"Ra lu serius mau groyok tu bocah??" Rose yang berdiri di sebelah Ara menoleh. Jujur dia was was dengan apa yg dilakukan sahabatnya ini. Sedangkan Elle hanya menjawabnya degan deheman.
"Gw ga yakin Raa," Aris menunduk, dia takut menatap wajah Elle. Entah kenapa dia rasa keputusan dan rencana Elle sagat beresiko.
"Percaya sama gw."
•°•°•
"Lu kenapa??" seorang pria masih menggunakan pakaian sekolah berdiri dari duduknya, dia mendekati temannya. Menatap luka luka di wajah orang itu.
"Gw di kroyok, di jalan Patimura." pria itu merigis menahan sakit di wajahnya. Sungguh luka itu sakit. Bukan hanya di sekitar wajah tapi pada tubuhnya juga terdapat beberapa luka.
"Siapa?" pria bertubuh jenjang itu megeluarkan aura yang berbeda. Seperti atmosfer berubah membeku di sekitar area pondok. Pasokan udara terasa menipis didesak oleh aura gelap dari sang ketua. Tampa melihat wajahnya pun semua orang di pondok tau kalau dia sedang marah.
"Gw-gw juga ga tau, itu siapa. Mereka bertiga memakai baju hitam, pake masker sama kaca mata." ketua menatap tajam ke arahnya. Membuat pria yang sedang duduk itu merigis.
"Gw ga mau tau, cari tau siapa yang ngeroyok Abas. Terus kita serang bareng. Kalau sampe ini perbuatan Tonix, gw bakar idup idup mereka semua."
"Langgit santai dikit lah, emosi g nyelesain apa apa. Kita pasti cari tau, cuma lu serem kalo gini sumpah." Teguh bicara sambil ketawa kecil, disaat semua tegang melihat lagit marah.
"Ga bisa Guh, apaan mereka?? Berani kroyokan." yap ketua mereka adalah Langit Agasta Adelan. Lagit ketua osis lalu juga ketua Asbestos. Hal ini mungkin cukup mustahil tapi tidak untuk Langit. Itu adalah alasan kenapa ketua Asbestos sulit diketahui.
"Iyaa santai aja Git. Pasti ketemu kok." Teguh kembali ketawa dan duduk ditempatnya. Memang cuma Teguh yg berani pada Langit, dia juga selalu terlihat bahagia.
"HEEEH ANJIR SIAPA YANG NGAMBIL CELNA GW????!!!!" teriak Arka dari arah kamar mandi, sontak semua orang tertawa. Kini suasana sudah tidak tegang lagi. Suasana sudah mulai mencair.
"Gan celana lu gw pake dulu, punya gw robek tadi diajk split sama Adi. Gila susah juga." Lintang menunjukan deretan gigi putih miliknya.
•°•°•
"Langit!!!! Tungguin Elle!!!"
"LANGGIT!!!"
"Langit! Auw kepala Elle pusing. Langit!" Elle memegang kepalanya seolah olah sedang sakit. Merubah raut wajahnya. Langit berhenti mendapati Elle memegang kapalanya. Langit tertipu!Dengan sigap Langit membantu Elle, dipegang kedua bahu Elle oleh Langit. Perlahan pria itu menuntun Elle berjalan ke arah UKS. Sedangkan Elle tetap mempertahankan aktingnya. Bukankah Elle cocok bermain film?? Karena UKS semakin dekat degan mereka, muncul sebuah ide. Apa yang terjadi jika Elle pura pura pingsan?? Tidak ada yang tau jika tidak dicoba bukan??
"Langit kepala Elle pusing baget. Ck pusing." perlahan Elle menutup matanya dan melemaskan tubuh. Langit awalnya terkejut, namun dia segera menggendong Elle supaya lebih cepat sampai. Elle bersorak dalam hati. seandainya dia bisa, Elle pasti ingin tersenyum dan melompat lompat.
"Cepat!! Cepat!!" Langit tegas pada anggota PMR.
"Astagfirullah Elle kenapa?? Lo apain Git??" Bintang dengan cemas.
"Gw ga tau. Tiba tiba." Elle agak sedih karena Langit terdengar biasa saja. Kenapa dia tidak cemas atau hawatir? Elle membantah pikiran buruknya. Dia harus bisa membuat ini tambah tragis. Perlahan Elle membuka matanya, dia berakting seolah masih pusing.
"Lee lu gpp?? Masih pusing?? Lu kenapa??" Bintang terlihat sangat mencemaskan kondisi Elle. Tapi langit hanya melihatnya dengan dingin.
"Uek, huek, huek." Elle berlari dari ranjang menuju kamar mandi. Dia tersenyum kecil melihat Langit sedikit bergerak, seperti ingin membantunya.
"Hueek, hueek, hueek." Elle sengaja mengeraskan suara muntahnya, supaya didengar Langit. Dia juga mengirim pesan ke Bintang supaya keluar dari UKS. Elle berjalan gontai keluar kamar mandi. Sengaja dia menjatuhkan tubuhnya dilantai. Dan Langit langsung menghampirinya, dari matanya sudah terlihat kalau Langit hawatir. Elle berteriak senang dalam hati nya, bibir pun ikut tersenyum tampa di sadari.
"Kenapa lu senyum??" Langit membantu Elle berjalan ke bankar UKS.
"Langit hawatir ya???"
"Gak!" Langit merubah kembali raut wajahnya menjadi datar.
"Langit!"
"Hm"
"Langit!"
"Hm"
"Langit! Iih jawab yg bener!"
"Apa!!!"
"Jangan ngegas juga."
"Iya, kenapa?"
"Bukankah hawatir awal dari rasa peduli? Lalu peduli adalah langkah awal dari cinta?"
Pertanyaan Elle membuat Langit bungkam. Sebesar itukah rasa yg Elle miliki? Kini Langit merasa jadi orang jahat, karena terlalu sering bersikap kasar padanya. Sesering apa pun Langit kasar pada Elle, dia tidak pernah menyerah atau pun marah. Haruskah Langit bersyukur?? Jika dipikirkan lagi Langit memang bukan orang baik seperti Elle. Tunggu, apakah Elle orang baik?
"LANGIT!!!!!" Elle berteriak karena sedari tadi Langit diam.
"Jangan bengong, ini Elle ngomong lho dari tadi." Langit hanya memperhatikan wanita ini bicara tampa punya keinginan membalas perkataannya.
"Langit jangan diem aja."
{{~~}}
Heey, akhirnya bisa update juga 😅
Menurut kalian ceritanya gimana??Sebenarnya ini udah tucan tulus dari seminggu lalu, tapi belum di revisi dan lupa di publis 😁. Akhirnya sekarang deh di publis.
Satu kata buat Elle.....
Satu kata buat Langit......
Satu kata buat Bintang......
Satu kata buat Arka.....Sebenarnya author mau buat emot yg panjang, tapi ma
Uuuh~~
See you 😆😆Salam hangat author.
KAMU SEDANG MEMBACA
naughty couple
Teen FictionDunia hanya tentang jadi yang terbaik, luar maupun dalam. Yang rupa hanya sekedar kentang pasti terbelakang. -Arabelle Aristya Krisna. "kamu terlalu baik untuk aku cintai elle, tapi percayalah di dunia ini tak ada yang mustahil! termasuk mencintai...