Ceri duduk gelisah menunggu kedatangan Nuka. Tak disangka ternyata Nuka langsung setuju ketika Ceri mengajaknya untuk bertemu.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Nuka datang. Dia menyunggingkan senyum arogan, tapi Ceri tak punya cukup tenaga untuk menanggapinya. Dia langsung saja menghujani Nuka dengan berbagai pertanyaan yang sudah bersemayam sejak tadi.
"Kamu punya foto-fotoku yang mana? Kamu nggak ngasih foto-foto itu ke siapa-siapa kan?"
Kaget dengan serangan pertanyaan yang tiba-tiba, Nuka mengerjap. Namun dia cepat memahami situasi.
"Lo kayanya takut banget ya foto-foto lo kesebar?" pancing Nuka.
"Kamu mau apain foto-foto itu?" Ceri terus bertanya dan tak memberikan waktu bagi Nuka bahkan untuk memesan minuman seperti dirinya.
"Ehm ... lo maunya gimana?"
"Jangan sebarin foto-foto itu!" Tanpa sadar Ceri malah termakan jebakan Nuka. Padahal sejujurnya Nuka tidak ada niatan apapun dengan foto-foto itu. Dia tidak pernah berniat menyebarkannya pada orang lain. Dia hanya ingin mempermalukan Ceri sedikit dengan cara mengingatkan Ceri pada sosoknya di masa lalu.
Namun Ceri justru seolah memberi Nuka ide kalau dia bisa mendapat keuntungan dari foto-foto itu.
"Apa untungnya buat gue?"
"Aku bakal ngelakuin apa aja, jadi tolong jangan sebarin foto-foto itu. Aku nggak mau orang lain tau tentang siapa aku dulu."
"Pasti malu banget ya apalagi karena sekarang lo udah jadi duta kampus."
"Tolong Nuka." Melihat Ceri memohon dengan raut putus asa begitu, perasaan Nuka melambung. Dia tersenyum licik seperti iblis.
"Kalau gitu, boleh dong kenalin gue sama temen lo yang sesama duta kampus itu. Gue liat-liat kemarin dia cakep juga. Kata temen gue dulu waktu SMA dia hits banget karena banyak yang suka."
"Kenapa kamu mau kenal sama Jerando?"
"Iseng aja. Lumayan juga kalau gue punya cowok kaya dia, bisa gue pamerin ke semua orang."
"Nanti aku tanya dulu ke Jerando."
"Oke deal, tapi kalau gagal gue nggak bisa jamin foto lo nggak akan kesebar."
Ceri meneguk ludah. Dia merasa bersalah karena harus melibatkan Jerando, tapi dia tak punya pilihan lain selain mengiyakannya.
"Iya aku ngerti." Sebelum beranjak, Ceri mengajukan satu pertanyaan terakhir yang sudah ia tahan sejak tadi. "Kamu belum ngasih foto itu ke siapa-siapa kan?"
"Belum."
"Beneran?"
"Ngapain gue boong?"
"Oke!" Setelah mendapatkan jawabannya, Ceri langsung pamit pulang sementara Nuka masih diam di tempatnya karena dia baru tiba beberapa menit lalu.
Perempun itu pun memilih untuk memesan minuman dan mengamati Ceri dari jendela. Sosok Ceri yang sekarang memang sudah sangat berbeda dengan Ceri yang dulu dikenalnya.
Ceri seperti ulat yang berhasil bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang cantik, dan itu membuat Nuka iri. Apalagi saat mengetahui Ceri seorang duta kampus di salah satu universitas negeri Nuka semakin tidak terima.
Kenapa dia bisa kalah dari seseorang yang dulu hanya bisa menangis diam-diam saat dikatai gendut oleh teman-temannya? Harga diri Nuka terluka. Ia bahkan tak berani mendaftar sebagai duta kampus meski ia cukup percaya diri degan parasnya.
Dari dulu pun sejujurnya Nuka sudah iri pada Ceri yang terlahir dari keluarga berkecukupan. Meski Ceri bukan anak yang cantik, tapi orang tuanya terlihat sangat menyayanginya. Karena itulah Nuka ingin mengusik kehidupan Ceri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panasea [END]
Fiksi UmumGue pengen jadi good looking karena keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking! -Calon duta kampus [Republish : 16 Juni 2023] ©Dkatriana