8 (Finish)

530 53 4
                                    


Dari jendela mobil yang Nobita tumpangi, dia memandang sendu jalanan malam, berhias lampu-lampu kekuningan dengan kendaraan berlalu cepat melawatinya. Ingat akan alat perekam suara yang diberikan Dekisugi, Nobita mulai masang headset di telinga dan menyalakan rekaman itu. Suara itu, awalnya hanya ketukan not piano lalu pelan-pelan muncul suara Dekisugi.

...

"Nobi-kun....Terimakasih sudah menjadi temanku dan menemaniku beberapa hari ini. Aku senang kita bisa menghabisakan waktu bersama meski hanya sebentar. Aku merasa tidak kesepian lagi.

Kau tahu, aku masih mengingat saat kita bertemu di toserba dan berbincang walau tak lama. Aku juga ingat saat kita makan bersama dirumahmu. Aku senang, aku sangat bahagia bisa makan makanan buatanmu.

Aku merasa hangat. Aku belum pernah merasa seperti itu sebelumnya.

Aku juga masih ingat saat kau datang tiba-tiba ke ruang musik sore itu. Sejujurnya aku sangat tidak bisa memahami lagunya, aku tidak pernah merasakan apa yang ada dalam lagu itu. Tapi saat kau datang semua terasa jelas, aku bisa merasakannya. Lagu itu telah membuatku mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya.

Aku sedih. Aku tidak ingin apa yang dipikiranku terjadi seperti lagu itu. Tapi terjadi juga, Perpisahan ini ....aku tidak bisa berbuat banyak. Aku harus pergi karena keperluan keluargaku disana.

Jujur, Aku sangat merasa kehilangan segalanya. Aku selalu berpikir "Kenapa seperti ini? padahal aku baru bersenang-senang,"

Maaf telah banyak merepotkanmu. Sesungguhnya, aku ingin lebih lama di sini, bersamamu dan kembali dekat dengan yang lain...

Taoi keadaan tak memungkinkan. Dan... sepetinya kita tidak akan bisa saling terhubung untuk waktu yang tidak lama. Aku juga tidak tahu akan kembali ke sini atau tidak....

Jadi... Jangan lupakan aku...."

...

Suaranya berhenti dengan ucapan samar yang tidak jelas. Lalu suara piano mulai mengalun bersama nyanyian Dekisugi. Dia membawakan lagu yang waktu itu dia dengarkan pada Nobita. Suaranya terdengar lirih dan serak.

Nobita tidak tahan, dia meneteskan air matanya. Baginya perjalanannya itu, hanya menyisakan ada rasa kosong dan pedih dalam hatinya. Dia tidak menyangka temannya itu begitu kesepian selama ini. Dia kesal dan sedih, baru mengetahauinya sekarang. Yang dia punya hanya rasa menyesal.

Ketika sudah sampai di sekolah, Nobita hanya berjalan menunduk untuk menutupi wajahnya kusut, menyembunyikan kesedihannya.

Sampai depan pintu gedung pertemuan, Akashi melihat Nobita lalu, menghampirinya. Menanyakan mengapa perginya lama sekali tapi Nobita tidak menjawab.

Akashi merasa ada yang salah dengan Nobita, kemudian mengajaknya beristirahat ke luar gedung dan memintanya duduk disampingnya. Dia menyuguhkan sebuah jus kotak dan menyuruh Nobita meminumnya. Nobita menyambutnya dengan lemas.

"Sepertinya kau tidak baik-baik saja...," Nobita diam saja tapi Akashi tahu maksudnya. "Okey... sekarang tenangkan dirimu. Aku akan menunggu sampai kau merasa lebih baik....,"

Tidak lama Nobita bersuara.

"Apa aku orang baik, Senpai?" tanya Nobita dengan nada datar membuat Akashi heran.

"Ya. Tentu saja,"

"Seperti apa?"

"Hmm... coba aku ingat... pertama kali kita bertemu saat kamu menegur anak tukang buli sampai mereka marah dan melempar minumannya kearahmu. Dari situ aku melihatmu sebagai orang yang peduli."

"Kau berpikir begitu?"

"Ya.Kamu membuatku yakin kalau kau memang orang yang baik. Terbukti selama ini aku meminta bantuanmu dan semua kau lakukan dengan baik,"

"Sampai aku harus menggantikanmu saat kamu sibuk tadi siang?"

"Yap... Kenapa memangnya?"

"Aku tidak yakin... aku merasa tidak begitu. Selama ini, aku tidak tahu mengapa kau bisa percaya padaku, Senpai..." Jawab Nobita terbata-bata.

"Apa kau tahu, bagaimana rasanya menyesal ketika tidak tahu saat seseorang yang kamu kenal tidak baik-baik saja selama ini? Aku selalu berpikir bahwa dia hidup nyaman... tapi sebenarnya tidak. Aku tidak tahu. Aku tidakp peka, aku tidak paham keadaanya. Aku hanya melihatnya dari luar bahwa dia baik-baik saja, padahal dia kesepian. Dia sama sekali tidak baik-baik saja. Bahkan sampai kami mulai akrab lagi dan berpisah kemudian, rasanya baru sebentar aku bertemu dengannya.... aku baru tahu semuanya hanya menyakitkan untuknya... aku tidak berada disisinya saat dia seperti itu... Aku menyesalinya... aku merasa bersalah. Sedangkan dia sudah pergi begitu saja tanpa bisa aku cegah. Terlalu tiba-tiba,"

Akashi mengerti rasa itu, dia mengelus punggung Nobita dan membiarkan adik kelasnya itu terdiam, memandang tanah memproses apa yang baru saja terjadi. Dia melihat Nobita mulai terisak. Tapi sebenarnya dia tidak tahu siapa yang sedang Nobita dibicaraka, dia hanya berusaha menampatkan dirinya sebagai yang lebih dewasa.

"Aku tahu Nobi.. Kau tidak perlu merasa bersalah... kau sudah baik telah membantunya melewati masa sedihnya meski hanya sebentar. Dia pasti bahagia bisa bersamamu kala itu. Aku yakin, dia merasa senang kau sudah hadir saat masa sulitnya...,"

Nobita sedikit paham maksudnya dan berangsur-angsur mulai tenang. Akashi meyakinkan lagi jika semuanya akan baik-baik saja jika dia bisa merelakan kepergian temannya dan berharap yang terbaik untuk kedepannya.

...

Tak terasa penutupan acara tiba. Saatnya sambutan dari penanggung jawab acara dan foto bersama. Akashi meminta Nobita untuk tetap diluar sampai dia benar-benar tenang, sementara dia harus masuk ke dalam gedung untuk membawa sambutannya.

Tak lama berselang, Nobita dikagetkan dengan kedatangan Shizuka yang tiba-tiba sudah berdiri didepannya dan masih mengenakan kostum teathernya. Nobita mendongak lalu bertanya, "Shizuka, mengapa kau tidak menunggu di dalam?"

"Aku tadi hanya jalan-jalan sebentar. Lalu aku melihatmu diluar duduk sendiri jadi aku menghampirimu,"Ucap shizuka seraya duduk di sebelah Nobita.

Tanpa alasan Shizuka memberikannya sebuah gelang manik manik berwarna biru pastel dengan hiasan bunga matahari dan memakaikannya pada lengan kiri Nobita. Nobita yang salah tingkah malah membuat Shizuka tertawa kecil. "Cantikkan?Aku membuatnya dari sisa manik manik di ruang theater,"

"Terimakasih Shizuka," sahut Nobita sedikit tersipu.

"Sama-sama. Aku berharap saat kau memakai ini, aku bisa melihat wajahmu tersenyum dan kembali bersemangat, meskipun kau sedang menghadapi masalah," Nobita agak tersentak, berpikir bahwa Shizuka seakan tahu-tidak, mungkin sudah tahu-kejadian tadi. Tahu kalau perasaanya sedang tidak baik dan dia habis menangis. Nobita malu.

SSetelah duduk-duduk menikmati hawa malam yang semakin dingin, kemudian shizuka menarik tangan Nobita. Dia mengajak Nobita untuk ikut berfoto di atas panggung bersama yang lainnya. Dari kejauhan Akashi hanya tersenyum melihat Nobita sudah sedikit lebih baik.

Acara pun berakhir dengan lancar. Para petugas kebersihan dan siswa membatu membersihkan dalam dan luar gedung. Walau kelelahan tapi mereka puas dengan hasil yang mereka capai.

....

Esok hari berlangsung seperti biasa. Orang-orang mulai sibuk berangkat kerja, sekolah, berdagang, dan lainnya dengan balutan baju hangatnya masing-masing. Nobita memulai harinya dengan perasaan lebih baik dari kemarin. Sakit hatinya bisa berkurang lagi setelah Akashi membelikannya sekantong kue dan es krim kesukaanya setelah selesai bersih-bersih. Tentu, tidak ketinggalan dengan gelang baru pemberian dari Shizuka yang dipakainya. Dia berjalan menuju sekolah sambil berharap yang terbaik untuk semua orang terutama Dekisugi.

"Semoga kau baik-baik saja disana, Dekisugi.... Cepatlah kembali,"

Selesai...

I Play This Piano For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang