Happy reading!
▪︎▪︎▪︎
"Kak, kita mau kemana?"
"Ngikut tanpa nanya-nanya, bisa?"
Jungwon terdiam, sesekali masih meringis merasakan pori-pori rambutnya yang berdenyut nyeri.
Jungwon tahu ini sudah malam. Namun balik lagi ke awal, Jungwon diajak Yeonjun, lebih tepatnya dipaksa. Ia tidak tahu akan dibawa kemana oleh kakaknya, yang kemungkinan akan asing dilihat oleh matanya.
Seharusnya ia yang sudah menginjak enam belas tahun tidak keluyuran ke luar rumah kecuali memang penting untuk dikerjakan. Ia sepatutnya sudah berdiam dikamar, siap berdoa dan lekas tertidur nyenyak. Nyatanya ia sedang ada di mobil kakaknya sekarang.
Dan lagi, Jungwon jadi sedikit bersalah pada Sunoo. Karena menurutnya ia menyatakan kejujurannya setengah-setengah, lalu berakhir membuat Sunoo khawatir padanya. Seandainya saja Yeonjun tidak berulah, Jungwon pastikan Sunoo tidak memikirkan yang tidak-tidak padanya.
Jungwon menghela napasnya pendek lalu melihat ke arah jam 11, rambu lalu lintas merujuk pada warna merah. Ia melirik pada Yeonjun, kakaknya sedang memegang handphone dan mengangkat telepon dari seseorang.
Jungwon hanya mendengar meski tidak tahu apa maksudnya.
"—Iya gue bawa. Mungkin dia bakal kepake sampe 2 minggu kedepan ya, soalnya temen gue ada halangan sih."
Rambu merah kini berubah menjadi hijau, Jungwon masih sesekali menatap kakaknya yang masih mengoceh pada sebrang telepon.
"Dia kayanya sih lumayan menurut gue. Gatau sih, lo kasih tutor aja. —Ganti aja jadi pelayan yang lain atau jadi yg menurut lo pantes aja. Sorry juga, dia cowok bukan cewek yang gue bawa."
"Iya, gue rada telat. Orangnya bikin gue kesel tadi, segala pake telponan. —Oke gue kabarin lagi kalau gue udah nyampe."
Bip.
"Apa lo lihat lihat?"
Jungwon terkesiap. Segera mengatur detak jantungnya yang tiba-tiba berdebar. "Ng—nggak, kakak salah lihat. Jangan pede."
"Cih, siapa juga."
Jungwon mengusap-usapkan matanya yang terlihat sayu, lidahnya membasuh sudut bibirnya yang kaku. "Hm.. kakak bahas telponan sama siapa? Kayanya serius ya."
Yeonjun mendelik. "Gak usah nanya-nanya, bisa gak sih won? Diem aja udah, tinggal nunggu nyampe, nanti lo sendiri bisa tau jawabannya. Dasar! "
Jungwon hanya berdeham sembari menatap jalanan, kendati masih bisa mendengar gumaman Yeonjun yang mengatakan bahwa dirinya lebih baik jadi bisu dan penurut saja, bisu yang artian sebenarnya.
Ia memilih diam dengan suasana terhanyut oleh rembulan malam, mendingin dan sepi. Indra Jungwon malam ini begitu sunyi, seperti perasaannya sekarang ini. Sedikit sakit tak berdarah kala Yeonjun mengujarkan sesuatu yang menyengat hati.
Memang sudah terbiasa, namun bagaimana lagi? Apakah terbiasa akan jadi mati rasa? Tidak juga.
Perasaan Jungwon masih manusia, masih bisa tahu dimana letaknya ia bisa merasakan kesakitan yang ada.
▪︎▪︎▪︎
Jungwon menatap pada bangunan bernuansa kerlap kerlip di sekitar atapnya. Jungwon menduga, ini Cafe.
Tapi yang Jungwon lihat ada beberapa pasangan diluar bercanda ria dan ada juga didalam memuaskan hasrat lewat bibir. Jungwon memalingkan wajah ke arah lain, sepertinya dugaan Jungwon salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Sudah Menjadi Keluarga yang Baik? | I-LAND ft. ENHYPEN
Fanfic❝Apa artinya sebuah Keluarga?❞ シ︎ [[Discontinue]] Bahasa semi-baku Fiksi penggemar ; Enhypen ; lokal Genre brothership, family, angst. Happy reading [.] Start : 07 Oktober 2020 End : - ©NAOV