12# Tidak berubah

1 3 0
                                    

Apa jika aku menyerah, semesta akan berhenti memberikan luka padaku? Atau malah sebaliknya?

Divyanka Stevani.

___________

Vian memasuki rumahnya yang dalam keadaan sepi. Ia menghela nafas lelah. Tersenyum pedih, Vian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua.

Sampai nya Vian di kamar, ia langsung membanting tubuhnya ke kasur. Menatap langit-langit kamarnya Vian mengelus semua bekas luka yang ada di tubuhnya.

Semua luka tersebut tak lebih menyakitkan dari hati nya, ia pernah berharap bahwa setelah ia kecelakaan orang tuanya akan berubah. Namun semua itu hanya harapan, orang tuanya sama kali tak memperdulikan dirinya.

Saat ini ia tak ingin terlalu berharap kepada kedua orang tuanya, apa saat Vian telah mati mereka akan berubah. Entahla Vian juga tidak akan memikirkan nya lagi.

Ia memejamkan matanya, menikmati sesak di dadanya. Kristal bening mengalir turun tanpa izin. Lemah. Katakan saja begitu, memang saat ini ia sedang merasa sangat lemah.

"Hik.. Sakit.. Dada Vian sakit Ma.. " Lirih Vian sembari terisak.

Vian tak bisa lagi membendung semua rasa sakitnya untuk saat ini, ia sudah terlalu lelah.

"Kapan.. Mah.. Hiks.. Kapan Vian bisa ngerasain pelukan Mama lagi.. " Tangis Vian menjadi.

Vian mengambil guling disebelah, memeluk guling tersebut dengan sangat erat, menyalurkan semua rasa sakit yang ia rasa.

"Vian pengen kayak temen-temen Mah, hiks... Mama.."

"Apa harus Vian pergi dulu dari kehidupan kalian biar kalian bisa sayang sama Vian. "

Ingin rasanya Vian menyerah,menyerah kepada semesta agar tak memberikan ia luka yang semakin besar.

Pikiran Vian kalut, ia tak bisa berfikir dengan jernih saat ini. Yang ia rasakan hanya sakit, tak ada lagi kebahagiaan pada dirinya. Tak ada lagi kasih sayang orang tuanya, jadi apakah masih ada alasan untuk dia bertahan?.

Tangis Vian semakin menjadi, ia tak hanya memeluk guling tersebut tapi juga meremasnya. Apa yang bisa ia lakukan saat ini selain menangis.

Vian bangkit dari tidurnya, ia berjalan kearah kamar mandi. Memasuki kamar mandi, Vian menghidupkan shower dan membiarkan air yang mengalir mengguyur tubuhnya.

__________

Hari ini Vian memutuskan untuk tidak masuk ke sekolah, ia ingin menghabiskan waktu sendirian. Namun bukan dirumah, ia memilih pergi kedanau yang jauh dari rumah serta sekolah nya.

Vian tidak membawa kendaraan sendiri, ia memilih naik taxi agar orang-orang tak mengetahui keberadaannya. Saat diperjalanan Vian kembali menangis, mengingat apa yang tadi pagi Ibunya lakukan  padanya.

Plasback on

Vian memberanikan diri untuk duduk di meja makan bersama keluarga untuk sarapan. Namun bukan sambutan yang halus yang ia dapatkan, melainkan makian dari ibunya yang membuat keadaan psikisnya semakin tertekan.

"Ngapain kamu kesini!" Bentak Ratih.

"A-aku mau sarapan bareng Ma. " Ucap Vian, saat ini ia sedang tak ingin untuk melawan ibunya.

"Siapa yang ngasih izin kamu buat makan disini!. " Bentak Ratih lagi.

"Dasar anak nggak tau malu, nggak guna bisanya cuma nyusahin orang aja! "

Vian hanya menunduk tak mau melawan ibunya, apalagi jika nanti ayahnya ikut andil. Vian diam cairan bening mulai menggenang di kelopak matanya.

"Kenapa kamu diam! Udah sadar kamu Ha kalo selama ini kamu nyusahin, pembawa sial! " Apakah ini tidak keterlaluan? Ratih sudah kelewat batas.

"Mah! Udah jangan marahin Vian terus, kasian Dia. " Vina yang sendiri tadi diam akhirnya ikut bicara. Ia tak tega jika harus melihat Vian kembali menderita. Namun itulah yang selalu Vian alami, penderitaan.

"Diam kamu Vina! "

"Cih hilang selera makan saya gara-gara ngeliat kamu. " Ujar Ratih menusuk.

Dengan segera Vian beranjak dari duduknya, dan berlari keluar rumah. Ia sudah tak tahan mendengar makian dari ibunya. Ia terlalu muak dengan kata-kata yang dilontarkan ibunya.

"Anak nggak guna, nyusahin, pembawa sial, apa Vian seburuk itu dimata Mama? " Gumam Vian.

Plasback off

Vian keluar dari taxi yang ia tumpangi, namun langkahnya terhenti saat sang supir memanggilnya.

"Dek.. " Panggil supir taxi tadi.

"Kenapa Pak, uangnya kurang? " Tanya Vian.

"Oh enggak kok dek, Bapak cuma mau ngomong, kalo lagi ada masalah mending ceritain ke orang terdekat kamu, jangan nekat melakukan hal yang nantinya bisa membuat kamu semakin menderita. " Nasehat Pak supir.

"Bapak nggak ada maksud buat apa-apa, tapi Bapak takut aja nanti kamu melakukan hal yang diluar akal sehat kamu, Bapak ngeliat kamu mirip sama anak Bapak. " Kata Pak taxi itu lagi.

"E-emangnya anak Bapak kenapa? " Tanya Vian sedikit tak enak.

Pak supir pun keluar dari taxinya, dan mengajak Vian duduk disalah satu bangku dekat danau.

Ia menceritakan semua hal tentang anaknya, ia sampai menangis karena mengingat anaknya.

____________

Hola

Part ini kayaknya kepanjangan ya 😁.

Gimana perasaannya?

Typo.

See you next part👋💕🖤
@zelikarmd

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAMPION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang