7. Harapan.

8 1 0
                                    

(Beberapa jam kemudian....) dokter keluar dengan muka tegang dan sedikit membawa rasa kekecewaan yang tergambar jelas di raut muka dokter tersebut.

“Dok? Bagaimana dengan kondisi suami saya dok?” tanya bunda dengan lirih kepada dokter
“dokter pun menjawab,”
“Alhamdulillah pasien saat ini sudah siuman, dan beliau mengatakan untuk memanggil seluruh keluarga nya untuk menemui beliau, silahkan buk”

Semua tergesa- gesa ingin melihat keadaan ayah, Terutama diriku yang saat ini ingin melihat keadaan ayah. Sesampainya di dalam ruangan semua keluarga terutama bunda menghadap dan bicara sama ayah, Aku tidak tahu apa yang dibicarakan oleh ayah ke bunda, tetapi aku melihat mata bunda sudah berkaca- kaca dan  meneteskan air mata.

Lalu ayah juga memanggilku untuk mendekat dan menggengam tangan ku, Lalu ayah berusaha untuk bicara dengan ku.

“Adit, Kamu yang rajin sekolah yaa nak, Banggakan Ayah dan bunda, jangan nakal dan mendongkol ke bunda kamu harus patuh kepada bunda dan saudara adit yang lain. Bisa kan adit ngelakuin ini untuk ayah?” Sambil mengusap usap rambut ku

“bisa ayah, tapi  Ayah harus sehat, biar bisa anterin adit kesekolah dan bisa main bareng serta jalan jalan lagi bareng ayah”
Ayah hanya berusaha mengangguk dan meneteskan air mata

RINDU AKAN KEHADIRAN-MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang