Chapter 06

15 16 3
                                    

Welcome, jangan lupa komen kalau ada kata yang tidak sesuai EYD atau ada yang kurang tepat, hehe.

Happy reading❤️
.
.
.
.
.
.






"Annie, bangun Nak. Ini udah siang lo, nggak baik anak perawan bangun kesiangan," omel Mama seraya  menggedor-gedor pintu kamar Annie

Annie mengubah posisi tidurnya merasa terganggu oleh suara berisik dari arah luar. "Bentar lagi Ma, lima menit lagi," pekik Annie dari balik selimutnya

Mama hanya bisa geleng-geleng kepala menghadapi tingkah Annie, dengan langkah pelan ia segera turun ke bawah menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

"Untung cuma punya satu anak, nggak kebayang deh ribetnya kalau ada 5 atau 6 orang lagi," Mama bergidik ngeri

"Ada apa sih Ma? Pagi-pagi udah ngomel aja?" ucap Papa menghampiri lalu menarik sebuah kursi di meja makan

"Itu lo Mas, anak kesayanganmu sudah mau zuhur masih belum bangun. Gimana nantinya mau menikah jika begini," ucap Mama seraya mengiris bawang

"Ya kita tinggal berdo'a saja semoga anak kita dapat suami yang pengertian seperti Papanya," ucap Sandy memperhatikan istrinya seraya bertopang dagu

Amrita melirik suaminya sinis "pengertian apanya," gumamnya pelan

"Ma, aku masih bisa dengar lo,"

"Ya bagus lah," ucap Mama seraya menuangkan minyak goreng ke dalam wajan

"Pagi Ma. Pagi Papa," sapa Annie kepada kedua orangtuanya dengan mata terkantuk-kantuk

"Pagi anak gadis Papa," ujar Sandy tersenyum simpul. "Kok matanya masih merem sih, udah cuci muka belum?"

"Udah tadi Pa. Ini karena semalam Annie susah tidur, makanya mata Annie susah meleknya," keluh Annie

"Biasanya juga susah melek kali Nie," timpal Mama

"Iya tapikan nggak sesusah ini Ma," kilah Annie

"Udah mendingan kamu mandi dulu biar segar," suruh Papa

"Iya deh Pa," ujarnya seraya bergerak lesu menuju kamar

"Anak kita kok sikapnya kayak kamu banget sih Mas?" ucap Mama seraya mengaduk-ngaduk nasi goreng di dalam wajan

"Kayak aku doang nih?"

"Iya kayak kamu," ucapnya judes

"Ah masa kita kan buatnya berdua. Masa sifatnya kayak aku doang?" goda Sandy seraya mengedipkan sebelah matanya

"Mas, jangan mulai deh," tegur Amrita

"Mulai apa an? aku bahkan belum ngapa-ngapain," ucap Sandy terkekeh

"Mas...." ucap Amrita kesal

"Hahaha iya-iya istriku," Sandy tertawa renyah

*****

Annie berjalan lesu menuju halte bus terdekat. Pagi ini ia menerima perintah Mamanya dengan berat hati.

"Nie, tolong kamu anterin makanan ke kossan menantu Mama ya," pinta Amrita padanya beberapa saat yang lalu

Biasanya jika menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan Rey ia akan bersemangat sekali, tetapi beda dengan pagi ini. Insiden kemaren membuatnya merasa canggung jika bertemu dengan Rey.

Annie tidak tahu tepatnya mulai sejak kapan ia merasa seperti ini, beberapa tahun yang lalu masih dengan lempengnya ia memeluk Rey tanpa ada reaksi apa-apa. Berbeda dengan terakhir kali Rey memeluknya, tiba-tiba paru-parunya kehilangan pasokan udara.

Love BarrierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang