Chapter 12

2 2 1
                                    

Welcome, jangan lupa komen kalau ada kata yang tidak sesuai EYD atau ada yang kurang tepat, hehe. Semoga kalian suka sama ceritanya 😭

Happy reading❤️
.
.
.
.
.
.


Mimpi kemaren malam memaksa Rey kembali menyusuri potong demi potong luka yang dituainya. Setiap jengkal yang ia lalui alam seakan ikut memutar memori yang tak akan sanggup dikubur mati. Langkah yang biasanya tegas kini tercipta tak beraturan, meski tidak begitu kentara tapi beberapa pasang mata mungkin ada yang mampu menebaknya.

Sorot sendu dari kedua bola matanya tertutupi oleh rambut yang panjang melewati kelopak mata, ditambah lagi dengan topi hitam yang ia kenakan semakin membuat wajahnya tidak terlalu terekspos, apalagi Rey berjalan seraya menunduk.

Pria yang suka mengenakan hoodie itu rupanya tengah mengunjungi panti yang pernah ia tempati dahulu. Ia terlihat sangat menikmati serpihan kenangan yang mulai mengisi benaknya, entah itu kenangan bahagia atau luka.

Setelah lima tahun berlalu, Rey akhirnya kembali berkunjung. Jika biasanya ia akan pergi dengan Annie sekarang hanya seorang diri. Pun awalnya ia tidak ada rencana akan mengunjungi tempat ini, selain tempatnya terletak sangat jauh dari kediaman Rey, juga hari ini merupakan jadwalnya untuk menyelesaikan naskah yang belum rampung. Berhubungan moodnya sedang tidak baik, jadinya ia pergi berjalan-jalan untuk menjernihkan pikiran.

Sepasang langkahnya berhenti tepat di pinggir tanah lapang nan hijau, tidak jauh dari tempat Rey berdiri terdapat sebuah rumah yang dipenuhi oleh anak-anak, umur mereka terlihat beragam, ada yang berumur sekitar dua tahun bahkan yang berumur sepuluh tahun keatas sepertinya juga ada. Melihat wajah-wajah itu membuat sudut bibir Rey sedikit tertarik, mungkin mereka mengingatkan Rey tentang perjalanan hidupnya.

Setelah sekian lama kondisi tempat ini tidak jauh berubah hanya terdapat beberapa tambahan permainan anak-anak seperti ayunan dan seluncuran. Juga rumah yang menjadi tempat kediaman yang penuh dengan kenangan abstrak itu kondisinya masih sama hanya catnya saja yang sudah bertukar warna. Jika sebelumnya didominasi dengan warna abu-abu tua, sekarang terlihat lebih berwarna.

"Den, ada yang bisa Ibu bantu?" teguran dari wanita paruh baya yang berdiri di depan Rey membuat kesadaraannya kembali

"Eh, siang Bu," ucapnya seraya menggaruk tengkuk yang tidak gatal

Ibu itu tersenyum begitu menangkap aura keterkejutan dari wajah Rey terlalu kentara "Siang Den, ada yang bisa Ibu bantu?" ulangnya lagi

"Ah, bagaimana kalau kita duduk saja dahulu di kursi sana. Kebetulan hari ini saya lagi mengawasi anak-anak yang sedang bermain di lapangan," ujar seraya bergerak menuju kursi yang terdapat di pinggir lapangan, sekitar sepuluh langkah dari tempat mereka berdiri.

"Baik Bu," ucap Rey seraya mengikuti Ibu itu dari belakang.

Rey memperbaiki letak topinya agar tidak terlalu kebawah, juga menata rambutnya yang hampir menutup mata "Ibu baru bekerja di sini ya?" tanyanya membuka percakapan

Ibu itu tersenyum sejenak "Tidak juga Den, Ibu sudah bantu-bantu disini semenjak empat tahun yang lalu. Bertemu dengan anak-anak membuat batin Ibu menjadi tentram, menatap wajah polos mereka, tawa tanpa beban, melihat mereka bermain bersama, dan berbagi bersama. Tinggal di sini menjadi sebuah pengalaman yang tidak akan pernah tergantikan," ucapnya dengan senyum yang tak kunjung pudar seraya menatap anak-anak yang sedang asik bermain di lapangan

"Oh iya perkenalkan nama Ibu Tuti," ucapnya lagi

Rey mangut-mangut mendengar perkataan Bu Tuti yang penuh ketulusan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love BarrierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang