🍒 Putra Putri Jurusan

1.4K 167 21
                                    

Tidak ada yang bisa menandingin kehebohan Ceri dan teman-temannya jika sudah berkumpul bersama di satu tempat. Padahal tidak ada topik pembicaraan menarik yang sedang mereka bicarakan selain kejadian konyol di kampus.

Memang pada dasarnya saja selera humor mereka sereceh itu. Terlebih Lulu yang kini sedang terbahak sambil memukul-mukul meja kantin. Tak peduli lirikan orang-orang ataupun ucapan Gladis yang menyuruhnya untuk memelankan sedikit suaranya.

"Gila sih itu mah kocak banget, gue dengernya aja udah bengek gini apalagi liat langsung."

"Nah, kan? kalau lo liat langsung beuh … pasti kebayang-bayang komuknya." Lulu menyahuti ucapan Ceri.

"Jahanam banget lo Lu, temen jatoh malah diketawain bukannya ditolongin."

"Alah lagian yang jatoh si Dika ini. Masih untung gak gua bikinin story juga."

Ceri masih tertawa geli membayangkan Dika jatuh di tangga gedung jurusan yang selalu ramai itu. Tidak terbayang pula sekencang apa Lulu menertawakannya karena menyaksikan langsung kejadian tersebut.

"Dah ah capek gua." Lulu mengelap ujung matanya yang berair karena tertawa.

"Mampus lu nanti malem nangis, kata emak gue kalau kebanyakan ketawa bakal kena sial."

"Njir hukum darimana itu?"

Akmal mengedikan bahunya sekilas sebelum kembali memandangi layar ponselnya yang tengah menampilkan aplikasi instagram. Ia fokus membaca postingan teratas sebelum berujar, "Heh, kalian nggak ada yang mau daftar jadi duta kampus gitu?"

Ceri, Gladis dan Lulu menoleh serempak ke arahnya. "Duta kampus?" koor mereka.

"Iya. Nih yang fakultas udah dibuka, siapa tau kan ada yang minat."

"Gua kaga minat, insecure gua ikut kaya gituan," tolak Lulu tanpa pikir panjang.

"Gue juga nggak pede!" Gladis ikut menolak.

"Cer, elo gimana?" Tak langsung menjawab seperti kedua temannya, Ceri justru tampak menimbang-nimbang. Sejujurnya ia pernah punya keinginan untuk jadi duta kampus karena terlihat keren dan orang-orang tentu saja akan menyanjungnya, tapi Ceri tak punya cukup keberanian untuk melakukannya.

"Gue nggak cantik tapi."

"Buset dah Cer, kalau lu nggak cantik terus gua apa? Buruk rupa?" pekik Lulu terheran-heran. Masalahnya Ceri ini sudah termasuk kategori cantik menurut Lulu.

"Ya kan masih banyak yang lebih cantik dari gue," jawab Ceri. Dirinya yang sekarang memang sudah jauh berbeda dengan dirinya di masa lalu, namun hal itu terkadang membuat Ceri khawatir bahwa ia belum cukup pantas untuk menjadi sosok yang dikagumi orang lain.

"Jadi duta kampus nggak harus cantik kaya miss universe kok, yang paling penting kan attitude sama pengetahuan ya nggak sih? Sama public speaking juga paling."

Perkataan Gladis tidak sepenuhnya salah. Namun tetap saja kan ujung-ujungnya hanya orang-orang good looking yang akan terpilih. Ceri paham betul soal itu.

"Iya Cer, coba lo ikut aja deh. Public speaking lo tuh udah bagus tau, bahasa Inggris lo juga oke banget." Akmal ikut menyemangati. Kan lumayan kalau salah satu temannya ada yang jadi duta kampus, siapa tahu Akmal ketularan tenarnya.

Panasea [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang