PROLOGUE

194 20 13
                                    

[ 23.37 ]
[ Melbourne, Australia ]
[ Friday, 2 Oktober 2020 ]

Udara bertiup lembut. Menyapu dedaunan yang masih berpegangan dengan setia pada tiap ranting pohon, berharap dirinya tidak jatuh malam ini. Jalanan tak lagi ramai seperti saat pagi hari. Semua orang sudah menutup pintunya dan bersiap untuk terlelap, serta mengisi ulang energinya lagi untuk esok hari.

Malam ini adalah malam yang cerah dan tenang. Suasana tentram meliputi seluruh penjuru Melbourne. Namun, lain hal jika kau temukan diriku di dalam kamar ini sendiri...

Cetik, cetik, cetik...

"Hoaaamm.. Aishh, dikit lagi selesai! Semangat, semangat!" batinku sambil menggosok-gosok kedua mataku yang lelah dan kembali meneguk sekangkir kopi di sampingku.

Ya, lagi-lagi tugas kampusku. Ini soal keputusanku untuk melanjutkan S2 di luar negeri setelah menikah. Aku mengambil jurusan desain grafis yang memang sudah kuimpikan sejak kecil. Meskipun di mata Channie-ku, aku tetaplah seorang pemain biola pengantar tidurnya.

"Baiklah, materi ini.. ada di..."

Aku sibuk mengeluarkan buku-buku dari rak kecil di bawah meja kerjaku. Semuanya ku buat berhamburan di lantai. Tenang saja, akan ku bereskan lagi kok, hahaha...

"Astagaa, kok ngga ada siih? Hm, jangan-jangan nyasar di rak buku Channie," batinku sambil menatap curiga rak buku milik pria uwu yang empat tahun lalu melamarku itu. Rasanya tidak adil jika punyaku sudah berantakan gini, dan yang punyanya belum, hahahaha.

Kreeekkk...

Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar dan melangkah masuk.

"Honey?"

"Ah, kebetulan banget. Udah selesai nontonnya hm?"

Ya, orang itu adalah suamiku, Christopher Bang. Aku lebih nyaman memanggilnya Channie. Yang selain menjadi teman terbaikku di rumah ini, juga merangkap menjadi leader dari boygroup bernama StrayKids. Selengkapnya, cari sendiri :v

Pria itu berjalan pelan ke arahku yang sedang duduk dibawah bersama hamburan buku-bukuku.

"Ngantuk..." ucapnya pelan sambil menggosokan matanya yang nyaris rapat itu. Aku nyaris meninggoy karena terserang kelakuan manisnya, kkkkk...

"Ainsley aja udah tidur dari tadi, kita kapan, by? Berat banget mataku nungguin kamu dari tadi," aku hanya tertawa mendengar protesnya.

Charlotta Ainsley, seorang malaikat kecil yang sedang tertidur pulas di kamar sebelah. Gadis manis penyuka ice cream dan unicorn itu sudah berusia tiga tahun sekarang. Aku dan Chan sangat bersyukur bisa memiliki Ainsley dalam hidup ini. Sungguh, kupikir ini adalah puncak keuwuan yang sebenarnya ♡

"Kamu duluan aja, aku masih nyari bukuku niihh. Oh ya, eungg.. Aku boleh izin..."

"Rak milikku? Apa sih yang engga buat kamu hm?" Channie tersenyum dan mencubit pipiku pelan. Aku hanya terkekeh. Keuwuannya bertambah 300x lebih mematikan di malam hari, ggrrr..

"Tapi, dengan satu syarat..." Channie mulai lagi. Aku hanya menghela nafas dan menunggu syarat darinya yang kadang suka aneh-aneh itu.

"Kisseu~" bisiknya, lalu terkekeh.
Kan, sudah ku bilang, hahaha...

Cup!
Aku mengecup pipinya sekilas, mungkin hanya sepersekian detik. Baiklah, itu imbalan untukmu, by. Sudah cukup! Ngga lebih! >///<

"Udaah! Aku mau nyari bukuku yaaa. Dadah dadahh!" dengan cepat aku berlari ke rak buku Channie. Pria yang berada di belakangku itu hanya tertawa dengan tingkahku itu. Kita berdua memang tak berubah, sama seperti saat pertama kali kencan... 10 tahun lalu?! Astaga aku juga baru sadar, hahaha manisnyaa ~

Srak.. Srak.. Srak..

Aku terus mencari buku itu hingga ke rak paling dalam. Aku yakin banget, aku belum loak buku itu. Pasti ada di sekitar sini.

"Ada nggak, sayang?" tanya Channie dengan suara pelannya.

"Eeh?! Kamu belum tidur?! Kan udah aku bilang, duluan ajaa," aku terkejut. Hmm, kasian banget dah si Channie. Lagian kenapa juga dia nungguin aku selesai nugas? Masih lama ini tauu..

"Kenapa ngga dilanjut besok aja, by? Ayo tidur. Kamu ngga kasian apa sama badan kamu udah dipake seharian tanpa istirahat gitu? Kamu ngga kasian juga sama aku hm?" Channie memanyunkan bibirnya. Baiklah, dia memang tak pernah gagal dalam membujukku.

"Hahaha, baiklah, honey," jawabku. Tapi, tiba-tiba...

DUKK!

Tak sengaja, kepalaku beradu keras dengan dua rak Channie yang menempel di dinding. Alhasil, beberapa buku dan kertas jatuh dari rak itu.

"Akhh! A-Aduuh.." ringisku menahan sakit sambil terus memegangi kepalaku.

"Eehh?! Tuhkan, kamu tuh udah lelah. Cup, cup..." Bangchan langsung melompat dari kasur, mengelus-elus kepalaku yang terbentur, serta memelukku erat. Ya, aku lebih baik menjadi anaknya saja daripada bininya, awkoakwaok.

"Berantakan lagi jadinya, by..." ujarku sambil memungut beberapa kertas yang berjatuhan tadi.

"Lanjut besok, ngga ada alesan! Ayoo tidur by, aku udah ngantuk!" rengek Channie. Aku hanya tertawa saat dia melakukan aegyo berkali-kali. Astagaa, jantungku apa kabar? >///<

Tapi tiba-tiba, mataku tertuju pada salah satu kertas di tanganku, kertad yang baru saja aku ambil dari lantai. Tulisan yang terlukis disana...

...seperti tak asing pada memori yang tersimpan lama...

"For my honey sweetie pie,
Christopher Bang.

I'm sorry..."

[ 11.46 ]
[ 03/10/2020 ]
[ TO BE CONTINUE... ]

TRICK or LOVE ? [BANGCHAN x READER] [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang