GMF • Chapter 5

3 0 0
                                    

Pelajaran selanjutnya adalah pelajaran Sejarah. Pelajaran yang mungkin kurang diminati oleh siswa-siswi di kelas IPA. Namun, apa boleh buat. Suka tak suka mereka harus tetap mempelajarinya.

Sekarang Bu Meta–Guru Sejarah sedang menerangkan di depan kelas, namun kemudian terdengar suara ketukan pintu.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi, Bu," kata orang yang mengetuk pintu barusan.

"Iya? Ada apa Itama?" kata Bu Meta.

Namanya Itama, Itama Raido. Siswa dari kelas XI IPA 2. Tampan, pintar, dan berbakat pula. Dia adalah wakil ketua ektrakurikuler musik di sekolah ini. Rata-rata guru di sekolah ini mengenalnya. Bukan karena dia seorang trouble maker, melainkan karena prestasi-prestasinya.

Mendengar suara Bu Meta, Itama pun menghampirinya untuk menjelaskan maksud kedatangannya saat ini.

"Izuna Mikarai," kata Bu Meta.

Mendengar namanya dipanggil oleh sang guru, Izuna yang tadinya sedang berkutat dengan catatannya pun menghentikan kegiatan menulisnya.

Izuna pun mengangkat tangannya, "Saya, Bu."

"Kamu dipanggil oleh kepala sekolah sekarang," kata Bu Meta.

Mendengar hal itu Izuna pun meletakkan pena yang ada di tangannya, kemudian berdiri dan berjalan menghampiri Bu Meta dan Itama yang ada di depan kelas.

'Dia kan cewek yang di restoran kemarin', batin Itama saat melihat gadis yang ada di hadapannya itu.

"Ayo, lo dipanggil sama bu kepala sekolah," kata Itama saat Izuna sudah berada di dekatnya.

"Kami permisi, Bu," kata Itama.

"Iya," kata Bu Meta.

"Saya permisi, Bu," kata Izuna lagi.

"Silahkan," sahut Bu Meta kemudian melanjutkan kegiatan mengajarnya.

🦉🦉🦉

Izuna dan Itama pun berjalan secara beriringan menyusuri koridor sekolah untuk ke ruang kepala sekolah. Hening diantara mereka. Tak ada seorang pun yang membuka percakapan, sampai akhirnya mereka tiba di depan ruang Kepala Sekolah.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu di ruangan berukuran 5×5 meter itu.

"Permisi, Bu," terdengar suara Itama dari luar.

"Ya, silahkan masuk," kata kepala sekolah.

Itama dan Izuna pun masuk, kemudian duduk di kursi yang berseberangan dengan kursi sang kepala sekolah.

Izuna pun dengan segala pertanyaan yang dari semalam bersarang di pikirannya akhirnya memberanikan diri untuk membuka suara dan bertanya langsung kepada Kepala Sekolah.

"Ibu manggil, saya. Ada apa ya, Bu?" tanya Izuna to the point.

'Buset nih cewek, berani banget langsung ngomong to the point ke kepala sekolah,' batin Itama.

"Jadi Izuna, saya sudah melihat riwayat nilai kamu dari sekolah kamu sebelumnya. Dan, ya nilai kamu selalu bagus dan memuaskan. Dan saya juga mendapat informasi bahwa kamu adalah mantan anggota olimpiade Matematika di sekolah kamu sebelumnya. Dan kamu juga sudah banyak menoreh prestasi dalam bidang itu," papar kepala sekolah pada Izuna.

Izuna dan Itama pun masih setia mendengarkan penjelasan dari kepala sekolah mereka itu.

"Jadi, saya ingin merekrut kamu menjadi salah satu anggota tim olimpiade Matematika di sekolah ini. Bagaimana?" tanya kepala sekolah pada Izuna.

Guess My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang