-smkb- Intro (b)

2.4K 380 280
                                    

Recommendation for listening to music this scene :
I Will Go To You Like The First Snow - by Ailee.

Nb : Siapin lagunya yg ada di mulmed ya, tapi tunggu! Jangan putar sekarang. Nanti aku arahin mana yg pas scenenya xixi.

▪︎▪︎▪︎

Mungkin orang-orang, jika mendengar ada seorang donatur yang memberi sesuatu pada pihak panti asuhan itu, hal yang lumrah dan sangatlah baik.

Namun bagi anak itu, tidak.

Ia memang terlahir tanpa tahu menahu sosok Ayah dan Ibunda nya. Tapi bukan berarti ia bisa lepas taruhan hidupnya pada sang ibu di panti asuhan.

Singkatnya ia di adopsi oleh salah satu donatur yang sering berkunjung kesana.

Dulu, pria itu selalu memberi sesuatu yang menarik bagi anak-anak panti.

Mainan.

Pria itu selalu memberikan banyak mainan pada anak itu. Pernah sesaat ia diberitahu oleh ibu panti jika pria itu sempat berkata sebelum kepulangannya dari panti.

'Anak ini sudah cukup menarik pada pandangan pertama', jelasnya waktu itu.

(Btw putar lagunya sekarang!)
.
.

Namun saat anak itu beranjak dewasa, tak sekalipun ia mendapatkan sedikit saja apa itu rasa kasih sayang seorang Ayah.

Kerap kali ia teringat dengan satu hal dan akan selalu berbekas dalam benak anak itu.

Kekerasan.

Seperti sekarang ini, "Kamu tau nggak?! Itu Vas bunga saya baru beli dari Aussie! Beraninya tangan kotor kamu menghancurkan barang saya?"

Nyatanya bukan aku pa, tolong percaya.

Ia sekilas bisa melihat kakaknya sedang menertawainya tanpa suara di lantai atas, tepat pada kamarnya dibalik pintu.

Akhirnya anak itu menjawab seadanya dengan keadaan menciut, "Mian Papa, aku nggak sengaja. Beneran Pa, aku ngg-"

Pria itupun menghampirinya, sembari membuka ikat tali pinggang yang sempat tersimpul di ujung atas celananya.

"Buka telapak tangan mu."

Suara itu mengingatkan ia dengan masa lalu. Begitu tegas, dominan, dan absolut.

Anak itu bergeming di tempat. Ia tahu maksud sang Papa, lagi-lagi ia yang menjadi imbasnya kekerasan.

"P-papa, tolong maafkan aku."

Sang Papa menyergah frustasi lalu mengatakan sesuatu dengan begitu membuncah amarah. "Anak sial! Saya nggak butuh maaf mu. Saya bilang buka kedua telapak tanganmu sekarang, keparat!"

Tapi bekas kemarin saja belum pulih total.

Mama, aku takut.

Akhirnya anak itu menengadahkan kedua tangannya dengan gestur gemetar. Lalu mengalihkan tatapannya ke lain tempat, ia segera menutup matanya rapat-rapat sebelum suara benda itu terus menghujam pada kedua telapak tangannya.

PLAK!

"Anak nggak tau diuntung ya kamu!"

PLAK!

"Kamu benar-benar membuat saya marah! kamu sengaja kan?! Jawab!"

Nggak Papa, tolong berhenti! Aku nggak kuat.

PLAK!

"Kamu tau, saya jadi makin gak suka sama kelakuan kamu! Kamu tau kan semua itu harganya berapa?!"

[1] Sudah Menjadi Keluarga yang Baik? | I-LAND ft. ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang