5. Ayah

7 1 0
                                    

Beberapa saat kemudian. Kakak perempuan ku, menjemput diriku. Belum sempat melampiaskan kekesalan ku, Kakak malah menyuruhku masuk ke mobil, dan mengemudikan mobil dengan cepat ke suatu tempat yang belum aku ketahui. Disepanjang perjalanan aku bertanya-tanya

“Kak, ayah mana?”,
“Kak, denger gak sih aku bertanya?”

Aku pun perlahan-lahan mulai merengek dan sedikit kesal dengan kakak perempuan ku.
Kakak yang dari tadi fokus dengan mengemudikan mobilnya, Akhirnya perlahan menjawab pertanyaan dari ku

“Ayah, Lagi di RS Harapan Kasih Dek,”
“Udah ya, Kamu janngan merengek terus dong”

Ayah? Lagi di RS, tanya diriku, beribu pertanyaan dan rasa penasaran. Yang saat ini menyelimuti tentang ayah.
10 menit kemudian....
kami sampai di RS Harapan Kasih. Aku yang langsung berlari dan mencari kamar jenguk yang merawat ayah. Lantai 3 VIP Ibnu sina. Kakak membawak dan mengarahkan aku ke kamar tersebut.

“Adit..” ayah memanggilku dengan lirih.
aku pun sembari mendekat kan dengan ayah

“iya ayah?” tanya ku, dengan mata yang berkaca- kaca.
Aku yang saat itu yang masih berumur 7 tahun, sudah bisa merasakan gimana rasa sakit yang dirasakan oleh ayah, dada aku sesak dengan keadaan yang aku lihat sekarang. Aku yang hanya bisa menangis terisak- isak melihat keadaan yang menimpa ayah.

“Ayah, yang berusaha menenangkan aku dan mengusap serta sedikit mengecup keningku”
“Udah  nak, Ayah tidak apa- apa kok. Udah ah jangan sedih dan merengek gitu, katanya superhero nya ayah” ucap ayah sambil mengusap dan membelai rambut ku.

RINDU AKAN KEHADIRAN-MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang