Holaaa lanjut lagi nih 🙀
Semoga suka ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak dan komen sebanyak-banyaknya!!❤️🤧 Karena penyemangat banget!
Dukung terus dan jangan lupa kritik sarannya hehe🙈
Happy Reading❤️❤️
Marlon menghela napas bosan. Terjebak di perpustakaan kota bersama gadis-gadis rajin belajar membuatnya pengap. Selain harus mengerjakan soal-yang diberikan Arora-sampai selesai, ia pun harus diam dan tidak bisa berisik. Bahkan gadis-gadis di hadapannya belajar dengan tenang, hanya sesekali berbicara saat membahas soal.
Marlon ingin segera meninggalkan tempat ini namun Arora melarangnya jika ia tidak bisa menyelesaikan soal di hadapannya. Lalu sampai kapan ia harus di sini? Mau sampai menginap pun ia tak mungkin menyelesaikan soal-soal tersebut. Marlon menopang kepalanya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memutar-mutar bolpoin dengan malas. Matanya teralih pada gadis di hadapannya yang masih serius belajar.
Tiba-tiba mata dingin gadis itu menabrak matanya. Mereka sempat bertatapan dalam diam sebelum Arora berucap, "niat belajar gak sih?" Omelnya. Ia sadar jika cowok di depannya ini sedari tadi hanya diam dengan pikirannya sendiri sementara banyak soal yang belum terjawab.
"Ga," sahut Marlon santai. "Mau Gue sampe nginep pun ga bakal selesai ini soal!" Sambungnya mengeluh. Soal-soal tersebut tak satu pun menarik minatnya untuk mengerjakan. Arora menghela napas lelah.
"Oke," balas Arora menggantung. "Satu soal sama dengan satu jam, waktu Lo makin lama sesuai dengan soal yang belum Lo isi. Mau sampe nginep pun Gue ga peduli." Sambung Arora. Marlon menganga tak menduga. Cowok itu sempat berdecak sebal tapi tak bisa protes. Ia pun terpaksa melihat lagi soal-soal itu dan mengerjakannya. Ia hanya ingin segera pergi dari sini dan menuju markas.
Di dalam hati ia merutuki sikap Arora yang semakin menyebalkan. Gadis itu memang membantunya, tapi dia juga bersikap menyebalkan padanya. Seperti tadi, ia disuruh-suruh untuk mengambil ini dan itu. Melarangnya memainkan ponsel padahal gadis itu asyik memainkan ponselnya. Lalu macam-macam hal menyebalkan lainnya.
Marlon menyelesaikan soalnya dengan cepat, tapi asal. Intinya soal itu selesai dan ia bisa pergi dari sana sekarang. Marlon menyodorkan bukunya ke hadapan Arora. Gadis itu sempat menatapnya tak percaya. "Udah?" Tanya gadis itu. Marlon mengangguk singkat. "Yang penting selesaikan? Sekarang Gue mau cabut!" Seru Marlon bangkit dari duduknya dengan cepat.
Arora hanya bergeming dan menatap kepergian Marlon dengan heran. Matanya melebar sejenak lalu bibirnya mencebik kesal. Cowok itu sama sekali tidak mengerjakan soal dengan benar. Soal fisika yang berisi perhitungan seharusnya memiliki jawaban dalam bentuk angka, tapi Marlon malah menjawab,
Jawaban :
1. Ini soal apaan si?
2. Woi ga ngerti!
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCITORE : The Pursuit of Perfection 🦅
JugendliteraturMarlon si ketua geng Vincitore menjadi rival seorang primadona SMA elite Sonne, keduanya sama-sama ingin menjadi pemenang di semua hal, bahkan gelar badboy dan badgirl sama-sama mereka incar. Suatu hari seorang guru melibatkan mereka dalam kelompok...