikan. Ia akan berusaha untuk membahagiakan dan menjaga bayinya. Ia harap bayinya akan tumbuh menjadi anak yang pintar dan baik.

"Sayang...jadilah anak yang pintar dan baik, suatu saat nanti kau tidak boleh seperti mama yang bodoh, mam akan terus menjagamu" Ia mengusap lembut perutnya dan berbicara pada bayinya seolah manusia didalam perutnya itu bisa mendengarnya dan merasakan perasaanya. Dan kenyataanya bayi yang belum lahir bisa mendengar dan merasakan apa yang ibunya katakan dan rasakan karena ikatan batin mereka yang kuat.
.
.
.
.
.
Sebelum pulang ke apartemennya Xiao Zhan pergi ke supermarket untuk membeli beberapa barang. Ia berputar-putar mencari barang yang ia butuhkan sambil membawa ranjang plastik.

Mayones yang ia cari akhirnya ia temukan. Tanganya yang panjang hendak meraih botol itu namun sayangnya tidak sampai, lalu ia berjinjit agar dapat meraih botol yang berada di rak atas itu. Tanganya masih berusaha meraih karena rak itu begitu tinggi.

Lantai yang baru saja selesai dipel itu belum kering sempurna dan Xiao Zhan tidak menyadari hal itu. Kakinya yang berjinjit mulai bergerak menvari posisi nyaman saat tidak seimbang. Saat pergerakannya yang kedua tiba-tiba tubuhnya kehilangan keseimbangan karena lantai yang sangat licin bergesekan dengan sepatunya. Tubuhnya yang tidak siap dan tidak sempat berpegangan akhirnya mulai terjatuh.

Grep

Tidak disangka jika tiba-tiba seseorang datang memegang pergelangan tangannya. Menyelamatkannya yang hampir saja terjatuh. Pria yang berbaik hati menolongnya itu terlihat membulatkan matanya terkejut dan kilauan mata yang khawatir melihatnya.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria itu khawatir padanya.
"Iya...terimakasih, ya" Jawab Xiao Zhan sambil tersenyum canggung.
"Tu...tunggu!" Pria itu masih memegangi pergelangan tanganya dan memintanya untuk diam agar tidak melepas tautan mereka. Xiao Zhan bingung tapi ia tetap diam menurut.
"Ada apa Wen?" Ya pria itu adalah Li Wenhan teman Yibo dan Xiao Zhan mengenalnya dekat.

"Ka...kau l?" Tanya Wenhan spontan saat merasakan denyut nadi Xiao Zhan yang terasa berbeda saat ia rasakan ditangannya.
"Emm...i...iya" Ujar Xiao Zhan lirih sambil mengangguk.
"La...lalu bagaimana dengan Yibo? Apa dia tahu?" Tanya Wenhan serius, pria itu menatap Xiao Zhan dalam penuh kekawatiran.
.
.
.
.
.
"Dia tidak tahu soal ini" Xiao Zhan menunduk setelah mengatakan itu dan meminum kopi hangatnya.
Wenhan yang duduk di sebrangnya menatap miris melihat keadaannya yang begitu menyedihkan.
"Aku harap aku bisa membantumu, jika kau butuh bantuan segera panggil aku, ok" Seyum menyemangati terlihat begitu jelas terlukis dibibir Wenhan yang dengan tulus ingin membantu Xiao Zhan. Pria itu selalu periang dari awal Xiao Zhan mengenalnya. Xiao Zhan sebelumnya heran mengapa Yibo bisa memiliki teman apa lagi lebih tua seperti Wenhan dan Seung Youn.

"Wen, aku minta padamu kalau Yibo bertanya soal 'ini' jangan jawab apa-apa katakan saja padanya untuk bertanya padaku" Xiao Zhan meminta agar Wenhan tidak memberitahukan keadaanya sekarang. Tentunya Wenhan mengangguk, ia tahu pasti Xiao Zhan ingin menyelesaikan masalahnya secara pribadi dengan Yibo.
.
.
.
.
Setelah mengobrol sambil meminum kopi panas tadi Wenhan dan Xiao Zhan memutuskan untuk pulang bersama. Sebenarnya Wenhan dan Xiao Zhan sekarang satu gedung apartemen jadi mereka bisa pulang bersama.

Before 173 DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang