Part 2

1.4K 53 0
                                    

Alasan lain kenapa kami memilih 2 rumah kosong tersebut adalah agar posko bisa dibagi menjadi dua, lebih mendekatkan kami kepada masyarakat, dan kemudahan mobilitas saat melaksanakan proker. Saat itu kami membayar tarif sebesar Rp 600.000,- untuk setiap rumah yang kami sewa. Sangat murah bila dibandingkan dengan harga kos-kosan di sekitar kampusku. Posko putri berada di atas dan posko putra berada di bawah. Dipisahkan oleh jalan desa,  keduanya saling berhadap-hadapan.

...

Posko putri menjadi posko utama di mana kami melaksanakan evaluasi sampai larut malam dan persiapan untuk program kerja esok hari. Posko putri 50 % terbuat dari anyaman bambu dengan 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 gudang, dan 1 kamar mandi yang lengkap dengan pompa airnya. Posko Putra 30 % pagar terbuat dari anyaman bambu dengan 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kandang kambing, 1 kandang unggas (ayam dan basur), dan 1 sumur yang letaknya terpisah dari rumah. Di posko putra tidak ada jamban, sehingga untuk keperluan membuang hajat kami lakukan di kolam ikan dekat sawah yang jaraknya sekitar 15 meter bila diukur dari sumur.

Akses dari jalan besar menuju lokasi KKN kami cukup jauh, berlika-liku, dan relatif sempit. Mobil pada umumnya tidak bisa lewat. Melewati hutan, sawah, dan kuburan. Sangat minim penerangan lampu jalan. Tidak dianjurkan untuk keluar posko malam-malam.

KKN Desa Perbatasan (berdasarkan kisah nyata)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang