"Ah, benar. Hyun, ngomong-ngomong aku belum menandatangani surat perceraian kita."
Taehyung tergelak melihat keterkejutan di wajah Sohyun. "Aku hanya bercanda."
Mungkin bagi Taehyung itu hanyalah sebuah candaan. Berbeda dengan Sohyun yang terdiam. Memaku. Tak dapat berpikir jernih setelah mendengar candaan pria Kim itu. Pun sudah Taehyung tegaskan bahwa itu hanyalah candaan dan dia tidak pernah benar-benar serius.
"Aku menandatangani surat perceraian kita tepat saat kau dan Jungkook menikah," ujar Taehyung. Sedikit memberi penjelasan yang sialnya berhasil menggoyahkan iman Sohyun. Taehyung bisa saja bersikap santai, tapi tidak untuk Sohyun. Dia seperti terserang paranoid secara mendadak. "Aku senang kau bisa hidup bahagia setelah lepas dariku. Mungkin ini cara Tuhan mempertemukan kami. Jodohmu sebenarnya bukan aku, tapi Jungkook. Dia pria yang baik. Jungkook pantas untukmu."
Dada Sohyun terasa begitu sesak. Entah atas dasar apa Sohyun ingin menangis. Ucapan Taehyung sepenuhnya mengingatkan Sohyun pada kisah percintaan mereka dulu. Kisah yang terlalu rumit dengan akhir yang tentunya tak kunjung berbahagia. Mereka sama-sama terluka untuk keputusan yang telah mereka ambil. Sekarang semua sudah berada pada jalan hidupnya masing-masing. Sohyun bersama Jungkook, Jihyun dan Daniel, sedangkan Taehyung. Pria Kim itu bersumpah di hadapan Tuhan bahwa dia takkan menikah untuk ketiga kalinya.
Pertemuan mereka yang singkat itu memberi kesan bahagia dan juga terluka. Taehyung bahagia bisa melihat dan berbicara dengan Sohyun meski cara mereka bertemu tidak bisa dikatakan baik. Taehyung tidak mengangka, Kim Mingyu akan senekat itu. Untunglah Taehyung bisa menjelaskan semuanya pada Sohyun, sehingga tak ada kesalahpahaman di antara mereka. Kemudian di sisi lain Sohyun merasa terluka karena pertemuan mereka. Bagaimana cara Taehyung berbicara yang begitu lembut, membuat Sohyun berpikir. Jika dulu Taehyung seperti sekarang, akankah hubungan mereka bisa bertahan tanpa adanya luka di antara mereka? Rasanya tidak mungkin. Waktu yang telah berlalu takkan mungkin bisa kembali lagi.
"Sampaikan salamku pada anak-anak. Besok aku akan ke Seoul," ucap Taehyung ketika Sohyun sudah masuk ke dalam mobil. Duduk di jok depan, sementara di balik kemudi. Mingyu dengan santainya menatap kedua pasangan malang itu. "Gyu, tolong bawa mobilnya pelan-pelan saja. Sohyun sedang hamil."
Mingyu tersenyum dengan satu alis yang terangkat. "Tentu saja. Kalau begitu kami pergi dulu."
"Tunggu sebentar." Sohyun menahan Mingyu ketika pria itu hendak menyalakan mesin mobil. "Ada yang ingin aku katakan pada Taehyung."
Setelahnya Sohyun keluar dari mobil. Taehyung tentu kebingungan melihat Sohyun. Ia ingin bertanya namun pelukan Sohyun membuat dirinya mematung. Pun getaran itu masih ada. Sejatinya Taehyung sadar bahwa sampai kapan pun ia takkan bisa melupakan Sohyun. Wanita itu akan menjadi cinta pertama dan terakhir dalam hidupnya. Dalam hati Taehyung berdoa kepada Tuhan untuk mempersatukan mereka di kehidupan selanjutnya. Tanpa harus membuat mereka terluka.
Cukup lama Taehyung membiarkan tangannya menggantung hampa. Awalnya Taehyung ingin membalas pelukan Sohyun. Namun, ia ragu dan memilih diam sembari merasakan hangatnya dekapan wanita Kim itu.
Setelah beberapa menit berlalu Sohyun menarik dirinya. Tak lupa menghapus air mata yang tak sengaja tumpah ketika ia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Taehyung. Perasaan aneh itu tiba-tiba menjalar ke rongga dada Sohyun. Menyebabkan sakit luar biasa.
"Taehyung-ah, boleh tidak aku minta sesuatu padamu?"
Taehyung mengulas senyum sembari menyematkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Katakan padaku."
Kepala Sohyun tertunduk dalam. Air mata yang coba ia tekan, kini kembali menetes. "Aku sedang berusaha untuk mencintai Jungkook. Tapi di hatiku masih ada namamu ...," ucap Sohyun sengaja menggantungkan kalimatnya. "Bisa tidak, kita saling melupakan? Karena aku benar-benar ingin mencintai Jungkook sepenuh hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Two Heart (2) [✔]
Fanfiction(C O M P L E T E D) Waktu berputar sangat cepat hingga Sohyun tidak menyadari bahwa langkahnya terlalu lambat. Sequel of Ludere. ©reat, 03 Mei.2020. By Atayung Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Murni hasil pemikiran author, nama serta...