''Bastian rindu ga sama Ersya? Jujur, Ersya rindu'' Gumam sang gadis disela-sela doannya.
Memori lama kembali lagi. Setelah hampir 7 tahun di kota kelahiran ayahnya. Gadis lugu, ceroboh, cengeng, malas menghafal, jika pakai jilbab tak berselang lama selalu dilepas, sudah berubah menjadi wanita berprawakan ideal, dengan wajah putih mulus yang tak pernah lepas dari air wudhu. Matanya yang memancarkan kelembutan serta keanggungan selalu membuatnya menjadi pusat perhatian dimanapun ia berada. Umurnya hampir menginjak 16 tahun, namun sudah banyak Cv Ta'aruf terkirim ke rumahnya. Orang yang tak mengenalnya dengan baik pun tau bahwa ia sangat cocok dijadikan menantu. Tutur katanya yang sopan dan anggun serta keahliannya dalam beladiri membuat seorang Zersya Fakhirah Al-Farizqi berbeda dari gadis lainnya.
Ersya masuk disalah satu Tempat Pelatihan Taekwondo dikota kelahiran ayahnya. Waktu di Surabaya pun ia pernah mendaftar masuk Taekwondo, namun belum sempat Latihan, maka ia pun memutuskan untuk mengikutinya disini. Ersya banyak mengikuti kegiatan serta organisasi. Ia mengikuti pramuka di sekolahnya yang pernah membawanya ke sail nias Sumatra Barat. Serta Palang Merah Remaja yang pernah membawanya juga ke ibu kota. Dan Ersya juga adalah Wakil Ketua Osis di Sekolahnya.
Menghabiskan Waktu 7 Tahun tanpa kabar dari seorang Bastian, pria berbadan beberapa senti dibawahnya, serta sifatnya yang sok dewasa seringkali membuat Ersya rindu setengah mati. Kalaupun menghubungi ayah bundanya Bastian, pasti saja Bastian tak ada di rumah, atau mungkin ia sedang tidur. Pernah sekali waktu masih kecil Ersya Mengisengi Bastian dengan Menganggunya ketika tidur, dan naasnya dibalas Bastian dengan cuekan selama hampir dua bulan. Sejak saat itu tak ada yang berani membangunkan atau menganggu Bastian lagi saat ia sedang tidur.
Ersya banyak disukai orang, mungkin karna kota kelahiran ayahnya yang berada dipelosok negeri serta kotanya yang memang kecil, lebih tepatnya Kabupaten membuat Ersya dikenali. Jika bertanya dimana rumahnya Ersya, maka pasti akan dijawab 'Ersya anaknya Pak Azmi sama Ibu Evi? Oh rumahnya disamping Masjid Al-Amanah, Pagar menjulang tinggi, serta ada penjaga disamping gerbang. Rumahnya Bercat cream.'
Ayah Ersya? Tentu saja seseorang yang ternama. Ayah Ersya memboyong keluarganya kembali ke kampung halamannya dengan maksud adalah karna ia mengikuti Pilkada dan Alhamdulillah ia dipilih sebagai wakil bupati. Namanya yang bersih serta pendidikannya yang mencapai s2 di ibu kota pun disegani. Apalagi Istrinya adalah Seorang dokter dikota itu juga tentu saja membuat keluarga itu dikenali hingga penjuru kota.
Ersya memiliki dua saudara. Kakaknya bernama Azka Fariz Dzaruri Al-Farizqi dan Adiknya bernama Azri Zadrak Al-Farizqi. Ersya anak perempuan satu-satunya, tak jarang kemauannya selalu dituruti.
Kakaknya Azka, sekarang sudah berkuliah hampir menjelang semester akhir untuk s1nya di kota Ambon. Ia berencana lanjut s2nya di jakarta tempat ayahnya kuliah dulu. Kakak Azka memiliki cita-cita ingin menjadi mentri, Kalau Allah mengizinkan pun ingin ia menjadi Presiden karna ia ingin mensejahterakan kota-kota pelosok, desa-desa ditimur indonesia. Ia ingin semua rakyat indonesia merasakan Keadilan Sosial. Serta Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradap. Tak lain adalah karna zaman sekarang terlalu banyak kepala-kepala daerah yang korup sana-sini memakan uang rakyat. Apakah gaji yang diberikan Negara tidak cukup? Sungguh.
Sedangkan Adiknya Azri Zadrak Al-Farizqi sekarang menginjak umur 8 tahun. Saat inilah masanya bandel serta nakal yang selalu membuat Ersya sebagai kakak kewalahan jika harus membantu adiknya bersiap ke sekolah.
Vomen😉.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zersya And The Bas
Teen Fiction"Yaudah ayo naik. Bastian antar sampe sekolah." Kata Bastian sembari menunjuk motor ninja warna maroon miliknya. "Bukan Mahrom Bas. Nanti apa kata orang. Ga usah nanti Ersya naik angkot aja." Kata Ersya "Yaudah nanti Bastian halalin Ersya. Ayo naik...