Baik Baik Saja

2.3K 110 27
                                    



Hari ini aku sengaja tidak ikut teman temanku ke kantin. Aku hanya tidak ingin bertemu Wahyu setelah hari itu.  Rasanya aku masih bimbang. Aku takut tersesat lebih jauh lagi ketika menatap matanya.

Pelajaran hari ini terasa membosankan, bagaimana bisa semua pelajaran yang kubenci berada di hari yang sama. Membuat moodku semakin jelek saja.

Kulipat tanganku di atas meja dan ku rebahkan kepalaku. Berharap jam pelajaran hari ini segera berakhir.

Baru saja aku memejamkan mata ketika ku rasakan sesuatu yang dingin menyentuh lenganku, kuangkat kepalaku dan menemukan Gerry disana dengan senyum manisnya.

"Kenapa nggak ikut ke kantin?"

"Nggak apa apa sih, cuma males aja."

"Btw. Tadi anak kelas sebelah nyariin lo." Ucapnya pelan tapi masih terdengar di telingaku.

"Ohh.. Siapa?" Jawabku tak tertarik.

"Cewek yang di kantin waktu itu." Jawabnya datar.

Degg..

Aku sudah bisa menebak siapa orang itu. Tapi aku sama sekali tak berniat membalas ucapan Gerry. Aku terlalu malas. Entahlah. Aku bingung dengan perasaanku sendiri.

Aku memutuskan untuk berjalan jalan memutari lorong sekolah ini untuk sekedar membunuh bosan. Katakanlah aku jahat karena meninggalkan Gerry tanpa sepatah katapun. Aku hanya terlalu malas saja.

Saat sampai di bangunan belakang sekolahku tak sengaja aku mendengar suara orang sedang mengobrol. Aku tak dapat melihatnya karena tertutup tumpukan kursi bekas bangku yang tak terpakai.

Tapi aku sedikit bisa mendengarkan dari sini. Seketika rahangku mengeras mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku mengepalkan tanganku kuat dan memejamkan mataku rapat. Berharap aku tak pernah berada disini dan mendengar percakapan busuk mereka.

Tak kuat berlama lama ada di tempat itu akupun memutuskan pergi.  Aku berjalan tergesa menuju kantin untuk mencari sosoknya. Persetan dengan perasaanku, aku harus memberi tahu fakta yang sesungguhnya.

Ku edarkan pandangankun ke seluruh penjuru kantin, namun nihil aku tak menemukannya dimanapun. Aku berjalan tergesa menuju kelasnya. Dan apa yang kulihat sungguh membuat mataku terasa gatal. Dia sedang di kerumuni oleh beberapa cowok ganjen. Ada yang membawa coklat, bunga bahkan boneka.
.

Cihhh.  Aku mendengus kasar.

"Wahyu!!" Seruku memanggilnya.  Dia menatapku heran kemudian berjalan kearahku di ikuti tatapan tak suka dari fans fansnya. Huh bodo amat.

"Iya.. Kenapa Ell? Tumben kamu nyari aku?." Ucapnya ketika berada di depanku.

"Bisa kita ngomong sebentar?"

"Yaudah ngomong aja gapapa."

"Tapi nggak disini, please" Ucapku memohon.

"Yaudah okay. Aku ambil tas dulu ya sekalian ajakin aku bolos hehe."

Aku hanya mengangguk pasrah mendengar permintaannya.

"Lu mau bawa cewek gue kemana hah? Lu mau ajakin dia bolos?" Tiba tiba aku merasakan cengkraman di kerah bajuku.  Aku hanya diam malas menanggapi.

"Lu budek? Jawab coeg!!" Hardiknya.

"Kamu apa apaan sih Rik! Lepasin tangan kamu!" Wahyu menyingkirkan tangan Riko dari bajuku. Aku hanya menatapnya datar.

"Lagian emang aku yang ngajakin Ell bolos, gausah kasar sama cewek." Ucapnya membelaku.

"Tapikan ini masih jam belajar sayang, aku nggak mau kamu kena marah guru BP lagi." Riko memelas.

"Udah nggak papa, ini yang terakhir. Please sayang ya." See, dia menjawab  tak kalah lembut dengan tangannya yang mengusap pipi Riko pelan. Aku hanya menjadi penonton saja disini. Dan satu lagi fakta yang ku tahu. Bahwa Wahyu begitu mencintai Riko. Terlihat dari bagaimana caranya berbicara dan menatap riko.

Riko terus menatapku tajam, dan ku balas tak kalah tajam. Aku muak melihatnya sungguh.

Wahyu menarik tanganku menjauh dari Riko karena melihat atmosfer mencekam di antara kami. Aku bahkan tak takut jika harus mencabik cabik mulut berbisanya. Sungguh aku tak rela gadis di hadapanku ini terluka karena nya.

Aku membawanya ke sebuah cafe, sepertinya disini tempat yang cocok untuk membicarakan ini dengannya.  Setelah memesan aku pun duduk di hadapannya. Dia menyimpan smartphone nya dan menatapku serius.

"Kamu mau ngomongin apa kayanya serius banget."

"Jadi gini.."

Flashback on..

"Kamu yakin Wahyu nggak bakal tahu kalau kita pacaran?". Terdengar suara wanita berbicara dengan nada manjanya.

"Iya sayang.. Si bodoh itu nggak akan mudah termakan gosip murahan kok. Kamu tenang aja ya." Ucap lelakinya menenangkan.

"Tapi aku takut Riko, gimana kalo dia sampai tahu dan ngelabrak aku?"

"Dia nggak akan berani melakukan itu sayang, kamu tahu kan dia begitu mencintai aku sampai sampai ia tak sadar kalo aku memacarinya hanya demi mendapatkan kepopuleran hahaha."

Flashback off.

Aku tak berani mendengar responnya. Sepanjang aku bercerita ia hanya diam, menatapku dengan sorot tajamnya.

"Itu yang mau aku omongin sama kamu.." Ucapku jujur.

"Kamu pikir Riko orang kaya gitu? Kamu salah dengar mungkin. Aku tahu Riko orangnya baik kok. Dia nggak seperti yang kamu bicarakan tadi." Ucapnya dengan wajah memerah.

"Tapi aku serius aku tadi nggak sengaja denger mereka di gudang belakang sekolah." Ucapku memohon.

"Nggak, aku nggak bisa percaya gitu aja sama kamu. Maaf Ell. Tapi kata kata kamu nggak masuk akal, dan aku nggak percaya". Ucapnya kekeh.

"Aku cuma takut kamu di sakitin sama dia Yu, aku tahu kamu orang baik. Kamu nggak pantes sama dia."

"Kamu berlebihan Ell, gimanapun juga aku kenal Riko jauh sebelum ada kamu." Ucapnya seraya bangkit dan berjalan keluar cafe.

"Yu, Wahyu!! Dengerin aku dulu Yu!!" Ucapku berteriak memanggilnya. Sial, dia pasti menganggap aku hanya mengarang cerita. Ya Tuhan Aku harus bagaimana. Setelah ini pasti Wahyu akan membenciku.




Tbc.

Senior High School (gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang