Bukan Apa Apa

443 31 7
                                    

Ell's POV

Aku bergegas menuju kamar mandi terdekat dari perpustakaan. Aku tidak ingin ada yang melihatku dengan keadaan seperti ini.

Sreett. Brukk..

Ohh shitt!

Kenapa harus bertemu dengannya ketika keadaanku begini. Astagaa!

"Hey hey, bibir kamu! Astaga Ell Bibir kamu berdarah, kamu kenapa?!!"
Gadis ini bertanya dengan raut cemas di wajahnya.

"It's okay, aku cuma jatuh tadi. Ini ngga papa kok." Ucapku berusaha sedatar mungkin.

"Nggak! Kalau jatuh ngga mungkin sampai kaya gini, jawab Aku! Kamu juga akhir-akhir ini selalu menghindar tiap ketemu sama aku" Ucapnya dengan nada bergetar.

Ohh ayolah. Jangan menangis untukku. Ini hanya akan mempersulit keadaanku.

"Serius, aku cuma jatuh. Lagian aku juga ngga menghindar, aku cuma lagi banyak tugas aja". Aku berusaha berjalan namun dia menahanku.

" No, kamu bohong. Jangan jauhin aku please, kamu temanku dan aku ga tau salahku apa sama kamu." Ucapnya sedih.

See, dia hanya menganggapku teman bukan. Aku saja yang terlalu berharap lebih. Dan mulai sekarang aku tidak akan lagi.

"Udah ya, aku gapapa dan serius jangan ajak aku ngomong dulu karna ini perih banget".

" Shhh.. Okey, aku bantu kamu bersihin ini." 

Shitt.. Dia menyentuh ujung bibirku dan mengusapnya perlahan. Dia terus membersihkan bekas darahku yg telah mengering.

"Thanks". Ucapku setelah dia selesai membersihkan noda darah di bajuku.

" Ee.. Aku mau bahas masalah kemarin. Apa boleh?"

Tuhan, jangan sampai dia membahas masalah ketika aku melihat dia dan Riko..     Berciuman.

Ekhemm.. Jantungku berpacu cepat. Ketika mengingatnya aku ingin menangis saja rasanya! Sakit sekali!

"Okay, do it" Aku berusaha mengatur suaraku agar tak terdengar sedang menahan tangis.

"Pertama, aku minta maaf kamu harus lihat apa yg aku lakukan sama Riko. Dan kedua aku ngga tau kenapa, rasanya aku harus minta maaf ke kamu untuk ini". Dia terus menundukan wajahnya tak berani menatapku.

Aku terus memandangnya, sejujurnya aku sangat merindukan gadis cantik di hadapanku ini. Ingin sekali menyentuh helaian rambut yang menutupi sebagian dahi nya.

Sejauh ini yang aku tahu hanya, aku tidak ingin menyakiti gadis di hadapanku ini.

"Aku ngga papa kok, dan kamu ngga perlu minta maaf untuk kesalahan yang ngga kamu lakukan". Aku berusaha tenang dalam nada bicaraku.

Dia mendongak ketika mendengar jawabanku. Dapat kulihat matanya yang berkaca-kaca.

Astaga bodoh sekali aku, jika seperti ini dia akan tahu bahwa aku mulai menyukai nya.

Tidak, dia tidak boleh tahu! Tidak siapapun kecuali aku sendiri.

Akupun bergegas pergi meninggalkannya dengan sejuta sesal di dalam benakku.

Maaf, Wahyu.


Tbc.

Senior High School (gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang