Pagi ini Shinta akan pulang dari Rumah Sakit dan bergegas untuk berangkat bekerja. Tapi Danu masih saja melarangnya karena dirinya tidak mau dtinggal sendirian disini. Dengan nada pelan Shinta meminta izin pada Danu.
"Pak, pekerjaan saya bukan hanya mengurus Bapak. Tolog mengerti saya juga harus pergi ke kantor disana banyak kerjaan yang harus saya selesaikan," jelas Shinta pada Danu.
"Kamu tenang saja, Bos kamu kan saya jadi kamu enggak usah kerja tapi bakal saya gaji," ucap Danu enteng.
"Enggak, saya enggak mau dapetin uang dengan cara cuma-cuma," tolak Shinta.
"Udahlah kamu enggak usah munafik kamu butuh uang kan bilang berapa yang harus saya kasih supaya kamu tetap disini," ujar Danu meremehkan Shinta.
"Inggat ya, Pak!! Enggak semua hal harus dibeli dengan uang!! Saya tahu Bapak orang kaya, tapi saya juga masih punya harga diri!!" Amarah Shinta memuncak ketika mendengar ucapan Danu.
"Kamu berani sama saya!" Bentak Danu marah.
"Lama kelamaan saya muak sama sikap Bapak, selama beberapa hari saya kerja sama Bapak saya mencoba menjaga kesabaran saya tapi hari ini kesabaran saya sudah habis," ucap Shinta dengan lantang.
"Berani kamu bicara seperti itu sama saya!!" Ucapan Danu semakin meninggi.
"Sudah cukup saya diam, maaf kalau saya kurang ajar sama Bapak. Dan mulai sekarang saya enggak mau kerja lagi dikantor, Bapak," ucap Shinta lalu pergi dari ruangan dan menyisakan Danu yang tengah marah.
Langkah Shinta sangat cepat karena amarah yang sedang menguasai dirinya. Sampai-sampai Damar lewat didepannya tapi Shinta tak menyadari. Damar pun bingung ada apa dengan Shinta tumben sekali dia tidak menyapanya. Hingga akhirnya Damar pun mengejar dan menanyakannya pada Shinta.
"Shinta," panggil Damar.
Shinta pun menghentikan langkahnya karena panggilan dari Damar.
"Kenapa, Mas?" tanya Shinta
"Kamu yang kenapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Damar, Shinta justru malah berbalik tanya.
"Hah? Emang saya kenapa, Mas?"
"Tumben kamu melewati saya tadi biasanya tidak," ucap Damar.
"Oh tadi yang lewat Mas Damar toh, maaf Mas saya enggak lihat," balas Shinta.
"Sebesar ini kamu tidak melihat saya?" Tanya Damar.
"Iya saya tidak melihat Mas Damar tadi," jawab Shinta.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Damar penasaran.
"Tidak ada Mas," jawab Shinta.
"Katakan saja siapa tahu saya bisa bantu," ujar Damar.
"Saya sudah mengundurkan diri dari kantor Pak Danu," ucap Shinta menunduk.
"Kenapa kamu mengundurkan diri?" Tanya Damar
"Selama ini saya diam atas sikap Pak Danu, tapi untuk hari ini kesabaran saya sudah habis," ujar Shinta dengan sedikit nada marah.
"Apa lagi yang Mas Danu lakukan sama kamu?" Tanya Damar.
"Dia menghina saya," jawab Shinta.
"Apa yang Mas Danu ucapkan?" tanya Damar kembali.
"Dia akan membayar saya meskipun saya tidak bekerja. Tapi dengan syarat saya harus selalu menemani dirinya disini. Dan saya menolaknya," jelas Shinta dan tak disadari air matanya menetes.
Damar yang melihat Shinta menangis ikut merasa sedih. Karena kesedihan itu gara-gara kakaknya sendiri.
"Shinta saya atas nama Mas Danu ingin meminta maaf sama kamu. Tolong maafkan dia, dia sifatnya memang seperti itu," ujar Damar meminta maaf pada Shinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAGIS [ Kematian Arum Sari Yuningsih ]🔞
HorrorWARNING⚠ [ MOHON UNTUK TIDAK MEMPLAGIAT CERITA INI. KARENA SAYA MEMBUATNYA BERDASARKAN HALUSINASI DIRI SENDIRI ] Sejak kematian Arum yang sangat tragis membuat semua warga Grobogan bertanya-tanya siapa yang telah membunuhnya. Hingga suatu hari datan...