Bab 11 : Aneh

11 4 0
                                    

"Ahhhkk, kok gue jadi ngga fokus gini sih?" Bulan menutup kembali bukunya, dia berdiri dan berjalan ke arah balkon menatap langit yang hitam.

"Kok gue jadi mikirin Bintang sih? Dan,,, perasaan gue kok ga enak banget liat Bintang boncengan sama Laras. Ahhh ngga ngga gue pasti kurang tidur, yah gue kurang tidur." Gumam Bulan kembali masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.

Sepulang sekolah mood gadis mungil itu berkurang entah lah, ada rasa di hatinya yang sama sekali dia tidak mengerti.

* * *

"Bun daaaaaaaa!!! Ohhhh Bundaaa!" Teriak seorang cowo yang berjalan menuruni anak tangga sambil mengenakan seragamnya dan rambut yang sama sekali belum tertata rapi. Kayanya baru beres mandi.

"Apa sihh? Bisa ngga kalau ngga teriak teriak?" Sahutan sang bunda terdengar dari arah dapur. Bintang yah Cowo itu Bintang.

"Ngga bisa lah Bun! Masa iya Bintang harus bisik bisik emang nya kuburan apa." Celetuknya yang duduk di kursi meja makan.

"Masyallah subhanallah KAKA!!! Berdiri!!" Perintah Rosa sambil berkacak pinggang dengan apron yang masih menempel.

"Hiya hiya ini Kaka berdiri nihhh.." Bintang berdiri tegak di hadapan Rosa.

"Sudah kelas 11 tapi masih aja seperti anak SD yang harus di suapi, masa iya dasi aja harus di pasangin." Celetuk Danial yang baru datang melihat sang istri yang sedang memasangkan dasi si Sulung.

"Bilang aja Papa cemburu karena ini. Huh sudah lah Pahh lagian nih yah papa sama Bintang juga sudah jelas gantengan Bintang."
Sahutnya kembali duduk di kursi.

"Pagiiii everyone!!!" Teriak seorang gadis kecil dengan gaya khasnya dia berjalan menuju meja makan.

"Pagiiii princess papa."

"Idihhh jijik bener Pah." Celetuk Bintang sambil menyuapkan seandwich coklat kacang buatan sang bunda

"Sirik? Bilang sahabat!!" Zoe gadis kecil itu mencibir kakanya yang gila. "Gue?? Sirik? HAHA! Sama anak yang mandinya sebulan sekali."

"Ehh!! Anak cantik mah bebas, ngga mandi juga ngga masalah tetap wangi ngga kaya Kaka bau kencur."

"Wangi dari mana? Wangi bunga raflesia Arnoldi yang ada!"

"Hey!! Hentikan sampai kapan kalian akan berdebat?" Rosa berusaha melerai keduanya.

"Huh!!!"

* * *

Hari ini Bulan pergi bersama Lintang menuju sekolah, tentu itu membuat satu sekolah ricuh namun Kaka beradik itu terlihat santai dan acuh tak acuh.

Bulan berjalan santai menuju kelasnya, entah kenapa mood gadis itu menurun hari ini. Tak jauh dari pandangan Bulan ada bayangan cepat dan ternyata itu adalah Bintang dan ke empat temannya yang baru saja melompat dari pagar belakang sekolah.

"Oiiiii cewe pendek tapi Gue suka!!" Teriak Cowo itu sedikit berlari kecil ke arah gadis yang sama sekali menghiraukannya.

Bulan gadis itu, tetap berjalan meskipun berkali kali Bintang menyebut namanya. "Lo marah sama gue?" Seketika Bintang berhasil menarik tangan Bulan Agar gadis itu berhenti.

Bulan berbalik dan menatap Bintang "Gue? Marah sama Lo? Ha? Gue ga salah dengar?" Sahut Bulan dengan Nada yang sinis.

"Tapi Kenapa Lo cuekin gue?" Kali ini Bintang benar benar berbicara serius dan menatap intens gadis di hadapannya. Bulan sedikit menunduk tatapan Bintang membuat dirinya salah tingkah entah kenapa itu.

'Ada apa ini? Kenapa tatapan yang dia berikan membuat aku merasa salah tingkah di hadapannya? Ahh tidak tidak aku hanya sedang malas berdebat saja.'

Batin Bulan, sedikit mengelak.

"Emang dari awal kita gini kan? Lo nya aja ke ge'eran!" Ucap Bulan yang menepisnya kasar tangan Bintang dan berbalik meninggalkan Bintang yang masih menatap Bulan.

BrukK!!

"Ahkkk"

Belum sempat jauh Bulan melangkah tiba tiba seorang gadis berlari dari arah yang berlawanan dan menubruk Bulan membuat gadis itu tersungkur. Kakinya mengenai pot bunga yang berada di samping koridor itu.

Bintang yang melihat Bulan jatuh berlari cepat dan menghampiri Bulan yang sedang meringis karena lututnya yang terluka.

"Maaf Kak, maaf banget aku tidak sengaja." Ucap gadis itu meminta maaf, "ehh lu punya mata ngga sih?" Sinis Rafael.

"Tau tuh!!" Timbal ketiga Cowo lainnya.

"Lo ngga apa apa kan?" Tanya Bintang khawatir, Bulan menggeleng "hanya terasa pedih saja."

"Aku benar benar minta maaf, aku sungguh tidak sengaja." Sesal gadis itu, Bintang membantu Bulan untuk berdiri.

"Lain kali punya mata di gunakan bukan hanya di pajang!" Celetuk Bintang

"Sudah sudah, mungkin dia tidak sengaja dan lain kali kamu hati hati yah. Bisa saja kamu membuat orang lain celaka juga." Sahut Bulan dengan senyum tipis di bibirnya.

"Baik kak, sekali lagi aku minta maaf. Kalau begitu aku pergi dulu. Permisi."

"Lo ngga apa apa? Kaki Lo berdarah ayo ke rumah sakit! Gue ga mau Lo kenapa Napa."

"Gue ga apa apa Lo ngga usah leb--ahhkk." Bulan kembali meringis saat dia hendak berjalan.

"Ehhh turunin gue! Lo mau gue kemana!!" Teriak Bulan saat Bintang tiba tiba menggendong Bulan ala baby style. Semua mata tertuju pada mereka.

"Bulan!! Astaghfirullah kamu kenapa?" Ucap gadis cantik berjilbab yang mengenakan pakaian PMR itu ketika melihat Bintang yang datang dengan menggendong Bulan.

Bulan duduk di tepi ranjang UKS. gadis berjilbab ketua PMR itu berlutut di hadapan Bulan dengan kotak P3K di tangannya.

"Awww."

"Tahan yah, ini sedikit perih tapi nanti ngga kok." Ujar Syasya si Gadis cantik berjilbab ketua PMR anak kelas 12 IPA 2. Sikapnya yang ramah dan lembut membuat dia disenangi banyak orang.

Jangan salah, Syasya sudah dimiliki seseorang. Seorang cowo Famous terkenal di sekolah dengan sikap Gilanya bisa di katakan dia orang tergila setelah Bintang. Siapa lagi kalau bukan Lintang Cowo tengil yang sangat susah sekali bersosialisasi terkecuali teman temannya tertentu.

"Kamu kenapa bisa jadi seperti ini si Lan?" Syasya kembali mengemasi alat alatnya dan berdiri di hadapan Bulan.

"Ahh itu kak, tadi ada anak kelas 10 yang bisa lah kak. Kaka pasti tau."

"Huh, lain kali kamu juga harus Hati-hati Lan." Syasya tersenyum manis ke arah Bulan.

"Iya kak terimakasih banyak yah."

"BULAN!!" Teriak seorang pria yang baru saja datang dengan tergesa gesa.

"Ya ampun kak! Gendeng banget sih!!!" Pekik Bulan kesal ketika melihat Lintang datang dengan teriaknya yang melebihi Toa Masjid.

"Oi!! Itu suara udah kaya Jangkrik aja nyaring bunyinya." Celetuk Bintang dengan gayanya. "Lu diem deh, gue ga ada urusan sama Lo."

"Kak, Kaka bisa ga sih diem. Kaka ga malu apa ada kak Syasya di sini?" Sahut Bulan dengan nada sinis.

"APA!!!"

Cinta Bulan Untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang