Chapter 4

1.7K 193 30
                                        

"Jadi Gandi mau buka cabang di Jakarta?" tanya Ali. Prilly memang sudah memberitahunya namun Ali masih tak percaya jika tak mendengar dari Nathan secara langsung.

"Iyeee. Kalo nggak percaya lo tanya aja sendiri sama bocahnya." jawab Nathan seadanya sambil berusaha memasukkan kacang goreng yang ia lempar-lempar ke dalam mulutnya. Sesuai janji, Hari Sabtu ini Nathan berkunjung ke rumah Ali. Kebetulan setiap Sabtu dan Minggu, kantor Ali memang libur dan hari ini pun Prilly tak memiliki jadwal praktek di Rumah Sakit. Sudah beberapa jam Nathan mengobrol bersama Prilly dan Ali. Tadinya, pria itu juga bermain dengan Theo setelah memberikan kaos Iron Man yang ia beli di Singapore namun saat ini, Theo sudah tertidur pulas di kamarnya. Maklum, kini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Memang Nathan sudah biasa bertamu di rumah Ali hingga larut malam. 

"Keren dong, bisa kumpul lagi kita."

"Nunggu bapak rumah tangga yang lagi nambang emas, dong!" seru Nathan, yang ia maksud tentunya adalah Aldi. 

"Yah Bang Aldi mah, lama Bang." balas Prilly.

"Makanya lo ke dukun, Li?

"Lah, ngapa jadi gue? Dan ngapain gue ke dukun?"

"Ya minta tolong sama seribu jin, buat pindahin Freeport ke Jakarta."

"Gila lo. Emangnya gue Bandung Bondowoso!"

Ketiganya tertawa. Malam itu mereka berbincang tentang banyak hal hingga pukul 12 malam. Nathan pun kemudian memutuskan untuk pulang ketika ia sudah mengantuk.

***

"Kita mau kemana sih, Pa?" tanya Theo yang dipenuhi rasa ingin tahu. 

"Ada deh," jawab Ali sambil tetap fokus menyetir dan menatap jalanan Kota Jakarta.

Prilly menghadap ke belakang dan mengusap lengan putranya dengan sayang. 

"Sabar ya, ganteng. Bentar lagi nyampe, kok."

Seperti biasa, setiap Hari Minggu Ali selalu menyempatkan untuk ber-quality time bersama keluarganya. Karena hari ini Prilly ada jadwal praktek sore hari di Rumah Sakit, merekapun memutuskan untuk pergi di pagi hari. 

"Dah, sampe.." ternyata Ali membawa anak dan istrinya ke sebuah taman yang baru di buka di sudut Kota Jakarta. Taman itu dikelilingi pepohonan besar yang membuat suasananya asri. Terdapat beberapa pedagang kaki lima yang menjajakkan berbagai makanan, seperti kerak telor, telor gulung, cilok, dan lain-lain. 

"Pa, mau itu." tunjuk Theo pada penjual balon gelembung. 

"Boleh. Theo tunggu sini ya, biar Papa yang beli kesana." Theo pun mengangguk.

"Kamu cari tempat duduk aja dulu, yaang." kata Ali pada Prilly.

"Oke, Bang."

Prilly pun mulai mencari karpet untuk duduk lesehan yang belum ditempati oleh orang lain. Setelah berjalan agak jauh, Prilly pun berhenti. "Disini aja ya, Nak. Adem nih, pas dibawah pohon."

"Oke, Ma." Theo pun bergabung duduk dengan Prilly. Theo celingak-celinguk tak sabar menunggu Ali yang sedang membelikan balon gelembung untuknya. Namun, Theo tak cukup tinggi untuk melihat sosok Papanya di tengah keramaian hingga sosok tinggi itupun terlihat.

"Nggak sabar ya, anak Papa? Ni, Papa beliin yang kamu mau. Ini untuk Mama." Ali ternyata juga membeli 2 buah es krim untuk dirinya dan juga Prilly. Satu es krim coklat dan satu es krim stroberi kesukaan Prilly. Prilly tersenyum karena Ali selalu mengingat hal yang ia sukai. 

"Makasih, Abang." pekik Prilly girang sambil mengambil es krim stroberinya. Ali memang tak membelikan Theo karena Theo tak menyukai es krim, tidak seperti kedua orangtuanya.

Unrighteous 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang