Meskipun sudah berjanji pada Chanyeol untuk menahan diri, dia tetap saja mendatangi Sehun di kamarnya.Chanyeol bisa marah, nanti. Tapi dia tidak peduli. Bagaimana mungkin dia tahan berdiam diri begitu saja saat namja yang sudah ditunggu-tunggunya sekian lama sekarang ada di rumah yang sama dengannya?
Dia berdiri di sudut ranjang, mengamati Sehun yang tertidur pulas seperti bayi.
Sejenak kemarahan menyelimuti hatinya.
Sampai kapan dia hanya bisa melihat Sehun di saat namja itu sedang tertidur?
Chanyeol harus cepat. Mereka sudah sepakat tentang Sehun, padahal jarang sekali mereka berdua sepakat. Dia dan Chanyeol bertolak-belakang dalam segala hal.
Chanyeol cenderung baik hati dan menggunakan cara-cara pintar untuk meraih tujuannya, sedangkan dia selalu menggunakan cara-cara licik - licik, bukan pintar- untuk mendapatkan apapun yang dia inginkan. Dan seperti yang Chanyeol katakan tadi, dia sangat kejam.
Tapi Sehun adalah namja yang sudah menyentuh perasaannya. Mungkin namja itu sudah melupakannya, bahkan mungkin namja itu tidak menyadarinya, tapi kejadian dua belas tahun lalu itu tidak akan pernah dilupakannya. Pertemuan pertamanya dengan Sehun sekaligus hari di mana dia memutuskan akan memiliki Sehun.
Chanyeol harus memaklumi ketidaksabarannya, dia sudah menunggu selama dua belas tahun. Menunggu dan menunggu sampai Sehun siap menjadi miliknya. Dan sekarang namja itu ada di depan matanya.
Dia mendekat, tangannya menyentuh pipi Sehun dengan lembut. Sehun bergeming, masih pulas, tidak menyadari ada sosok yang mengamatinya lekat di tepi ranjangnya.
"Kau milikku Sehun, jangan lupakan itu."
Sehun bermimpi. Dia berada di sebuah taman hiburan yang sangat ramai. Penuh dengan pedagang dan para orangtua yang menggandeng anak-anak mereka. Suara musik dari berbagai stan permainan dan suara-suara manusia terdengar bercampur menjadi satu, riuh rendah di telinganya.
"Sehun, jangan ke situ." Suara neneknya terdengar memperingatkan.
Sehun mengernyit. Neneknya masih hidup? Dia menolehkan kepalanya dan mendapati neneknya berdiri di belakangnya, neneknya benar-benar masih hidup. Hidup dan tampak lebih muda.
Dengan bingung Sehun mengamati sekeliling, dan menyadari kalau bukan dia yang dipanggil neneknya. Di sana berdiri seorang anak, mungkin delapan tahun, kurus, dan agak canggung. Itu adalah dirinya yang masih berumur delapan tahun!
"Jangan bermain terlalu jauh Sehun, nenek tidak mau kamu tersesat, di sini sangat ramai." Sang nenek menggandeng tangan Sehun kecil. Lalu membawanya ke sebuah kursi kosong yang terletak di pinggir taman.
"Duduk di sini dulu, nenek akan membelikanmu es krim," kata neneknya sambil menunjuk stan es krim dengan antrian pembeli yang panjang, yang terletak kurang dari seratus meter dari tempat mereka, "Jangan kemana-mana dan jangan berbicara dengan orang asing. Kalau ada apa-apa teriak saja, nenek pasti akan mendengarnya."
Sehun kecil mengangguk, tapi matanya memandang sekeliling dengan penuh semangat.
Sehun tetap mengamati dari kejauhan, kenangan ini masih terpatri samar-samar di benaknya, kenangan saat pertama kali dia di ajak ke taman hiburan.
Tiba-tiba Sehun kecil melangkah turun dari kursi, dan mulai berjalan menjauh.
Sehun langsung panik.
Hey... Kembalilah, kau bisa tersesat!
Dengan gugup Sehun menoleh ke arah sang nenek yang sedang antri di stan es krim, dia ingin berteriak tapi entah kenapa suaranya tidak keluar. Setelah beberapa kali usaha yang sia-sia, akhirnya Sehun memutuskan untuk mengikuti Sehun kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Darkest Side - Remake ChanHun
Fanfic[Completed] Disclaimer: cerita ini adalah hasil remake dari cerita karya Santhy Agatha •~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~ Hidup Sehun semula biasa-biasa saja. Dia adalah anak yang tidak diakui ibunya sendiri, seorang artis ternama yang memil...