Chapter [10]

648 78 6
                                    


Loey menggendong Sehun memasuki rumah itu. Para pelayan tampak sibuk menyiapkan segala sesuatunya, suasana begitu sibuk tidak kelihatan kalau sekarang sudah dini hari.

Lelaki itu mendudukkan Sehun di ranjangnya yang berseprai satin, lalu memberikan beberapa instruksi kepada para pelayannya.

Setelah air panas dan perban serta obat-obatan lain diletakkan, para pelayan melangkah pergi dan meninggalkan Sehun sendirian di dalam kamar bersama Loey.

Sehun terdiam, berusaha menggenggam jari-jarinya yang gemetaran. Dia masih mengenakan jas Loey yang diselimutkan di bagian depan dadanya, menutupi pakaiannya yang robek. Dia sangat ketakutan, usaha pemerkosaan yang dilakukan Tao telah menguras seluruh emosinya, dan kemudian pemandangan mayat Tao yang bersimbah darah dengan mata dan ekspresi terkejut akan selalu menghantuinya. Ditatapnya Loey dengan pandangan ragu.

"Apakah kau akan membunuhku?"

Loey hanya tersenyum misterius dan kemudian bergumam tenang. "Buka jas itu."

Sehun langsung berjingkat dari ranjang, terkejut. Apakah dia dilepaskan dari mulut buaya hanya untuk masuk ke kandang harimau yang lebih ganas? Apakah lelaki itu akan memperkosanya?

Digigitnya bibirnya. Dia tidak akan menyerah kepada Loey, dan membiarkan lelaki itu menguasainya dengan mudah.

"Tidak," jawabnya dengan menantang.

Loey mengangkat alisnya. "Keras kepala, padahal kau begitu lemah. Buka jas itu."

"Tidak!" Suara Sehun makin keras, dia benar-benar ketakutan.

"Aku tidak akan memperkosamu. Aku tidak tertarik dengan pria yang acak-acakan setelah dipegang lelaki lain, dan terluka di mulutnya, tidak akan enak untuk dicium." Loey tampak tidak sabar. "Biarkan aku melihat lukamu."

Sehun gemetar. Aura menakutkan itu masih ada, memancar jelas dari tubuh Loey. Benarkah lelaki itu akan melakukannya? Ataukah lelaki itu akan memperdayanya?

Loey mendekatkan meja yang berisi baskom air hangat, obat-obatan, kapas, perban dan beberapa obat luar lainnya ke dekat ranjang. Kemudian dia menarik kursi, duduk tepat di depan Sehun yang terduduk di tepi ranjang. Matanya menatap tajam, memaku Sehun di tempat sehingga Sehun tidak bisa berbuat apa-apa ketika melepaskan jas yang melindungi dadanya yang terpampang jelas karena pakaiannya yang robek.

Otomatis Sehun langsung menutupi dadanya. Tetapi Loey mencengkeram pergelangan tangannya lembut, dan menyingkirkan tangannya ke samping tanpa kata. Pipi Sehun memerah ketika telanjang dada di depan Loey lelaki itu tampaknya tidak tertarik dengan pemandangan dadanya. Matanya terpaku pada bekas cakaran dan goresan yang menimbulkan bilur-bilur merah di pundak Sehun. Dengan seksama Loey meraih pergelangan tangan Sehun, memeriksa memar-memar kemerahan yang beberapa mulai membiru dengan mengerikan di sana. Lelaki itu lalu menggunakan jemarinya untuk mengangkat dagu Sehun. Memiringkan bibirnya agar terkena sinar lampu sehingga lukanya terlihat jelas.

Sejenak suasana hening. Tetapi aura kemarahan terasa kental. Memenuhi ruangan, membuat suasana menjadi menakutkan. Lelaki itu menggertakkan gerahamnya sambil mengamati luka-luka Sehun. Dan kemudian terdiam lama seolah mencoba menahan diri.

Lalu dalam keheningan pula Loey mengambil kapas dan mencelupkannya ke dalam cairan alkohol antiseptik kemudian mengusap bilur-bilur kemerahan yang sedikit berdarah di pundak Sehun. Sehun mengerang atas sentuhan pertama kapas itu. Tetapi Loey memperlembut gerakannya,

"Shhh...." Dia berbisik pelan, mencoba menenangkan Sehun ketika sekali lagi dia mengusap bilur-bilur itu dengan cairan alkohol dan antiseptik, membersihkannya. Sehun mengernyit merasakan pedih di kulitnya ketika proses itu. Kemudian lelaki itu mencelupkan kapas di air hangat dan menggunakan jemarinya sekali lagi untuk mengangkat dagu Sehun, dengan gerakan lembut tetapi pasti, diusapnya luka bekas tamparan Tao di ujung bibir Sehun.

From The Darkest Side - Remake ChanHun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang