Bab 4 : Move On

30 8 1
                                    


"Bulan, sebenarnya udah lama gue pengen bicarain ini sama Lo, sebenarnya gue sayang sama Lo, gue cinta sama Lo. Gue udah lama banget pendam perasaan ini, tapi gue takut. Takut karena Lo ngga bakalan terima gue, Gue mohon Terima gue jadi pacar Lo!." Ujar Pria yang bertekuk lutut di hadapan gadis mungil yang sekarang tengah terpaku itu.

"Gue ngga tau perasaan ini tiba tiba muncul begitu saja. Gue sendiri bingung tapi gue mohon please terima gue, Terima gue Bulan jadi pacar lo, Gue janji bakalan selalu membuat Lo bahagia apa pun caranya." Ucapnya lagi, kini dengan tatapan lembut nya Cowo itu menyodorkan sebuah bunga merah cantik ke hadapan gadis itu.

Cowo itu dengan kharisma nya, menatap gadis di hadapannya dengan tatapan lembut yang dapat menarik perhatian siapa pun yang menatapnya, bibirnya yang tebal, hidungnya yang mancung dan rambut yang tertata rapi.

Angin sepoi-sepoi menerpa lembut wajahnya, daun yang kering berguguran di antara mereka menjadi saksi, pernyataan cinta pria tersebut. Di bertekuk lutut sore hari

Yah, Bulan Adeeva Kusuma dia terpaku diam atas pengakuan seorang cowok yang sudah lama dia sukai,Febian Antoine Yann Namanya pria yang sudah mengunci keras hati gadis mungil itu, perlahan mulutnya terbuka gadis itu berkata 'Yah' dengan sangat pelan dan lembut tahapan tetap fokus pada pria dia hadapannya.

"Iya gue ma--"

"Gimana Lan? Baguskan buat nembak Laras? Gue benar benar grogi, kira kira Laras bakalan terima gue ngga yah pake cara gini." Tanya Pria itu yang bangkit dan menaruh menarik kembali bunganya berhadapan dengan gadis mungil Bulan yang hampir mati karena sakit hati.

Bulan gadis itu masih mematung diam, rasanya benar-benar seperti di tusuk ribuan panah yang menghantam diri kita begitu saja, tenggorokan nya kering dia sama sekali tidak mampu mengeluarkan kata kata.

Bagaimana bisa? Bayangkan saja jika di posisi Bulan kita sudah di buat Terbang sejauh jauhnya lalu di jatuhkan kembali hanya dengan satu lemparan batu.

Itu lah yang Bulan rasakan, gadis itu sudah berharap tinggi bahwa pernyataan cinta itu untuknya namun dia salah. Dia hanya di jadikan percobaannya dan pada akhirnya dia merasakan sakit yang amat mendalam.

"Gue mau nembak Laras, tapi gue masih gagu makanya gue coba ke Lo tadi, tapi Lo ngga marah kan? Ngga lah kita kan udah sahabatan dari Kecil masa iya Lo marah. Gue tuh udah benar benar jatuh hati sama gadis itu. Coba sekarang Lo banyangkan Cowo yang Lo idamkan itu kaya Laras. Dia udha cantik, Baik hati, murah senyum ahhh pokoknya idaman banget dan gue yakin Lo setuju kan kalau gue sama dia?"  Ujarnya lagi dan melangkahkan kaki kanannya bersampingan dengan Bulan menatap indahnya bunga bunga yang indah tertiup angin.

'Jadi itu semua buat Laras, kata kata itu? Bunga itu? Dan gue? Ha? Hanya di jadikan percobaannya?! Haha iya lah harusnya gue sadar diri. Gue cuman Anak manja yang tidak sedewasa Laras.' Batin Bulan yang beradu kata Dengan Hatinya.

"Bulan?" Ucapnya lagi, kali ini bulan berbalik menatap Cowo di hadapannya.

"Iya Bagus banget, lagian masa cuman Lo nembak Laras gue jadiin masalah ngga lah, tenang aja hehehe." Ucap Bulan dengan nada yang berusaha dia atur.

"Bagus deh, jadi pake cara ini aja yah."  Ucap Febian,

"Iya gitu juga bagus kok, Ah ini udah sore gue balik dulu yah, semangat!! Lo pasti bisa." Bulan menepuk pelan Bahu Febian dan melangkah pergi.

"Eh Lan, gue anterin yah."

"Ngga usah, gue naik angkutan umum aja kaya biasa."

Cowo itu mengangguk dan menatap punggung gadis mungil itu yang mulai menjauh, Bulan pulang kerumah besarnya dengan lemas dan lesu.

Cinta Bulan Untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang