terlanjur sayang [15]

30 15 5
                                    

"cueknya dia itu tanda kalo Lo harus sadar, bukan sabar"


NOTE : banyak quotes-quotes galau yang tentunya itu adalah ucapan jihan yang menyindir.

Alinka berjalan lesu di koridor sekolahnya dengan pikirannya yang bercabang. Saking tidak fokusnya, dia bahkan sempat salah masuk kelas.

Sudah dua hari ia tidak bertemu dengan Rafa, bahkan, jika di hubungi pun Rafa tidak pernah mengangkatnya. Saat Alinka mengiriminya pesan pun akan di balas setelah beberapa jam kemudian.

"Alin? Lo sehat? Kok bengong Mulu kek orang banyak utang," tanya Natasha sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Alinka.

"Kenapa dia?" Tanya Natasha pada Jihan yang sedang memainkan ponselnya. Jihan hanya mengangkat bahunya tanda tak tahu.

"Alin..." Panggil Natasha lembut sambil menepuk-nepuk lengannya.

"Apa?" Jawab Alinka lemas.

"Alin! Lo gak di kasih makan berapa bulan? Lemes banget," ucap Devita heboh saat baru masuk ke dalam kelas. Di ikuti Thania yang sedang memakai earphone.

"Lo kenapa Lin?" Tanya Natasha lagi.

"Gak papa," jawab Alinka.

"Gak papa gimana? Lo lemes lesu kek orang kurang makan gini," ucap Thania.

"Serius, gue gak papa," jawab Alinka lagi.

"Udah biarin aja, mungkin dia udah gak butuh sahabat lagi," ucap Jihan yang tentunya sudah geram ingin mencaci maki Alinka, bagaimana tidak, dari tingkahnya saja sudah terlihat jelas bahwa dia sedang ada masalah, dengan sok tegar nya dia bilang 'gak papa'.

"Kadang gue bingung sama orang yang kalo ada masalah bukannya cerita malah diem aja, giliran masalahnya udah memuncak dan gak bisa di tanganin sendiri aja baru heboh minta bantuan," ucap Jihan yang tentunya menyindir Alinka.

"Gak semua orang bakal ngerti apa yang lagi gue hadepin," ucap Alinka.

"Ya gimana mau ngerti kalo Lo gak cerita." Sinis Jihan yang tentunya membuat mata Alinka berkaca-kaca.

"Jihan! Udah, gak boleh gitu, kita sebagai sahabat harusnya bantuin dia, dukung dia, bukan malah nyalah-nyalahin." Ucap Thania yang melihat Alinka hampir menangis.

"Bantuin dalam hal apa Thania? Yang punya masalahnya aja gak mau cerita," ucap Jihan. Sedangkan Natasha dan Devita, mereka hanya menyimak keributan di depannya.

"Justru karena itu, kita harus bujuk alin biar dia mau cerita, bukan malah di salah-salahin."

"UDAH! Jangan berantem, gue bakal cerita," ucap Alinka melerai.

"Sikap Rafa berubah," jelas Alinka.

"Maksudnya?" Tanya Devita yang dari tadi gak kebagian dialog.

"Dia jadi susah di hubungin, bales chat dari gue juga lama, udah dua hari kita gak ketemu, terakhir jalan sama gue pun dia ngelamun terus,"

"Mungkin dia lagi sibuk, atau lagi ada masalah mungkin," ucap Natasha.

"Iya, tapi... Ya udah lah gak usah di bahas," ucap Alinka sedikit bersemangat.

"Makanya, jangan terlalu berharap kalo belum di kasih kepastian," 

"Jihan..." Ucap Thania, Natasha dan Devita bersamaan.

——

Sepulang sekolah, Alinka langsung membersihkan dirinya berharap bisa melupakan masalahnya sejenak.

Dia berbaring sambil menatap layar ponselnya yang menunjukan spam chat yang ia kirim kepada Rafa.

Entah mengapa dia sedikit cemas saat Rafa mulai menjauh darinya, terlalu banyak kemungkinan yang ia pikirkan, salah satunya, Rafa sudah bosan dengannya dan mencari wanita lain.

——

Tepat satu Minggu dirinya tidak bertemu dengan Rafa, Alinka masih mengiriminya pesan setiap waktu, dan seperti biasanya, Rafa baru akan membalasnya setelah berjam-jam.

"Udah lah Lin... Badan Lo sampe kurus kering gini cuma gara-gara Rafa," ucap Thania yang sudah bosan melihat Alinka yang tak memiliki semangat.

"Tau Lo, awas aja, kalo sampe Lo kurang gizi gara-gara galau mikirin dia," ucap Devita sambil melahap gorengannya. "Mau?" Tawar Devita pada teman-temannya.

"Giman sekarang?" Tanya Thania pada Alinka.

"Gimana apanya?" Tanya Alinka bingung.

"Hubungan Lo sama Rafa bodoh," ucap jihan.

"Ya gitu, dia nya makin cuek," jawab Alinka.

"Terus Lo mau gimana sekarang?" Tanya Natasha sambil memakan gorengan Devita.

"Tunggu dulu sampe dia mau ngasih penjelasan," jawab Alinka.

"Cueknya dia itu tanda kalo Lo harus sadar, bukan sabar,"

"Ya abisnya gimana, gue gak mau berhenti di tengah jalan gini, seenggaknya dia kasih tau alesan kenapa dia berubah, gue pasti hargain apa pun keputusannya," jawab Alinka.

"Lo udah tanya Aldo?" Tanya Natasha.

"Udah, katanya Rafa udah beberapa hari gak pulang." jawab Alinka.

"Aldo tau kemana perginya Rafa?" Tanya Thania.

"Gak tau," jawab Alinka.

"Impresif," ucap Devita yang masih anteng memakan gorengan.

"Gimana kalo pulang sekolah nanti, kita jalan, seenggaknya kita lupain masalah ini sebentar," usul Natasha yang langsung di setujui mereka.

"Kita susun list tempat yang harus kita datengin nanti," ucap Natasha sambil mengambil buku dan pulpennya.

"Pertama, kita nongkrong dulu di cafe biasa buat ngisi insta story," ucapnya sambil menuliskannya di buku.

"Ke dua, kita wajib nonton film. Ke tiga, kita keliling cari ba-"

"Heh babi! Duit gue cuman gocap, Lo kalo ngajak maen tuh mikir dikit Napa, nih ya, pas nongkrong di cafe, minimal gue beli milk shake, itung aja harganya dua puluh rebu, buat nonton aja masih kurang ceban, gimana mau beli baju," gerutu Devita kesal.

"Ya udah iya, list nya kita ubah, berarti kita nonton dulu, baru nongkrong sampe tumbuh jenggot," ucap Natasha sambil menyoret tulisannya.

"Gampang kalo uang Lo kurang ceban," ucap Natasha sambil memasukkan bukunya ke dalam tas miliknya.

"Kenapa? Lo mau nambahin?" Tanya Thania.

"Kagak, minta aja sama Jihan kalo uangnya kurang." jawab nya.

TBC

Hai guys! Ini permintaan maaf aku untuk kedua kalinya karena telat update, mungkin kalian udah lupa sama cerita ini, aku bener-bener bingung lanjutan cerita ini gimana, dari pada ceritanya harus berhenti sebelum ending, jadi aku mutusin buat nyelesain cerita ini dalam waktu dekat, mungkin gak nyampe bab 20 ceritanya udah end.

Terlanjur SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang