6. Anak Laki-laki yang Kehilangan dan Putri Bersendok Emas

333 65 13
                                    

Sudah beberapa kali Yeji pergi ke kamar mandi. Sejak beberapa jam lalu perutnya terasa tidak nyaman seperti akan melakukan proses defekasi. Ditambah lagi rasa mual yang bergejolak di dalam ruang abdomennya.

Memikirkan segala rasa ketidaknyamanan yang dirasakannya tepat setelah ia mengonsumsi pil pencegah kehamilan, perempuan itu mengambil asumsi bahwa hal itu merupakan efek samping dari obat yang diminumnya. Pasalnya ia tidak mengonsumsi sesuatu yang aneh-aneh selain pil. Para pelayanan di rumahnya tidak mungkin memasukkan menu berbahaya dalam hidangan makan malam keluarga Adityawan. Riwayat alergi anggota keluarganya, menu-menu yang ter-blacklist seperti makanan berkolestrol tinggi, sudah tercatat rapi di buku pegangan kepala dapur.

Mata Yeji mulai memberat saat rasa kantuk menyerangnya. Dia memutuskan naik ke tempat tidur dan membungkus tubuhnya dengan selimut. Tak butuh waktu yang lama, perlahan kelopak mata Yeji mulai menutup, meminimalkan pasokan cahaya yang akan masuk ke dalam matanya. Ketika dua benda kembar itu benar-benar tertutup, terdengar suara nafas yang teratur, pertanda bahwa perempuan itu sudah masuk ke alam tidurnya.

***

Dav menatap isi kamarnya yang tidak berubah meski sudah tiga tahun tidak dikunjungi oleh pemiliknya. Bahkan tata letak benda-benda milik Dav juga tidak berpindah dari tempatnya.

Dav meraih sebuah figura yang membingkai foto seorang laki-laki yang diapit oleh dua orang anak kecil. Itu foto Dav, Mark, dan Eve. Saat itu Dav berusia 17 tahun, Eve 7 tahun, sedangkan Mark baru 5 tahun. Dalam foto itu tampak Dav duduk di atas sofa. Sebelah tangannya memangku tubuh kecil Eve, sedangkan sebelahnya lagi menggandeng Mark yang berdiri di depan sofa dengan cengiran lebarnya. Gen Rusia dari ibunya belum terlalu terlihat pada wajah anak itu.

Dav memandangi figura itu sambil mengingat masa lalu. Ingatannya terlempar pada masa 19 tahun lalu, saat Mark maupun Eve belum ada di dunianya. Tepatnya, saat sang ibu kandung pergi untuk selamanya. Waktu itu Dav tidak menangis, air matanya seperti tidak diizinkan turun meski hatinya sesak. Pikirannya sudah terdikte oleh kalimat "Menangis tidak akan mengembalikan apapun yang sudah hilang. Itu perbuatan sia-sia," yang diucapkan ayahnya saat ia menangis meraung karena mendapati anjing peliharaannya mati tertabrak. Niat hati Tuan Kim hanya untuk menghibur putranya, tapi siapa sangka kata-katanya itu akan berpengaruh besar ke depannya.

Saat peti mati ibunya diturunkan ke liang lahat, Dav hanya menatapnya tanpa ekspresi. Pelukan dan kata-kata manis bibi Joyceline tidak membuatnya merasa lebih baik.

"Dav jangan bersedih, ya. Ibumu pergi terlebih dahulu karena tuhan menyayanginya. Suatu saat kalian akan bertemu lagi. Ibumu pasti sangat bahagia sekarang."

"Tidak ada manusia yang menyukai kematian," batin Dav menjawab.

Namun nyatanya anak laki-laki itu hanya mengatupkan kedua sisi bibir, tidak menyuarakan isi batinnya. Dav memeluk perut Joyceline yang agak buncit, saat itu bibinya sedang mengandung Eve.

Pikiran Dav berhenti berkelana saat terdengar pintu diketuk. Lalu muncul sosok Maddy yang membawa nampan berisi makanan. Wanita itu menaruh makanan yang dibawanya di atas meja.

"Makanlah, Dav. Tadi kau belum benar-benar mengisi perutmu."

"Terima kasih, Maddy."

Maddy hanya tersenyum sebagai balasan. Wanita itu hendak pergi saat kata-kata Dav menahan langkahnya.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Dav membuat Maddy kembali membalikkan tubuh.

"Tentu."

Dav menatap Maddy dalam, lalu ragu-ragu berkata, "Apa kau menyayangi ayahku?"

DecisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang