Langit

52 23 80
                                    

Langit memasuki rumah yang menurutnya neraka ini. "Langit pulang."  dua kata itu selalu terlintas di benak Langit saat memasuki rumah.  Bukan kenangan indah tapi buruk. Setelah mengatakannya dia akan melihat Bunda kesayangannya menangis di pojok dapur.

"Langit gimana ulanggan tadi?? Ayah dengar ada ulangan biologi." Ayah Langit menurunkan koran yg dibaca barusan. Langit pun mengeluarkan kertas hasil ulangannya, terpampang nilai 43 dengan pulpen merah.

"Kamu remidi? Apa ini Langit!!!  Percuma Ayah nyekolahin kamu kalau  kamu bodoh!!!  Kapan kamu berubah?!!  Nilai terus jelek!!!" Ayah Langit terlihat sangat marah pada Langit.

"Kemarin Langit g ikut materi karena latihan karete. Langit mau lomba." Langit tampak masih santai menghadapi Ayahnya.

Plak, plak, plak.

Tiga tamparan mendarat di pipi Langit, mengakibatkan sudut bibirnya yg ramun mengeluarkan darah.

"BERAPA KALI AYAH BILANG, JANGAN IKUT KARATE!!!!!!  Kamu mau nunjukin apa dengan berantem??!!!  Mending kamu ikut olimpiade!!!  Buat apa ikut karate???!!!" Langit teringat saat terakhir dia membawa pulang piala dan sebuah mendali karena berhasil memenangkan kejuaraan karate, Ayah melembuang bahkan melelehkannya. Ayah tidak memperdulikan seberapa keras latihan Langit untuk itu, yg dia perdulikan hanyalah nilai.

"Seengganya ini hasil kerja keras Langit sendiri." Langit tidak ingin menurut. Setiap anak punya bakatnya masing masing bukan?

"Dengeri Ayah anak g tau untung!! kamu makan pake uang Ayah! Jadi jangan sok ngebantah!!" Ayah menjabak rambut Langit. Sedangkan Langit diam tidak melakukan apa apa.

"Yah Langit suka karate! Kenapa Ayah g pernah dukung Langit?!?!" Langit tidak pernah tahu apa yang ada di pikiran Ayahnya. Kenapa dia tidak pernah suka Langit ikut karate? Padahal hobby Langit emang karate. Selain itu Langit juga suka balap motor. Kenapa Ayah g pernah mendukung Langit?? Kenapa Ayah selalu mau Langit pintar di bidang akademik? Bukankah setiap anak punya bakatnya masing masing?? Langit jadi ketua osis dan merahasiakan dirinya menjadi ketua Asbestos untuk apa??  Untuk membuat Ayah sekali saja memujinya.  Tapi realita yang harus Langit hadapi adalah dirinya yg tetap saja di maki oleh Ayahnya. Langit merokok, Langit pergi ke klub malam setiap ada masalah sama ortu, semua dirahasiakan. Hanya untuk menjaga nama baik Ayahnya ini. Supaya Bundanya yang tersayang tidak terluka.

"Harusnya kamu contoh kakakmu!!! Dia bisa sekolah di luar negeri pake biayaya siswa g kaya kamu!!!  Bisa kamu apa?!!  Berantem?!" setelah dimaki dan disakiti Langit pasti di banding bandingkan dengan kakaknya. Langit memang tidak pernah mendapat posisi benar di mata Ayahnya. Selalu salah.

Langit melirik sejenak, melihat Bundanya duduk di atas kursi roda sambil menangis tanpa bisa berbicara membela Langit. Lalu melihat ke arah pintu karena ada yg masuk. Seorang perempuan dengan pakaian terbilang sexsi, pacar Ayahnya. Ayah langsung datang dan memeluk pacar bangsatnya itu. Langit mendatangi Bunda juga memeluknya, mengajak Bunda masuk supaya tidak melihat Ayah dengan si bunga bangkai. Ahh sepertinya sebutan bungai bangkai kurang pas, walau baunya tidak sedap tapi dia langka dan dilindungi. Jadi apa sebutan yg tepat untuk jalang Ayahnya yg terus datang ke rumah?

•°•°•

Seperti biasa setelah bel berbunyi semua siswa pergi ke kantin. Kantin seperti air di tengah tengah gurun. Sebentar saja sudah penuh, jadi harus gercep.

"Langit, gimana hari ini?? Latihan karatenya lancar?? Kalo basketnya?? Terus Osis ada masalah??" Elle semangat menanyai Langit yang duduk sambil berdiri. 

"Langit jangan diem aja dong."

"Langit bisu??"

 naughty coupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang