Arora bersama keempat sahabatnya pergi makan siang di kantin saat jam istirahat. Mereka bercengkerama seperti biasa sembari makan. Semua sudah biasa jika Arora dan teman-temannya duduk di meja bagian tengah kantin saat istirahat. Mengundang perhatian memang, tapi mereka tidak peduli.
"Ra, Lo belum kasih tau alasan Lo dateng pagi-pagi," ucap Tara.
Arora mendengus pelan, ia ceritakan pun tidak penting sebenarnya. "Bokap, Nyokap ke luar negeri lagi. Pembantu belom pada balik, ga ada yang siapin sarapan. Carter, ga ada di rumah!" Jelasnya. Orang tuanya mendadak pergi pagi-pagi, sebelumnya maminya meliburkan para pembantu karena ia ada di rumah tapi karena ada urusan mendadak kedua orang tuanya itu pun terbang kembali ke luar negeri. Lalu kakaknya-Carter Altair-masih berada di apartemen pribadinya.
Luana yang masih menyimpan rasa penasaran pun ingin bertanya lagi, "tadi pagi ada apa sih, Aku ingin tahu?" Ujarnya bertanya sembari menatap keempat sahabatnya. Arora memasang wajah datar karena terlalu malas membahas masalah sepele. Namun Sekar tidak, dia sudah bersemangat untuk bercerita. Menyeruput sebentar jus stroberinya, lalu bersiap bercerita pada Luana.
"Tadi pagi, Gue, Tara sama Dira mau nyalin PR-nya Arora. Nah, pas kita ke kelas mau liat bukunya, tasnya ga ada! Dan ternyata, yang ngambil tas Arora itu.."
"Hai Vero!" Seru Luana memotong ucapan Sekar. Ia melihat Cavero memasuki kantin lalu bersemangat memanggilnya. Sekar mendengus sebal, Luana malah mengabaikan ucapannya. Arora, Tara dan Anindira hanya tertawa. Mereka bisa melihat Cavero memisahkan diri dari gengnya dan berjalan menghampiri meja mereka, menghampiri Luana. Namun, ternyata Marlon menyusul Cavero. Arora memasang wajah malas melihat Marlon yang tersenyum menyebalkan.
Luana tersenyum manis menatap Cavero yang menghampirinya. "Hai, sayang. Oh, hai girls!" Sapa Cavero pada pacar dan para sahabat pacarnya. "Hai Arora!" Sapa Marlon mengerling nakal. Arora memasang wajah jijik dan menatap Marlon kesal.
"Aelah ganggu aja Lo!" Damprat Sekar galak bukannya membalas sapaan Cavero. Yang lainnya hanya tersenyum sebentar menanggapi seniornya itu. Cavero terkekeh pelan mendengar sambatan Sekar. Tangannya terulur untuk mengusap pucuk kepala Luana.
"Ah apa ini? Mata Gue sakit ngeliatnya!" Seru Tara berpura-pura menutup matanya-merasa geli-dengan tingkah pasangan di hadapannya.
"Tau Lo! Udah bucin dari pagi juga! Jadi ga sih Lo dengerin cerita Gue?" Sungut Sekar pada Luana. Namun sang empu hanya tersenyum tanpa dosa pada teman-temannya. Gadis itu menatap pacarnya lagi, "sudah gih, makan siang!" Ucapnya tersenyum manis. Sekar, Tara dan Anindira memasang ekspresi ingin muntah.
"Dunia milik berdua udeh! Kita ngontrak!" Sinis Sekar.
"Gue tonjok ya Lo berdua lama-lama!" Sambung Tara yang mulai gregetan ingin mengeluarkan teknik tinjunya. Luana segera mendorong Cavero untuk menjauh sebelum teman-temannya mulai emosi dan menghancurkan kantin.
"Ih, kalian! Ga bisa banget liat teman bahagia!" Ujarnya sembari mengerucutkan bibirnya.
"Lo juga tega banget bikin kita menderita melihat ke'uwu'an kalian!" Balas Anindira.
"Makanya kalian cari pacar, dong! Jangan cuma mainin cowok aja! Bukan salahku kalian jomblo!" Balas Luana dengan nada lembut tapi menusuk. Ketiganya, ah keempatnya termasuk Arora tertohok mendengar ucapan lembut tapi menyakitkan dari Luana.
"Luana bener! Gimana kalo kita pacaran aja?" Sambung Marlon yang berdiri di samping Arora dan sedikit membungkukkan badannya untuk menatap gadis itu. Arora meletakkan telapak tangannya di dahi Marlon. "Positif," ucapnya datar.
"Positif jadian?"
"Positif gila! Jauh-jauh dari Gue anjing!" Usir Arora dengan sumpah serapah yang ia berikan pada Marlon.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCITORE : The Pursuit of Perfection 🦅
Teen FictionMarlon si ketua geng Vincitore menjadi rival seorang primadona SMA elite Sonne, keduanya sama-sama ingin menjadi pemenang di semua hal, bahkan gelar badboy dan badgirl sama-sama mereka incar. Suatu hari seorang guru melibatkan mereka dalam kelompok...