"Jungkook-ah, bagaimana kalau kita akhiri saja semua ini? Aku tidak ingin kau terluka."
~
Bibir Jungkook terbuka. Ingin menyela ucapan Sohyun. Namun, wanita itu lebih dulu mengatakan sesuatu yang berhasil mengubah atmosfer di sekitar mereka.
"Bantu aku hilangkan perasaan ini. A-aku tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang pria yang pernah menyakitiku. Di satu sisi aku ingin menampik pikiranku bahwa Taehyung masih hidup. Tapi di sisi lain aku juga tidak bisa menerima kenyataan bahwa Taehyung telah tiada, jujur aku benar-benar tidak percaya dengan kematian Taehyung." Sohyun mengulurkan tangannya, menahan lengan kameja Jungkook. Kepala wanita Kim itu tertunduk dalam. "Aku mohon beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Tentang perasaanku. Tentang pikiranku. Terakhir, tentang hubungan kita."
Dapat Sohyun rasakan kedua telapak tangan Jungkook menyentuh pundaknya. "Lakukan apa pun yang kau inginkan. Aku takkan menahanmu. Bahkan ketika kau memilih untuk kembali bersama dengan Taehyung, jika benar dia masih hidup. Aku bersumpah takkan menahanmu di sisiku."
Sekarang Sohyun benar-benar menyesali semuanya. Ia menyesal telah mengatakan kejujuran. Namun, jika terus dipendam. Jungkook mungkin takkan tahu tentang kebenaran bagaimana hubungan mereka terjalin selama ini. Pria itu terlalu baik. Sohyun pastikan ia akan menyesal di kemudian hari.
"Maafkan aku ...," ucap Sohyun yang kini sudah berada di ujung putus asa. Tidak tahu lagi harus melakukan apa agar hubungan mereka tidak canggung setelah malam ini berlalu. "Aku, benar-benar minta maaf."
Jungkook tersenyum lalu menarik Sohyun ke dalam dekapannya. "Aku siap terluka demi melihatmu bahagia."
Sohyun menggeleng. Ucapan Jungkook tidak patut dibenarkan oleh siapa pun. "Aku percaya tentang ketulusanmu. Tapi Jungkook, tidak seharusnya kau mengambil keputusan sejauh ini. Dan aku takkan membiarkan pernikahan pertamamu itu gagal. Tolong percayalah padaku."
Jungkook memberikan kecupan di puncak kepala Sohyun meski hatinya teramat sakit. "Aku mempercayakan semuanya kepadamu."
Benar kata orang. Akan ada saatnya di mana kamu merasa patah hati. Dan yang menjadi penyebab dari pada itu adalah harapanmu sendiri.
Terlalu banyak pupuk harapan yang Jungkook tabur di tanamannya. Walaupun pada ia tahu, bahwa apa yang coba ia tanam. Takkan mungkin memberikan buah yang manis. Sebab meskipun sudah dirawat. Tetap saja. Pupuk yang bernama harapan itu tidak bisa bekerja dengan baik. Dengan kata lain. Sohyun belum bisa menerima hubungan mereka.
Jungkook menarik diri. Sesaat mata mereka saling bertemu. Tatapan Sohyun terlihat kosong, Jungkook tahu istrinya sedang berada dalam kebimbangan. "Kita pulang sekarang?"
Anggukan kecil menjadi jawaban atas pertanyaan Jungkook. Pun mereka segera beranjak menuju tempat parkiran. Sepanjang jalan keduanya sama-sama membisu. Bahkan sampai Jungkook membukakan pintu mobil untuk Sohyun.
Sebelum masuk, Sohyun kembali menatap wajah Jungkook. Sorot mata pria itu terlihat putus asa, Sohyun tidak tahu jika kejujurannya bisa semenyakitkan itu. "Kook-ah, maafkan aku."
Jungkook terkekeh pelan. "Apa ini? Berhenti meminta maaf dan segeralah masuk ke dalam. Aku tidak ingin istri dan calon bayiku kenapa-napa."
"Katakan padaku jika... aku telah melebihi batas. Sungguh aku, benar-benar minta maaf."
Bahkan permintaan maafmu tidak bisa menyembuhkan luka di dadaku. Sohyun-ah.
....
Pagi-pagi sekali Sohyun sudah menunggu di halte dekat gang rumah mereka. Tadi saat bangun, Sohyun mendapatkan pesan dari Ryujin. Wanita baya itu bilang. Ia, Gunho, dan Hyera akan tiba di Seoul pada pukul lima pagi. Kemungkinan akan melanjutkan perjalanan menuju rumah Sohyun dan tiba setengah enam. Jadi Sohyun sengaja datang lima belas menit sebelum mobil ibu mertuanya tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Two Heart (2) [✔]
Fanfiction(C O M P L E T E D) Waktu berputar sangat cepat hingga Sohyun tidak menyadari bahwa langkahnya terlalu lambat. Sequel of Ludere. ©reat, 03 Mei.2020. By Atayung Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Murni hasil pemikiran author, nama serta...