Chapter 03

20 18 3
                                    

Welcome, jangan lupa komen kalau ada kata yang tidak sesuai EYD atau ada yang kurang tepat, hehe.

Happy reading❤️
.
.
.
.
.
.


"Bangun Ann, sebentar lagi kita nyampai," ucap Rey menoel-noel kepala Annie. "Ann, kebo banget sih," lanjutnya memegang bahu Annie agar kepalanya tegak

"Apa sih Rey, ganggu aja tau nggak," ujar Annie menggerutu seraya mengucek-ngucek kedua bola matanya

"Udah mau nyampai," Rey merilekskan bahunya yang terasa kram dengan mengayung-ayunkan lengannya ke depan

"Oh," ucap Annie lalu menutup mulutnya akibat menguap. Beberapa saat kemudian Annie memukul bahu Rey dengan keras

plak....

"Awww..." Rey tercengang, Annie memukulnya secara tiba-tiba. Perasaan ia tidak melakukan apapun yang membuat Annie terganggu.

Annie menatap Rey tajam "Seharusnya kamu nggak usah bangunin aku tau nggak. Apa salahnya kamu gendong aku kayak di film-film, kamu emang nggak ada romantis-romantisnya," cerocos Annie lalu mempautkan bibirnya

Mulut Rey terbuka, merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkan Annie "Korban film," ejek Rey datar

"Bukan korban kali, emang begitu harusnya. Makanya kalau jadi cowok jangan kaku-kaku banget ntar jomlo sampai berkarat," ucap Annie balas mengejek Rey

Rey merotasikan kedua bola matanya "Yang penting nggak sakit hati,"

Annie mendelik "Nggak usah nyindir ya, hanya cowok bodoh yang berani nyakitin aku," ujarnya membela diri seraya melipat kedua tangan di depan dada

"Nggak ada cowok yang merasa dirinya bodoh," Rey mendebat

"Emang kamu tahu?" Annie mencibir

Rey mengangkat sebelah alisnya "Itu buktinya kamu selalu disakiti,"

Annie spechlees menatap Rey yang terlihat biasa-biasa saja seolah tidak mengatakan apa-apa "Nggak usah diperjelas juga kali, bikin badmood aja tau nggak,"

"Makanya," ujar Rey pelan

"Makanya apa?" tanya Annie membulatkan matanya ke arah Rey

"Nggak usah pacaran," ucapnya datar seraya berlalu di depan Annie

Annie menatap punggung tegap Rey yang akan segera turun dari bus "Heh, kulkas tungguin," pekik Annie begitu kesadarannya kembali

Rey menghentikan langkahnya di troar, lalu membalikkan badan ke arah Annie yang terlihat sedikit kesulitan turun dari bus. Rey terkekeh, ekspresi sahabatnya itu terlihat sangat imut.

"Ngapain cengengesan? bahagia banget kalau liat aku menderita," ucap Annie bersungut-sungut seraya berkecak pinggang

Rey menyentil jidad Annie "Nggak usah suuzon," ucapnya lalu memutar badan menuju rumah Annie

"Rey...." pekik Annie keras

"Apa?" Rey memutar badannya kembali

"Berhenti disana!" perintah Annie menunjuk wajah Rey yang berjarak lima langkah di depannya.

Rey menghela napas "Buruan," ujarnya seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana

Annie mencak-mencak "Hobi banget ninggalin orang," ucapnya lalu menggangandeng tangan kiri Rey

Sudut bibir Rey melengkung mendapat perlakuan yang menurutnya sedikit menggemaskan.

Annie dan Rey berjalan menuju rumah Mama Amrita dan Papa Sandi, lebih tepatnya rumah kedua orang tua Annie.

Love BarrierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang