diwo

28 4 17
                                    

Diwo merenung di depan kosan, helaan nafas lelah keluar dari mulutnya, dia ingat dulu kenapa diwo sampai di kosan penuh kasih sayang ini, diwo gak kekurangan kasih sayang kok gak kaya danis, keluarganya bahkan sangat harmonis sebelum papahnya merusak semuanya.

Flashback

Diwo kecil sangat aktif tipikal anak ceria dan mandiri, suatu hari diwo lagi main lumpur sama teman temannya tiba tiba mama diwo dateng

"Diwo ya ampun kamu gak boleh main begituan jorok nanti baju kamu kotor" ucap mama diwo sedikit membentak

"Ma-maaf ma tapi diwo pengen main kaya mereka" ucap diwo sambil duduk

"Kamu gak boleh main oke kamu harus belajar" mama diwo nyeret anaknya agak kasar.

Sampai di rumah bukan hanya mamanya yang ngomelin papanya juga, dia selalu di banding bandingkan dengan kakaknya yang penurut tidak seperti dirinya, bukan cuman ucapan kasar yang orang tuanya luapkan tapi fisiknya juga tersakiti.

Suatu hari mamanya mendengar desas desus suaminya berselingkuh, mamanya masih sabar walaupun diwo yang akan menjadi sasaran emosinya yang tidak stabil,

"Kamu liat, buka mata kamu diwo papa kamu berselingkuh bahkan akan menikah lagi" mamanya mencambuk diwo yang masih kecil dengan sabuk kulit papanya hingga punggungnya memar

"Udah ma udah kasian diwo hiks~" kakaknya memeluk diwo erat dengan setengah sadar dia melihat tangisan kakaknya, hatinya sakit sangat sakit, orang yang selalu menyayanginya harus menangis seperti ini.


Kakaknya mengajak diwo kekamarnya untuk mengobati luka lukanya, dengan telaten kakaknya mengusap punggung diwo yang banyak luka dengan air hangat, diwo meringis menahan sakit di fisik dan di hatinya, meskipun begitu dia gak pernah dendam pada orang tuanya, diwo sangat menyayangi mereka, terlebih pada kakaknya,

"Kak apa benar papa mau nikah lagi" tanya diwo dengan wajah polosnya

"Ssttt udah ya gak usah di pikirin" kakaknya sekuat tenaga menahan tangis, kakaknya mengusak rambut diwo yang halus.





Saat papanya menikah lagi, mamanya semakin menjadi jadi, hingga mamanya sering mabuk mabukan, dan menyuruh diwo mencari uang untuknya, bahkan mamanya sedang mengandung gak tau itu anak siapa

"Ma, ini apa?" Tanya kakak diwo memang cerdas dan cantik, jadi tau benda apa yang di simpan sama mamanya

"Bukan apa apa" jawab mamanya dengan tenang

"Ini tespack kan ma, mama hamil sama siapa hah"tanya kakaknya menangis lalu pergi kekamarnya.


Diwo memasuki kamar mamamya, niatnya mau nunjukin nilai raportnya yang bisa di bilang bagus, diwo dapat peringkat 2 cukup bagus sebenarnya tapi ibunya malah ngambil rotan dan mencambuk diwo berkali kali,

"Dasar anak bodoh, gak becus kenapa gak dapet peringkat 1 hah makanya jangan main terus" mamanya mencambuk diwo dengan penuh emosi

Kakaknya yang mendengar tangisan dan suara cambukan bergegas pergi ke kamar mamanya, dia tercengang melihat diwo yang memohon ampun pada mamanya tapi malah di tendang beberapa kali,

"Cukup ma, aku udah benci sama mama, aku gak mau tinggal di sini lagi" kakaknya ngajak diwo kecil untuk berdiri

"Kita pergi dari sini" ucap kakaknya lalu ngajak diwo dan mengemasi barang barangnya,

KOSAN ENAM HARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang