Membekam Rasa

155 8 1
  • Didedikasikan kepada Kasropin Nugroho
                                    

mata yang berpijar disetiap tawa

membuyarkan syair-syair yang tercerentang didalam lembaran dan tinta

senyum yang mempesona mata

selalu menggoda tuk mendalaminya

tawa dan nada bicara yang berapi-api

seakan mengajak menari,

bersama-sama

kau lemah dan kuat dengan bersamaan

menguatkanku, melemahkanku di hati terdalam

perlakuanmu tak lembut seperti beludru

tapi yakin dan hatimu memberitahuku

rupamu tak semanis putri cendana

tapi tutur bahasamu mengalahkan madu

kala itu, tiap detiknya masih kurasa

kala itu tiap jamnya masih ku dengar

canda tawamu

meski cuma sekedar kalimat ambigu yang masuk di layar hapeku

kala itu masih ku sempat dengarkan kata cintamu

kala itu....

waktu kini tlah berputar

tanpa sadar kau telah ku lempar

jauh hingga tak ku duga jaraknya

tanpa sadar kau telah ku buang

hingga aku tak tahu dimana ruang yang tersisa waktu itu

ku tahu aku bersala

ku tahu aku tak bisa mengalah

dan kau tahu cuma kau yang terbersit disini

diruang ini

separuh isi hatiku,

dirimu

hanya saja,

aku terlalu bodoh melakukan itu,

kau kubuang tanpa perasaan

hingga aku yang menelan karma

hingga membekam gejolak yang ingin ku redam

namun tak mampu.

terinspirasi dari kisah cinta "jembatan gantung" ala temenku yang pada gesrek, pada egois, yang enggak mau ngakuin isi hatinya.

dan akhirnya kayak di novel-novel dan sinetron, ditinggal tunangan baru deh tau rasanya kehilangan. 

hayo-hayo... yang ego-nya tinggi (kayak yang nulis juga) turunin kadarnya 5% aja... coba ngomong lagi dari hati-ke hati... jangan nyesel kaya temenku...

makasih yang udah koment dan baca...

maaf baru nulis pendek karena dikejar kewajiban dari Dosen yang baiknya minta ampun

TINTA JELAGA (antologi puisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang