Entah

531 32 2
                                    



Malam ini aku duduk termenung di balkon kamarku, di temani sahabat sahabat tercintaku tentunya. Well, mereka memang cukup sering menginap di rumahku terutama jika malam minggu begini.

Dan kalau sudah begini pasti malam ku tak akan tenang seperti biasanya, bagaimana tidak saat telingaku mulai menangkap suara sumbang dari gitar yang Icul mainkan. Di tambah suara nyanyian dari Ika yang tak kalah sumbangnya.  Dan emily? Seperti biasa dia hanya akan duduk menatap layar smartphone nya dengan sesekali melirik horror kearah icul dan ika.

Dan jika kalian sedang mencari Gerry? Coba lihat di sebelahku, gadis itu sedang menyandarkan punggungnya di sofa dan melipat tangannya di dada. Dia memang seperti ini, jika sedang berkumpul dia pasti lebih memilih duduk diam di dekatku. Entahlah aku tak tau apa alasannya tak memilih ikut bergabung dengan yang lain di dalam kamar.

Kita memang sudah bersahabat cukup lama, namun aku tak benar benar mengerti tentangnya. Dia terlalu tertutup dan misterius meskipun sesekali juga bertingkah lucu dan tak jarang membuat kita semua tertawa.

Aku mengalihkan pandanganku pada langit malam, seketika pikiranku kembali tertuju pada Wahyu. Entah sedang apa gadis itu di rumahnya? Ah tidak tidak, mana mungkin dia hanya berdiam diri dirumah. Sekarang kan malam minggu pasti dia sedang kencan dengan Riko.

Memikirkan itu saja sudah membuatku lesu, entahlah apa sebenarnya yang aku rasa. Apa mungkin? Ah tidak lah. Aku tidak mungkin mempunyai perasaan lebih dari sahabat padanya.

Lamunanku buyar ketika ku rasakan bahu ku mulai berat, seketika aku menengok dan ternyata Gerry sedang menyandarkan kepalanya di bahuku.

"Kenapa..?" Tanyaku pelan.

"Nggak apa apa, ijinin aku kaya gini sebentar aja." Jawabnya lirih memecah kebekuan.

Ku lihat sesekali ia menggosok telapak tangannya. Aku paham gadis ini pasti kedinginan, dengan perlahan aku meraih sweater ku di balik punggung dan memakaikan di bahu nya.

Kurasakan dia terkejut menerima perlakuanku, aku hanya tidak ingin gadis ini jatuh sakit karena angin malam.

Setelah beberapa lama tak ada yang membuka mulut diantara kami, hanya suara binatang malam yang mendominasi. Sesekali aku menarik nafas lelah ketika ingatanku tak sengaja tertuju kembali pada Wahyu.

Kurasakan seseorang menggenggam tanganku. Bisa ku tebak bahwa Gerry sedang mencoba menenangkan ku. Dia selalu punya cara untuk menenangkan ku meskipun sama sekali kita tak saling bicara. Dia seolah mengerti seberapa gusar pikiranku saat ini.

Setelah mulai tenang aku mengajak Gerry masuk kembali dalam kamar, bergabung bersama yang lainnya.

Akupun memilih mendekati Icul, merebut gitar di pangkuannya. Kupetikkan jariku membentuk melody lagu yang kurasa bisa mewakili perasaanku saat ini.

Betapa hancur hati
Hilang gairah hidup
Terasa hampa.. Selimuti di jiwa
Tak ada lagi tawa
Dan tak ada ceria
Semua hilang.. Terkubur dalam duka

Dia kini telah pergi, jauh
Terbang tinggi tinggalkan aku
Disini...

Tuhan engkau tau aku mencintainya
Dan tak ada yang bisa
Mengganti dirinya..

Tuhan hanya dia yang selalu ada
Dalam anganku
Dalam benakku..

Ku akhiri laguku ketika kurasakan suaraku mulai bergetar dan dadaku terasa sakit. Ku buka mataku dan menatap sekeliling, mereka menatapku dengan sendu. Entahlah. Aku tak pernah bercerita apapun pada mereka. Namun seolah mereka tau aku sedang tak baik-baik saja.

Aku tersenyum menatap mereka, aku tahu tak seharusnya aku membuat mereka khawatir. Dan kulihat mereka mulai tersenyum. 

"Jangan mikir aneh aneh guys.. Gue baik baik aja kok. Okay?." Ucapku seraya tertawa kecil dan berdiri. Aku ingin turun kebawah mencari minuman untuk membasahi tenggorokanku yang terasa kering.





. Tbc.

Senior High School (gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang