"SAMLEKOM!! ADA ORANG GAK?! KALO GAK ADA YA UDAH OCA MAKAN AJA YA MAKANAN NYA!!" teriak Oca menggedor-gedor pintu apartemen Ares.
Ares membuka pintu apartemen nya dan menatap Oca sebal.
"Apartemen saya ada bel nya, Ca. Ngapain gedor-gedor kalo pintu nya rusak aja, gak mau ganti." ujar Ares.
"Ish! Orang tuh khawatirin tangan Oca ini malah pintunya. Nih Oca bawa makanan di suruh Mama." ucap gadis itu menyodorkan paper bag berisikan makanan.
Ares mengambil nya. "Ya udah."
"Ya udah doang nih?" pancing Oca.
"Makasih!"
"Makasih doang?"
"Kamu mau apa lagi?!" tanya Ares mulai jengkel.
"Oca boleh masuk gak? Boleh ya? Please! Oca janji gak bakal ganggu om deh. Oca tuh bingung di rumah gak ada siapa-siapa, Mama arisan terus Nenek lagi ikut konser BTS sedangkan Papa masih di rawat di rumah sakit. Om gak kasihan sama Oca yang sebatang kara ini?" ujar gadis itu menampilkan puppy eyes handalannya.
Ares menahan tawa melihat tingkah bocah di hadapannya saat ini.
"Saya izinin masuk tapi ada syaratnya." ujar Ares membuat mata Oca berbinar-binar.
"Apa syaratnya?"
"Syaratnya adalah kamu harus bersihin apart saya. Gimana?" tawar Ares menaikan satu alisnya.
"Ya ya udah deh gak papa!" Tanpa persetujuan Ares, Oca langsung menerobos masuk dan hampir saja membuat Ares terjungkal.
Oca langsung merebahkan dirinya di sofa dan dengan seenak jidat menyetel televisi sambil memakan camilan.
"Inget! Beresin rumah saya bukan berantakin! Tugas kamu bawa baju-baju saya ke laundry terus cuci piring, nyapu, ngepel, bersin kam–" Ares mendengus sebal saat melihat Oca yang malah ketiduran.
"Nyusahin mulu lo!" ucap Ares duduk di bersebrangan dengan Oca yang sedang tertidur.
Ares kembali meneruskan pekerjaannya, memangku kembali laptop dan memakai kacamata minus membuat pria itu terlihat lebih tampan dari biasanya.Oca diam-diam mengintip Ares yang kembali sibuk berkerja padahal hari ini harusnya libur kan (?)
Oca memang pura-pura tertidur karena malas mendengar ocehan mulut Ares yang seperti perempuan. Bawel banget!
Ada rasa kasihan saat melihat mata Ares yang seperti kelelahan. Sesekali pria itu menguap lalu mengucek mata nya guna menghilangkan rasa kantuk.
Tapi, sepertinya Ares tidak bisa menahan rasa kantuk nya sehingga tak lama kemudian laki-laki itu tertidur dengan posisi duduk dan laptop masih menyala.
Oca bangkit dan mendekati Ares perlahan. Mematikan laptop Ares lalu mencopot kacamata yang masih Ares pakai.
"Om, om udah tua harusnya banyak ibadah supaya pas mati ada amalnya bukan sibuk kerja terus!" monolog gadis itu.
Oca membenarkan posisi tidur Ares lalu menatap sekitarnya yang berantakan.
Oca tak pandai beres-beres, tapi kalau sekedar meyapu dan ngepel tidak sulit kan(?)
Gadis itu mulai membereskan ruang tamu apartemen Ares dan sesekali bersin-bersin. Oca memang alergi dengan debu, jika terkena debu sedikit saja pasti langsung sakit.
"Hacim!"
Tepat sekali Oca bersin di wajah Ares membuat pria itu terbangun.
"Maap om gak seng– hacim!"
"Kamu kenapa? Sakit?" tanya Ares sambil merenggangkan otot-otot nya.
"Ah nggak! Oca cum–hacim!" Gadis itu mengusek-usek kan hidungnya yang gatal.
Ares berjalan menghampiri Oca dan mengecek suhu tubuh Oca dengan menempelkan punggung tangannya di kening gadis itu.
Panas.
Ares langsung menggendong tubuh Oca dan membawanya ke kamar.
"Om kok kepala Oca pusing ya?" tanya gadis itu ketika Ares sudah membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Kamu demam, minum obat biar cepet pulang." sarkas Ares menyodorkan sebutir obat kepada Oca.
"Gak mau!" Oca menutup mulutnya rapat-rapat.
"Minum!"
"Gak!"
"Nanti saya belikan susu."
"Gak!"
"Mau minum sendiri atau saya paksa?" ancam Ares menatap garang Oca. Bukannya takut Oca justru menutup mulut dengan kedua tanganya.
Dengan sangat terpaksa Ares menghampiri Oca dan menarik paksa tangan gadis itu agar tidak menutupi mulutnya. Setelah berhasil menahan kedua tangan Oca, Ares langsung memasukan pil obat ke dalam mulutnya dan meminum air lalu mendekatkan mulutnya ke mulut Oca.
Ares mengigit bibir bawah Oca dan itu membuat mulut Oca terbuka, kesempatan bagi Ares untuk memasukkan obat itu ke dalam mulut Oca. Oca tersedak tapi Ares tidak perduli dan terus memaksa gadis itu untuk menelan obatnya.
Mau tidak mau Oca menelan obatnya. Dari kecil memang seperti itu cara Oca meminum obat bila bersama Ares. Ares tidak bisa jika harus pakai acara bujuk membujuk. Kalau bisa maksa kenapa harus baik-baik?
Ares tidak langsung melepaskan ciuman mereka. Entahlah mungkin Ares baru sadar jika bibir Oca sangat manis dan itu membuat Ares tiba-tiba melumat nya.
Oca merasa aneh dengan mulutnya. Kenapa Ares tidak melepaskan nya padahal obatnya sudah ia telan.
"Eunghh" Oca melenguh.
Ares tersadar dan langsung melepaskan ciuman mereka walau ada rasa tak rela.
"Om tadi ngapain sih? Kok enak?" tanya Oca dengan wajah polosnya.
"Hah? Enak?" Ares impresif, ia pikir Oca akan marah.
"Iya tadi pas om emut-emut bibir Oca rasanya enak. Boleh minta lagi?" tanya Oca.
Ares mengusap belakang lehernya sambil menahan senyum.
"Nggak boleh!" tolak Ares.
"Yahhhhh!" kecewa gadis itu.
"Kalau sudah menikah jauh lebih enak, tunggu nikah dulu ya." ujar Ares seraya mengusap rambut Oca lembut.
"Oca pernah liat di laptopnya Aska ada cewek sama cowok ngelakuin hal yang sama kayak kita tadi om. Ohh pantes aja ceweknya keliatan keenak ternyata emang enak, nanti Oca mau coba sama Aska ah!" jelas gadis itu membuat Ares melotot kaget.
"Jangan! Kalo kamu mau lagi sama saya aja! Gak boleh sama orang lain, paham?" cegah Ares.
"Eh"
"Pokoknya bibir kamu cuma punya saya!" final Ares.
"Bodo amat dah pedofil-pedofil lo, Res!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Is A Little Girl (END)
Humorgenre: comedy-romance Memiliki konflik yang ringan karena saya tidak pandai membuat konflik. Follow, vote dan coment. Terima kasih sudah mau membaca Oca gadis polos yang harus menikah dengan seorang CEO tampan namun mesum. Demi menyelamatkan nyawa p...