Prolog

81 6 0
                                    

Halooo, ini cerita Gue yang entah ke berapa🤣🤣
Karena ada ide, jadi kubuatlah cerita baru padahal ada dua cerita blm selesai/plakk
Yaudahlah ya keburu idenya ilang😭🤣

Yu, Happy Reading!🙈

Jangan lupa tinggalin jejak, hehe😽

Jangan lupa tinggalin jejak, hehe😽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi pacar Gue, ya?"

Cewek yang baru saja mendapatkan pernyataan cinta itu pun mengambil setangkai bunga mawar yang diberikan oleh cowok yang menembaknya tersebut. Cowok itu tersenyum sumringah melihat gadis itu menerima bunganya. "Oh my God, sweet banget sih!-" Seru gadis itu melebih-lebihkan.

"-Lo berharap Gue ngomong kaya begitu?"Lanjutnya dengan datar. Ternyata, gadis itu menjatuhkan bunga mawar di tangannya lalu segera menginjak bunga tersebut sampai hancur dengan kaki yang terbungkus puma hitam miliknya.

Tatapan matanya menunjukkan betapa ia membenci cowok di hadapannya ini. Cowok yang ditatap olehnya hanya mengangkat bahu santai, tampak tidak terkejut. "Gue udah duga hal ini sih," jawabnya enteng.

"Jangan mimpi Gue bisa jadi pacar Lo! Bahkan, Gue ga sudi mampir di mimpi Lo." Ucap gadis tersebut menekankan setiap kata-kata yang ia ucapkan. Cowok itu hanya menatap remeh pada cewek yang baru saja bersikap angkuh di hadapannya. Kalau gadis ini adalah laki-laki, ia tak akan menahan diri untuk menghajarnya. Cowok itu mengambil satu langkah agar semakin dekat.

Cewek itu pun tetap menatap nyalang tanpa merasa takut pada cowok di hadapannya. Cowok itu menyeringai dalam, tangannya terangkat untuk menyentuh rambut panjang cokelat si gadis. Namun sebelum tangannya menyentuh rambutnya, gadis itu sudah mengangkat lengan kirinya dengan tangan terkepal erat di sisi kepalanya. "Sentuh dikit, tangan Lo ilang." Ujarnya memberi peringatan.

Si cowok tertawa renyah. Tangan yang tadinya ingin menyentuh rambut si gadis pun kembali masuk ke dalam saku celananya. Aura mencengkam masih menguar dari si cewek. "Oke, kita lihat siapa yang akan bertekuk lutut di akhir." Tantangnya. Cowok itu padahal menahan dirinya untuk tidak menghajar perempuan di hadapannya, tapi kalau ingin mengalahkan gadis itu ia harus menggunakan cara lain. Tentunya cara yang menguras emosi dan kesabarannya.

Tampak tak menanggapi ucapannya, si cowok mendengus. "Kenapa? Lo takut?" Tanya si cowok lagi-lagi tersenyum aneh. Si cewek akhirnya menunjukkan senyum manisnya. Mendekatkan tubuhnya pada si cowok-mengikis jarak yang memang sudah menipis-menjadi lebih-lebih dekat lagi. Tangan putih si gadis terulur untuk memainkan dasi si cowok lalu membenarkannya.

Mata si cewek menatap berani, "sejak kapan Gue takut sama Lo?" Ucapnya berbisik. Senyum lebarnya dalam sekejap berubah menjadi raut membunuh. Gadis itu berjinjit untuk membisikkan sesuatu pada telinga cowok di hadapannya. "Kenapa harus tunggu akhir? Bukannya saat ini pun, Lo udah takluk sama Gue?" ucapnya berbisik. Tangannya menepuk-nepuk bahu si cowok lalu mendorongnya agar menyingkir dari hadapannya. Gadis itu pun pergi melewatinya tanpa berbicara.

VINCITORE : The Pursuit of Perfection 🦅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang