Malam itu Jerando memutuskan untuk mengunjungi Ceri lagi meski dia tidak yakin Ceri mau menemuinya, tapi Jerando tidak bisa tenang jika dia hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun. Terlebih ponsel Ceri masih tidak bisa dihubungi.
Ia membeli roti dan susu kotak di minimarket sebelum bergegas menuju kos-kosan Ceri.
Beruntung, saat sampai di sana ia berpapasan dengan Sona yang baru pulang dari kampus. Jerando baru mengenal perempuan itu kemarin, dan akhirnya dia tahu kalau Sona adalah penghuni kamar di sebelah kamar Ceri.
"Tadi siang belum keluar kamar, nggak tau kalau sekarang," lapor Sona. Ia mempersilakan Jerando masuk dan mengantarnya sampai ke depan pintu kamar Ceri.
"Nggak apa-apa saya masuk ke dalam?" tanya Jerando ragu-ragu.
"Yo nggak apa-apa. Di sini peraturannya nggak terlalu ketat kok. Laki-laki boleh berkunjung asal masih di bawah jam sembilan."
Oke, noted! Jerando akan mengingatnya.
Sona mengetuk pintu sembari memanggil nama Ceri. Satu kali, dua kali, bahkan sampai di kali ketiga tetap tak ada jawaban dari balik pintu kamar Ceri.
Sona dan Jerando saling pandang. Perempuan itu sudah menyangka akan seperti ini jadinya, tapi ia tak mau menghapus harapan Jerando tepat ketika dia baru sampai di kos-kosannya.
"Kalau mau, aku bisa pinjem kunci cadangan di bapak kos," usul Sona. Ia sudah memikirkan ide itu sejak kemarin, tapi ia belum berani untuk melakukannya karena bisa jadi Ceri akan murka kepadanya. Sona tidak mau memiliki konflik dengan teman satu kosannya.
"Memangnya boleh?"
"Boleh, soalnya darurat dan kebetulan pintu kamar kos di sini bisa dibuka dari dua arah meskipun kunci di dalam masih tertancap."
"Kalau gitu saya minta tolong."
"Tapi aku nggak yakin Ceri nggak akan marah."
"Iya nggak apa-apa, biar nanti saya yang jelasin ke Ceri soalnya saya khawatir banget karena Ceri udah dua hari nggak keluar kamar."
"Yowes, aku tak ambil kuncine dulu. Kamu bisa tunggu di ruang tamu." Jerando mengangguk patuh dan berjalan ke ruang tamu di lantai satu, sementara Sona langsung pergi menemui pemilik kos yang untungnya masih berada di daerah yang sama. Hanya 10 menit dia akan sampai di sana.
🍒🍒
Sona kembali lebih cepat dari yang yang Jerando kira. Tanpa melepas helmnya terlebih dahulu, dia langsung masuk dan mengajak Jerando kembali naik ke lantai dua.
Dia memasukkan kunci ke lubang pintu dan menatap Jerando untuk meyakinkan diri. Lelaki itu hanya memberi satu anggukan penuh keyakinan.
"Cer, aku masuk yo?" ujar Sona sembari memutar kunci hingga menimbulkan suara yang khas.
"Cer?" Panggil Sona melangkah masuk ke dalam ruangan yang seperti tak pernah tersentuh cahaya. Ia meraba-raba dinding mencari saklar. Jerando masih berdiri di depan pintu kamar. Ia tak akan masuk sebelum dipersilakan.
"Kamu masuk aja," kata Sona menoleh ke belakang ketika tangannya menekan saklar yang baru ia temukan.
Lalu tepat setelah Jerando mengambil langkah pertama, kedua matanya langsung melebar melihat tubuh Ceri terkapar di atas lantai. Tubuhnya refleks berlari ke arah perempuan itu.
"Ceri?!" panggilnya membuat Sona sama terkejutnya.
"Ya Allah Ceri!" Sona berjongkok di sisi lainnya. "Cer, Ceri?"
Meski kedua orang itu menepuk-nepuk pipi Ceri dan memanggil namanya, tetap saja Ceri tak merespon apapun. Kedua matanya masih tertutup rapat-rapat.
Dengan cekatan Jerando mulai memeriksa denyut nadi Ceri dan memastilan kalau perempuan itu hanya pingsan, tidak lebih mengerikan dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panasea [END]
Fiksi UmumGue pengen jadi good looking karena keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking! -Calon duta kampus [Republish : 16 Juni 2023] ©Dkatriana