Laki-laki itu membuka kacamata hitamnya saat turun dari pesawat. Ia mengedarkan pandangan ke penjuru Bandara Soekarno Hatta. Tak lama, matanya menangkap lambaian sebuah tangan serta seulas senyum cerah di antara kerumunan manusia. Laki-laki itu tersenyum lebar, senyuman yang menjalar ke kedua matanya sehingga membentuk lengkungan sabit.
"Oppa¹!" Pemilik tangan yang melambai tadi, kini berlari menghampiri laki-laki itu.
Dav melepas pegangan pada kopernya, lalu merentangkan tangan menyambut tubuh gadis mungil yang berlari ke arahnya. Mereka berpelukan melepas rindu.
"Kau semakin cantik, Rae." Dav mengusap kepala gadis itu setelah melepaskan pelukan mereka.
"Aku sudah cantik sejak dulu, oppa," jawab gadis itu percaya diri. Rae menggandeng tangan Dav. Mereka berjalan beriringan. Sementara koper Dav dibawa oleh sopir keluarga Rae.
Dav terkekeh, tangannya beralih merangkul Rae dari samping. Perbedaan tinggi mereka yang cukup jauh membuat Rae terlihat semakin mungil dalam dekapan Dav.
"Mama tidak bisa ikut menjemput oppa. Dia sibuk mengurus pesta." Rae berucap saat mereka tiba di mobil. Dav menarik pintu belakang, membukakan pintu untuk dirinya dan Rae. Sopir tadi menyimpan koper Dav di bagasi, lalu duduk di kursi depan, kemudian membawa mobil itu meninggalkan Bandara Soekarno Hatta.
"Oppa dengar kau mendapat nilai tertinggi kedua di sekolah. Hebat!" puji Dav membuka percakapan saat mobil itu mulai bergerak.
Tapi Rae tampak tidak senang, ia malah cemberut. "Iya, bukan yang pertama."
"Menjadi salah satu lulusan terbaik dari seluruh siswa kelas 12 itu hebat, Rae. Tapi untuk juara kelas kau tetap di peringkat satu kan?"
"Di kelas aku juga mendapat peringkat dua, oppa. Peraih nilai tertiggi pertama itu ada di kelasku."
"Berarti kau berada di kelas unggulan? Itu saja sudah bagus, Rae. Bibi dan paman pasti bangga padamu."
"Ya, kalau tidak mereka tak akan mengadakan pesta konyol nanti malam!"
Pesta konyol yang dimaksud oleh Rae adalah pesta perayaan yang diadakan oleh orangtuanya malam ini sebagai rasa syukur atas kelulusan Rae dengan nilai memuaskan. Rae sebenarnya tidak masalah dengan pesta itu. Ia hanya khawatir kalau Si Peringkat Satu yang selalu mengalahkannya akan datang. Mereka mungkin memiliki hubungan yang cukup buruk, tetapi orang tua mereka mengenal dengan baik. Tidak mungkin orangtuanya tidak mengundang mereka. Rae bisa membayangkan bagaimana wajah datar menyebalkan milik Si Peringkat Satu itu tersenyum penuh kemenangan di pestanya!
Rae merasakan cubitan di sebelah pipinya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Dav. Rae tidak memiliki pipi berisi, tapi entah kenapa Dav selalu hobi mencubitinya sejak dulu.
"Jangan cemberut, ini hari bahagiamu. Seharusnya kau bersenang-senang hari ini," hibur Dav setelah melepaskan tangannya dari pipi Rae. Rae langsung mengusap-usap pipinya.
"Oh iya oppa, ngomong-ngomong ...." Rae menyampingkan tubuhnya, lalu menetap Dav sambil memicingkan mata. "Oppa tidak membawakanku oleh-oleh?" tanyanya menyelidik, membuat wajah Dav berubah kaku.
Melihat Dav yang terdiam dengan raut wajah tak enak, Rae menjadi semakin curiga. "Seriously? Setelah tiga tahun tidak bertemu, oppa tak membawakanku apa-apa dari negeri Ginseng?"
Dav gelagapan, dia memutar otak untuk mencari kata-kata yang cocok agar gadis itu tidak marah. Walaupun Rae tak akan marah sungguhan, tapi Dav tidak ingin mengecewakan adik sepupunya itu. Sejak kecil Rae hidup dalam limpahan kasih sayang keluarganya, tak terkecuali dari Dav. Dia selalu memperlakukan Rae layaknya seorang princess. Jarak umur mereka yang terpaut cukup jauh, yaitu 10 tahun tidak membuat Rae ragu-ragu menempeli Dav. Awal kepindahan Dav ke Korea sepuluh tahun lalu merupakan masa-masa tersulit bagi Rae. Rae kecil melakukan aksi mogok makan, bahkan ia ingin ikut ke Korea, menyusuli Dav yang telah menemaninya sejak kecil. Rae anak tunggal, kehadiran Dav membuatnya merasa terlindungi. Dibanding teman-teman sebayanya, Rae lebih suka menghabiskan waktu bersama Dav. Dav dengan senang hati mengajaknya bermain ataupun jalan-jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Decision
RomanceSaat dua pembenci komitmen disatukan dalam ikatan yang dilandasi sebuah ketidaksengajaan. "Kita terlalu sama dalam beberapa hal, hingga seharusnya kita memisah, bukan menyatu." Seo Yeji x Kim Soohyun