Chapter 2

4.3K 415 97
                                        

"Theo, cuci tangan kaki, ganti baju, terus tidur siang ya." ucap Prilly pada anaknya setibanya mereka di rumah.

Sinta, sang asisten rumah tangga pun dengan sigap membantu Theo melepaskan sepatu dan tasnya.

"Siang, Nyonya, Tuan.." sapa Sinta.

"Siang Bu Sinta." ucap pasangan suami istri itu nyaris bersamaan.

Prilly pun membantu Ali membawakan jas nya dan tas kerjanya.

"Saya pamit mau mengantarkan Den Theo." pamit Sinta yang dibalas Prilly dengan anggukan dan senyuman. Sinta dan Theo pun menaiki anak tangga karena kamar Theo berada di lantai dua.

"Abang dah makan?" tanya Prilly saat melihat suaminya menuangkan segelas air putih dan menenggaknya sampai habis.

"Udah, yaang. Abang naik dulu. Ngantuk," Ali menaiki anak tangga tanpa menunggu balasan Prilly. Semenjak terikat dalam pernikahan, Ali tak pernah lagi memanggil Prilly dengan namanya karena Veni menegurnya. Sudah menikah kok masih Pril Pril, tegur Veni kala itu. Akhirnya Ali memilih untuk memanggil Prilly dengan kata 'sayang'.

Prilly mendesah. Ia sadar ada yang perlu ia jelaskan.

***

Prilly memutuskan untuk ke kamar setelah membantu Sinta membuat sup buah dibawah. Ia membawa semangkuk sup buah untuk Ali.

"Ini sup buah untuk Abang.." kata Prilly saat menemukan suaminya sudah berbaring dan mengenakan kaus dipadukan celana pendek. Ali yang semula berkutat dengan tablet nya pun meletakkan benda tersebut dan menerima mangkuk yang disodorkan Prilly. Begitulah Ali, walau ia sedang dalam mood yang tidak baik, ia tetap selalu menghargai siapa saja.

Prilly menatap suaminya yang makan di atas tempat tidur. Biasanya Prilly akan marah-marah jika Ali melakukan itu, namun hari ini ada keringanan. Wanita itu tersenyum.

"Aku nggak sengaja ketemu Rizky, Bang.. tadi dia lihat aku nyari taksi online. Jadi dia nawarin buat pulang bareng."

Ali mengangguk-angguk. Prilly tau, sejak dulu Ali tak pernah bisa bilang cemburu. Gengsinya selalu lebih dominan.

"Maaf, aku nggak ijin ke Abang dulu.."

Ali tampak berhenti menikmati sup buahnya. "Tapi nggak perlu sampe ngomong pake aku-kamu an kan?"

Prilly tersenyum tipis. Ia tau suaminya cemburu. "Tadi aku yang suruh dia. Habis kalo ngomong pake saya anda berasa ngomong sama pasien!" gerutu Prilly.

Lagi-lagi Ali hanya mengangguk-angguk. Ia berdiri untuk meletakkan mangkuk yang telah kosong di meja. Prilly tau, nanti dirinya harus membawa mangkuk tersebut ke dapur.

Prilly menahan Ali yang hendak melanjutkan acara rebahannya. Ia mendongak untuk menatap mata suaminya.

"Abang cemburu aku pulang sama Rizky?"

"Enggak,"

"Halah, boong. Tadi buktinya jalan cepet-cepet, kenapa?" cecar Prilly.

"Abang kebelet pipis!"

"Oh ya?"

"Iya, sayaang."

"Kenapa nggak pipis di restoran?"

"Males aja."

"Hmm. Terserah Abang deh, pokoknya jangan marah lagi sama aku. Cuma aku yang boleh marah sama Abang. Abang nggak boleh ngambek-ngambek an!"

Ali meraup pipi Prilly. "Dasar bu dokter curang!"

"Biarin." Prilly mencembikkan bibir. "Yaudah, aku mau berangkat ke rumah sakit dulu Bang. Abang istirahat aja."

Unrighteous 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang