Marlon dan anggota inti Vincitore kembali lagi ke markas setelah menolong Deon. Jahan segera mengambil kotak pertolongan pertama dan membantu temannya yang sedikit terluka itu. Marlon tampak diam berpikir. Pertempuran kecil barusan tidak akan menghilang begitu saja. Pasti musuh mereka akan melakukan balas dendam.
"Woi, jangan mikir sendirian! Anggota Lo semua ada di sini!" Tepuk Cavero pada bahu Marlon menyadarkan. Walaupun mereka ada taruhan, bukan berarti Cavero menganggap Marlon adalah musuh. Ia bisa mengesampingkan taruhan itu karena masalah ini lebih penting.
Cavero selalu membantu anggota yang lebih muda darinya untuk selalu membicarakan masalah bersama. Walaupun Marlon ketua, bukan berarti harus ia sendiri yang menyusun rencana dan menyelesaikan masalah. Geng ini dibentuk ya karena membutuhkan kerja sama satu sama lain.
Marlon mengangguk pelan, kemudian mengajak teman-temannya menyusun rencana. Mereka tidak akan melakukan penyerangan, hanya membuat rencana untuk mengantisipasi kejadian yang akan terjadi.
Kemudian, Arora.
Beberapa anak suruhan Desafiador pasti akan mengikuti gadis itu. Mereka harus mencegah Arora agar tidak terseret masalah dan dalam bahaya. Namun mereka juga harus bersikap seolah tak ada masalah pada gadis itu. Intinya, mereka harus mengawasi dalam diam dan dari jauh.
"Kayanya Lo harus gencatan senjata dulu sama Arora, Lon." Ujar Jahan.
"Gue sih ga apa, tapi dianya yang susah pasti!" Balas Marlon malas.
"Gue jadi penasaran sama alesan Arora kenapa benci banget sama kita. Maksud Gue, ya Gue tau kita bandel, tapi alesan dia sampe benci banget itu ga ada kaitannya kan? Kita ga pernah ada masalah sama dia." Celetuk Yuda.
Marlon mengangkat bahunya acuh. "Coganphobia kali dia," balas Marlon asal. Sebelumnya ia juga tak mempertanyakan kenapa Arora membenci mereka, tapi karena ucapan Yuda ia jadi memikirkannya juga. Seingatnya mereka tak pernah meninggalkan kesan pertama yang buruk. Saat mereka pertama kali melihat cewek itu, Arora sudah terlihat membenci mereka.
"Dia kan jadi tutor Lo, bisa kali Lo baik-baik sama dia." Ucap Deon.
"Oh iya, bener! Tumben Deo'on pinter!" Seru Gala.
"Bacot Lo, Gal!" Balas Deon tak terima.
"Udah, intinya kita jangan nyerang sebelum ada pergerakan. Awasin Arora dari jauh aja." Ucap Marlon kembali serius.
"Tugas ngawasin sih, Lo. Kita enggak, hehe." Balas Yuda sambil menepuk bahu Marlon. Marlon hanya bisa memasang wajah datar. Pada akhirnya semua tugas dilimpahkan juga padanya.
"Oh iya, nanti kalian ikut ga?" Tanya Gala. Mereka semua menoleh dan menatap Gala, menanyakan maksud dari cowok itu.
"Ck, tempur lawan Nusa Bangsa!" Jelas Gala kesal pada teman-temannya yang tertinggal berita. Beberapa hari terakhir anak-anak dari SMA Nusa Bangsa sering mengusik anak sekolah mereka. Kali ini saatnya memberi pelajaran karena berani mengganggu mereka.
"Skuy!" Seru Yuda.
"Ya kali ga kuy!" Sambung Deon. Marlon, Jahan dan Faro pun mengangguk. Lalu mereka menatap pada kedua senior mereka. Cavero mengangkat bahunya asal, "Gue mau ngedate," jawabnya santai.
"Ya elah, Bang! Udah ada bini gini nih!" Ejek Gala.
"Gue juga males, udah lengser mending santai di rumah." Ucap Alaric. Mereka pun hanya bisa menggeleng. Pada akhirnya mereka akan tetap ikut tanpa Alaric dan Cavero.
"Oke, nanti malem kan? Gue balik dulu," ucap Marlon bangkit dari duduknya lalu meninggalkan markas Vincitore. Ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Motor besarnya memasuki pekarangan rumah mewah milik keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCITORE : The Pursuit of Perfection 🦅
Teen FictionMarlon si ketua geng Vincitore menjadi rival seorang primadona SMA elite Sonne, keduanya sama-sama ingin menjadi pemenang di semua hal, bahkan gelar badboy dan badgirl sama-sama mereka incar. Suatu hari seorang guru melibatkan mereka dalam kelompok...