Nobita POV
Aku sudah sangat lapar. Tapi sialnya, aku melupakan bahan makan malam yang belum sempat aku beli. Jadi aku harus berkeliling kota tepat jam 9 malam dengan sepedaku untuk mencari bahan makanan atau membeli makanan jadi.
Mataku menangkap sosok Dekisugi di sebuah toserba yang aku datangi beberapa hari yang lalu. Seperti waktu itu dia masing mengenakan seragam sekolah, matanya menatap dingin layar ponsel dalam diam.
Dia agak kaget saat aku mendekatinya dan menyapanya, menanyakan mengapa dia belum pulang sejak tadi. Dia hanya tersenyum dan menjawab enteng, bahwa dia suka di duduk di toserba itu.
Lalu aku pun masuk kedalam toserba mencari bahan makanan. Tapi aku sangat ingin tahu apa yang dia lihat dilayar ponselnya. Sehingga aku harus berpura-pura berjalan kearah kulkas minuman dingin dekat jendela dimana dia duduk, dan membeli minuman sekedar untuk melihat apa yang dilihatnya diponselnya. Dan yang aku lihat hanya sebuah chat pribadi dari nomor yang tidak dia simpan. Pesan itu selalu dia buka dan tutup berkali-kali.
"Nak," paman penjaga toko memanggilku dengan gestur berhati-hati. "Apa kau teman anak itu?"
"Iya paman. Ada apa?"
"Kau harus tahu. Anak itu sudah berhari-hari terus mendatangi tokoku dan selalu pulang larut. Aku merasa ada yang tidak beres."
"Apa dia melakukan hal yang menurut paman mencurigakan?,"
"Hmm... tidak sih. Hanya saja dia tidak pernah menghabiskan makanan yang dia beli, kadang dia juga membuang makannnya. Dia terus memperhatikan poselnya seperti orang sibuk, tapi aku tidak pernah melihatnya mengentik. Dia juga tidak pernah berbicara setelah dia mengangkat panggilan dan selalu mematikannya setelah beberapa menit,"
Aku jadi khawatir apa yang sebenarnya dia terjadi pada Dekisugi, setelah penjelasan paman itu yang ternyata masih berlanjut.
"Empat hari yang lalu dia kesini tanpa seragam sekolahnya, hanya mengenakan kaos tipis panjang. Lalu dia membeli makanan dan duduk diposisi yang sama. Kemudian tidak beberapa lama ada tiga orang berpakaian hitam turun dari mobil dan mengajaknya berbicara. Aku tidak tau apa yang mereka katakana, yang sepertinya serius, tapi anak itu diam saja," lanjut paman itu, sambil sekali kali menengok ke luar.
"Aku jadi khawatir sekaligus takut. Beberapa tetangga juga bilang, kalau orang-orang itu selalu berlalu-lalang seperti mengawasi daerah ini setiap hari. Mereka sering komplen dan menyuruhku mengusir anak itu. Tapi aku sama sekali tidak berani. Sepertinya dia anak yang tidak ramah. Aku lelah harus melembur karena telat menutup toko ini. Jadi tolong ajaklah dia pulang kalau perlu antar dia sampai ke rumah." Paman itu memohon padaku sambil mengatupkan tangannya dan menggoyangkannya beberapa kali.
Aku menenangkannya dan berterimakasih pada paman itu yang sudah bercerita panjang lebar. Hal baru ini yang sangat mengejutkan bagiku. Sepertinya ini yang membuat anak laki-laki disekolah memulai menjauhi dirinya. Sebagai temannya aku harus membantunya dalam situasi ini.
Aku mulai mendekatinya perlahan sambil melihat sekeliling mejanya. Hanya ada jus dan ramen yang sudah dingin. Rasanya miris, aku tidak percaya apa yang aku lihat, dia ternyata sudah tertidur dalam duduknya.
Aku mencoba memanggil namanya, menggoncang tubuhnya pelan lalu dia terbangun. Matanya tampak memerah dan wajahnya bingung.
"Hey, ayo pulang... aku antar sampai rumah,"
"Aku bisa pulang sendiri,"
"Tidak. Tidak, sepertinya itu bahaya... kau menginap ke rumahku saja ya... Orangtuaku juga tidak ada malam ini. Akanku buatkan makan enak untukmu sebelum tidur,"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Play This Piano For You
FanfictionAlunan piano berputar meniti kisah tentang kehidupan manusia. Kisah-kisah tentang cinta, perpisahan, keraguan, kesedihan, kemarahan, penyesalan dan sebagainya. Alunan itu tidak hanya bisa dirasakan penciptanya tapi juga orang lain. Beberapa orang mu...